Tadi
pagi membaca sebuah flayer yang berisi ajakan untuk gowes sore. Tertarik karena
cuaca mendukung, meski tidak cerah, namun mendung hitam tidak menggantung. Aman untuk
nggowes. Setelah sholat asyar langsung menuju ke lokasi nggowes bareng. Jadwal
nggowes dimulai pukul 15.00 WIB. Jarak rumah ke lokasi 8 km. Ada waktu 15 menit
untuk sampai lokasi. Alhamdulillah sampai di sana belum dimulai, p@eserta duduk
santai menunggu pemberangkatan. Beberapa menit kemudian perjalanan dimulai,
start dari masjid Sunan Kalijaga menuju arah barat, belok kiri menuju Desa Pakis.
Sampai SDN Pakis ke Timur melajukan sepeda ke Desa Kamulan, arah balai Desa Kamulan belok
ke timur melewati jalan raya, dari Pasar Kamulan belok kiri menuju Ponpes
Darisulaimaniyah. Perempatan belok kiri menuju Makam Gunung cilik lurus menuju Desa Gador. Dari
Desa Gador belok kiri ke arah SDN 1
Gador. Kemudian belok kiri menuju finish.
Sebelum finish aku lurus saja menuju arah pulang melewati Desa Pakis lagi. Sampai di Desa Durenan hujan mulai deras sampai basah kuyub. Sengaja tidak berteduh agar segera sampai di rumah. Hujan deras yang mengguyur menjadikan tubuh menggigil kedinginan. Menimbulkan rasa enggan beraktivitas, jadilah kaum rebahan. Mau menulis setoran sunah jemari malas bergerak. Dampak kelelahan setelah nggowes, kondisi tubuh kedinginan karena kehujanan dan malam minggu teras senyap. Menjadi malas gerak (mager). Ingin menulispun merasa enggan. Sepertinya mengalami writer’s block, semacam kebuntuan menulis. Karena ingin membuktikan dampak menulis setiap hari, agar menemukan sebuah keajaiban di kemudian hari. Mengumpulkan kekuatan untuk buka WAG, mencari pencerahan di grup menulis.
Membaca
materi kuliah dari Cikgu Tere, Beliau mengawali paparannya dengan membahas
kondisi saat ini. Saat berada dalam masa pandemi. Di mana guru dipaksa untuk
beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Dan pada setiap perubahan itu,
pasti akan mengalami situasi yang tidak nyaman. Akibat dari ketidakbiasaan
tadi. Banyak guru di luar sana yang memilih untuk menyerah pada keadaan,
dibandingkan dengan menciptakan situasi baru atau keluar dari situasi yang
dianggapnya tidak nyaman. Hal ini tentunya akan menjadikan situasi pandemi saat
ini sebagai sebuah masalah atau bahkan musibah. Namun, tak sedikit juga, guru
yang justru menemukan berkah di balik musibah. Yang tadinya tidak mengerti
dengan pembelajaran daring berbasis teknologi, sekarang sudah piawai
menyelenggarakan kelas online. Bahkan bisa mengajari rekan guru yang lain. Yang
tadinya tidak bisa menulis buku, sekarang bisa menulis buku. Dan masih banyak
kisah sukses lainnya.
Cikgu
Tere menjelaskan pula tentang jam terbang dari seorang penulis. Jam terbang
adalah hal yang paling penting bagi seorang penulis. Terutama untuk mencegah
terjadinya writter blocks. Bagi para penulis pemula, hal ini pasti sering
terjadi. Apalagi jika para guru termasuk orang yang menulis dengan mengandalkan
mood/suasana hati. Menulis harus dilakukan di mana saja, kapan saja dan
bagaimana saja caranya. Agar jam terbang terus meningkat. Sehingga sangat baik
dalam menulis. Alurnya jelas dan kalimat - kalimatnya rapi sehingga paragraf
pun menjadi padu dan akhirnya tulisanpun menjadi enak untuk dibaca karena isinya
mengalir.
Khusus
untuk menulis buku, Beliau akan membagikan pengalamannya dalam menulis buku yang dirangkum
dengan kata IDOLA.
I
= Identifikasi topik menarik
D
= Daftar semua judul luar biasa
O
= Outline terperinci akan membantu
L
= Lanjut menulis isi bab
A
= Atur layout sesuai permintaan penerbit
Seorang
penulis diharapkan bersikap terbuka dan positif terhadap saran serta kritik
dari para pembaca. Berlakulah sebagai pembaca tulisan sendiri ketika sudah
selesai menulis, agar penulis berlatih objektif. Sehingga tulisan akan tetap
terjaga kualitasnya. Beliau mempunyai komitmen selalu melakukan 3 B yaitu:
Belajar, Berkarya, Berbagi. Cari ilmunya, tuangkan lewat karya nyata, dan
bagikan karya tersebut hingga dapat menginspirasi orang lain.
Ketika ditanya cara mengatasi writer’s block, Beliau mengajak para guru mencari penyebab writerblock itu. Apakah dari internal penulis atau eksternal. Setelah tahu penyebabnya pasti akan dengan mudah mencari solusinya. Contoh : menulis dengan mood (internal) maka buat jadwal menulis sehingga kita dipaksa menulis. Suasana menulis tidak mendukung (eksternal) solusinya, kenali gaya menulis dan ciptakan suasana menulis yang diinginkan.Terkait kebuntuan ide dan menemukan ide brilian. Beliau mengatakan ide brilian memang sulit untuk ditemukan. Tapi biasanya ide ini akan muncul dengan sendirinya. Biasanya terpancing dengan sisituasi erjadi saat ini. Sebenarnya, ide brilian bisa ditemukan dengan membuat peta konsep terlebih dahulu. Bisa juga dengan cara fokus dulu pada pengamatan lingkungan sekitar (ide sederhana) lalu tinggal poles Bupenulisannya. Maka hasilnya akan Wooww.
Beliau
membagikan kiat sukses untuk meraih prestasi termasuk menerbitkan buku mayor
adalah :
1.
Berpikir positif
2.
Tetapkan target / fokus pada tujuan
3.
Maksimalkan potensi
4.
Miliki mindset pembelajar
5.
Ciptakan lingkungan yang mendukung
6.
Atur waktu seefektif mungkin
Kesimpulannya
: menjadi penulis, adalah sebuah jalan yang mulia dan harus ditapaki penuh
keyakinan. Karena menulis itu bukan hanya ajang pembuktian diri namun sebagai
jalan untuk berbagi inspirasi dan motivasi bagi orang lain.
Wahh benar sekali bu, saat kondisi itu hadir alam adalah pengobatnya hehe. Butuh Piknik :)
BalasHapusBetul Mas Woks harus piknik
BalasHapusCatatan yang inspiratif Bu Mus🤩
BalasHapusTerimakasih Bu Doktor. Selalu rawuh di blog saya dan memberi motivasi
Hapus