Hari
ini tanggal 27 Oktober 2020, pulang dari sekolah dengan santai. Tidak perlu terburu-buru
untuk pulang dan merapikan rumah. Karena besok cuti bersama, merapikan rumah bisa
dilakukan lain hari. Mampirlah ke toko plastik, membeli pot untuk
mengembangbiakkan tanaman bunga. Di masa pandemi covid-19 ini, langkah paling tepat mengisi
waktu luang dengan menanam bunga. Namun harus menggunakan logika, tidak perlu
membeli sebuah bunga yang harganya bisa untuk belanja 1 bulan. Merawat bunga
yang sesuai dengan lingkungan rumah. Rumah dekat sawah, alangkah bagusnya
menanam bunga sejenis soka, bunga pukul 9, kamboja, melati, mawar, bunga matahari,
krokot, pacar air dan lain-lain. Tanaman ini dirasakan lebih membumi dengan lingkungan. Pemilihan bunga inipun cocok bagi ibu-ibu yang penuh pertimbangan dalam mengelola keuangan. Bunga
tersebut juga mampu menarik perhatian kupu-kupu sehingga halaman terlihat indah
bak taman para bidadari.
Sungguh
tak terduga di toko tersebut bertemu teman-teman yang mempunyai niat sama.
Membeli pot plastik yang murah. Entah kenapa hari ini kami bertiga memiliki
asumsi yang sama. Pot yang dijual di toko ini lebih mahal dari yang dijual di pasar. Di
pasar kisarannya hanya Rp3.000 sampai Rp10.000. Namanya juga ibu-ibu, harus
berani menawar harga dengan membandingkan harga toko dengan pasar. Namun si
penjual lebih tepat argumennya, dengan mengatakan barang dagangannya memang
merk ‘guci’. Pot tebal, tahan lumut dan tahan retak karena pelapukan. Setelah
dicermati memang demikian adanya. Pot yang dijual di toko ini lebih tebal dan kuat.
Sambil istirahat dan menunggu nota pembelian, kamipun bercerita tentang kegiatan di sekolah, guru dari anak kandung dan tugas harian ibu rumah tangga. Sampai akhirnya berujung pada karakter anak laki-laki. Sepakat, anak laki-laki memiliki karakter lebih dekat dengan ibu dari pada ayahnya. Mereka lebih suka menggunakan sepeda, handphone, alat tulis milik ibunya. Bermanja-manja dengan ibu, ingin tahu aktivitas ibu (Zoom meeting, tulisan dan pembicaraan dalam WA ibu dengan kakak). Curhatpun lebih senang dengan ibunya. Sering minta doa khusus dari ibu. Kami bertiga mendapatkan temuan yang hampir sama. Entahlah dengan ibu yang lain.
Ibupun
memiliki intuisi yang kuat pada anak laki-lakinya. Ketika anak laki-laki jauh
dari orang tua karena sedang kuliah atau kerja. Maka ibu merasakan sesuatu,
jika anak laki-laki ada masalah, sedih, cemas, mengalami kesulitan dan
membutuhkan motivasi. Sepertinya seorang ibu mengetahui, jika ada kejadian yang menimpa
anak laki-lakinya. Semacam ada ikatan yang kuat antara ibu dan anak
laki-lakinya. Itulah yang menyebabkan anak laki-laki kami memiliki kedekatan
dengan ibunya. Salah satu dari kami memang mendalami parenting dan psikologi
anak. Ia menceritakan adanya sel DNA anak laki-laki yang hidup dalam tubuh ibu.
Sel DNA ini mempengaruhi otak dan pikiran ibu. Sehingga anak laki-laki memiliki
ikatan emosional yang tinggi dengan ibu kandungnya. Sejatinya anak juga dekat
dengan ayahnya, namun karena power ayah yang kuat, tegas, menerapkan disiplin
yang tinggi dan memegang kendali utama di rumah. Membuat anak laki-laki lebih
dekat dengan ibunya.
Kesimpulannya adalah belilah barang dengan penuh pertimbangan dan sesuai kemampuan. Meskipun kedekatan anak laki-laki dengan ibu sangat kuat, namun peran ayah sangat istimewa dalam mengendalikan biduk rumah tangga. Keluh kesah anak laki-laki bermuara pada ibunya karena intuisi ibu yang kuat terhadap kesulitan yang menimpa anaknya.
Tulisan menarik Bu. Memang peran Ayah tidak bisa diabaikan
BalasHapusPeran Ayah dan Ibu saling melengkapi
Terimakasih Pak Naim
HapusTerimakasih Pak Naim. Betul sekali
HapusAyah dan ibu punya porsinya masing-masing ketika berhadapan dengan anak. Catatan yang keren Bu Mus😍
BalasHapusBetul Bu Doktor. Terimakasih telah berkunjung dan berkomentar
BalasHapus