Carilah ilmu sebanyak-banyaknya.
Semakin banyak ilmu, kita tak akan menyalahkan orang
lain.
Kunci keberhasilan seorang penulis
Kunci keberhasilan seorang penulis adalah menciptakan semangat, motivasi, kemauan, usaha, konsistensi, jangan lupa untuk berdoa memohon kemudahan, bimbingan, kesehatan, kecerdasan, dan seterusnya. Trik selanjutnya mencari teman yang bisa menginspirasi, mendorong, dan memberi semangat.
Langkah awal belajar menulis
Latihan menulis buku dapat
diawali dengan cara menuliskan tulisan pendek, kegelisahan, sesuatu yang
disukai/hobi/minat, pengalaman, keahlian, impian, kebutuhan orang lain. Bisa
berupa opini satu paragraf, dua paragraf atau tiga paragraf. Hari berikutnya,
bisa ditambah satu paragraf lagi. Hingga menemukan identitas menulis dan
menemukan apa yang ingin disampaikan ke dalam lembaran-lembaran.
Kunci sukses menulis
Jika latihan menulis secara
kursus tidak nyaman, bisa dilakukan sendiri. Keuntungan menulis secara pribadi
memberikan rasa kepuasan diri. Jiwa di dalam diri lebih bebas, terhindar dari
rasa takut. Baik itu takut terhadap persaingan, kritikan pedas, ataupun rasa
takut karena aturan baku dan ketat. Karena
salah satu kunci sukses menulis buku adalah mengabaikan segala aturan yang
mengikat yang justru melemahkan semangat. Berbeda jika dari awal tidak
terbangun semangat dan terbelenggu dengan aturan. Sudah dapat dipastikan,
sebelum menuliskan lembar kedua, sudah berhenti di tengah jalan.
Menulis itu semudah update status
Kita tanamkan dalam diri ini
bahwa menulis mudah, semudah update status. Masih menganggap menulis buku itu
sulit? Sekali lagi semudah menulis update status di media sosial. Saat kita
menulis status, apa yang kita tuliskan berdasarkan apa yang kita rasakan. Entah
itu perasaan tentang diri kita sendiri, tentang penilaian terhadap orang lain
atau karena bacaan/tontonan yang baru saja dilihat. Misalnya, dari sebuah
pengalaman. Apa pun pengalaman kita pada hari ini tulis saja. Gunakan teknologi
untuk menyimpannya. Bisa di laptop, hp, drive, blog, facebook, dan sebagainya.
Menulis mendeskripsikan yang kita lihat
Apa yang dirasakan, apa yang
kita lihat bisa kita deskripsikan. Menulis itu tidak selalu muluk-muluk dan
tidak selalu rumit. Menulis itu, sesederhana yang kita lihat. Menariknya, objek
yang diperlihatkan hanya satu, namun sudut pandang penulisannya bisa berbeda
dari penulis satu dengan penulis lain.
Menentukan topik saat menulis buku
Seperti yang dibahas di
atas. Saat memulai menulis, hal umum yang dirasa sulit adalah menentukan topik
tulisan. Pemilihan topik bisa kita pilih berdasarkan “minat”. Anggap saja,
penentuan topik kita ambil sesuai dengan minat kita. Bahkan, ketika kita
membaca surat kabar, ada satu paragraf yang menarik hati. Hal yang menarik
tersebut bisa dicatat, kemudian tambahi gagasan, ide, sanggahan, menambahi data
lain yang diperoleh. Dari data-data tersebut, cukup tuliskan perkalimat di
bawahnya. Setelah semua gagasan, ide, dan yang ingin disampaikan sudah
berbaris-baris, tidak ada salahnya untuk keluar sejenak. Minum kopi, kemudian
dilanjutkan memperjelas di belakang poin-poin yang tadi tertulis.
Menulis kehidupan sendiri
Jika cara itu masih sulit
untuk menentukan topic, bisa dimulai dari menulis kehidupan diri kita sendiri.
Barangkali, justru lebih menjiwai. Siapa tahu, hasil dari corat-coret curhat,
bisa menjadi novel. Bukankah di dunia ini banyak ketidakpastian? Termasuk
ketidakpastian nasib hasil tulisan kita. Karena banyak buku-buku best seller
meledak dari karya iseng-iseng ingin menuangkan perasaan dan kegelisahannya.
Mengemas tulisan agar tidak terlihat drama
Jika menulis kehidupan
sendiri merasa memalukan dan ingin menulis buku yang lebih serius. Maka, bisa
dikemas agar tidak terlihat drama. Kunci dari semua itu, tergantung kreativitas
kita mengarahkan tema dan topik bahasan. Misalnya, mencari paragraf yang
menarik dari buku yang kita sukai. Kemudian tulis satu paragraf saja, kemudian
lakukan pengembangan. Jika trik-trik di atas sudah dilalui, biasanya akan lahir
dengan sendiri ulasan yang ingin kita sampaikan.
Menciptakan roh dalam tulisan
Jika ingin tulisan kita ada rohnya, perlu penghayatan.
Ide yang biasa-biasa saja jika dikemas dengan penghayatan dan penjiwaan pembaca
akan muncul emosinya. Emosi, dalam menulis buku menjadi penarik rasa
ketertarikan. Tulisan yang ditulis
dengan pengahayatan, mampu menghidupkan sebuah tulisan.
Tulisan yang ada penghayatan
Gadis
berambut panjang yang selalu mengintai dalam keraguan. Ia ingin selalu
memergoki setiap derap langkah pejalan kaki di hadapannya. Keinginannya itu
seakan terpancar di raut wajah yang kusam dan lugu. Ia hanya akan mengharap
belas kasihan dari sang dermawan.
Tulisan yang tidak ada penghayatan
Gadis
itu mengharap belas kasihan orang-orang yang berjalan kaki di dekatnya.
Dari contoh tersebut,
terlihat perbedaannya. Aturan penghayatan penting sekali selama penggarapan
sebuah buku. Baik itu buku ajar, buku fiksi, buku motivasi, dan sebagainya.
Butuh yang namanya impresi dan seni. Cara tersebut dapat diperoleh dengan
banyak cara kreatif. Cara kreatif ada banyak, tidak terbatas. Di mana, setiap
orang memiliki kreasi sendiri dalam menulis. Misalnya, ada seorang penulis yang
memulai tulisan dengan kata-kata kiasan atau puisi.
Tujuan dalam menulis
Jangan lupa, menulis juga
harus punya tujuan. Misalnya, kita menulis tujuannya utk ekspresi diri, untuk
naik pangkat, untuk hobi, dan sebagainya. Dengan tujuan tersebut, pasti segala
cara akan kita gunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar