Selasa, 20 Oktober 2020

GIAT HARI INI: DARI KOPI SALAK SAMPAI TEH TAWAR.

 Berikan kepada seorang pekerja upahnya

sebelum keringatnya kering

(HR. Ibnu Majah)

 


Dini hari sudah mulai bangun, masak cukup banyak untuk orang yang menanam padi, ndaut benih dan banjari benih padi. Ndaut adalah proses mencabut benih dari papan benih dan mengikatnya. Sedangkan banjari adalah membagi benih pada petak sawah. Mulailah masak nasi pada magic com. Yang rumit membuat sayur untuk 10 orang, membutuhkan waktu cukup lama. Padahal jam 07.00 WIB harus sampai sekolah. Maka pukul 06.30 harus sudah selesai masak. Meskipun yang bekerja  para buruh tani, masakan harus enak (tidak boleh disepelekan). Prinsip saya, yang diberikan orang harus lebih enak dari yang dimakan sendiri. Pagi ini masak ayam kampung dan urap sayur mayur. Memberi sarapan enak pada pekerja di sawah memiliki tujuan: (1) Menghargai setiap tetes keringat mereka, (2) mempermudah mencari pekerja pada kesempatan lain. Biasanya jika memperlakukan pekerja seenaknya, ongkos murah, makanan yang disajikan tidak pantas, maka lain waktu mencari pekerja sangat sulit.

Sebetulnya musim tanam kali ini tergolong maju,  biasanya Bulan Desember atau Bulan Januari. Mungkin ini berkah bagi kaum petani seperti saya, dalam satu tahun bisa panen tiga kali. Pada musim yang bersahabat seperti ini harus bersyukur, jika sudah ditanam lalu kering kerontang, juga tidak boleh kufur. Prinsipnya usaha, lakukan, jalani, syukuri. Jangan menggenggam tangan. Alhamdulillah kali ini kelompok tani tepat memprediksi jatuhnya air hujan. Sehingga petani segera menyebar benih, merotasi tanah, siap menanami lahannya. Meskipun banyak yang enggan menabur benih, yang lain sudah menanam padi. Sebagian petani masih menabur  benih.

Setelah semua makanan matang segera dimasukkan dalam wakul nasi, rantang untuk tempat sayur dan urap. Untuk minum saya buatkan teh dalam cerek besar dan air putih dalam beberapa cerek. Setelah semua masuk dalam wadah, saya taruh dalam plastik besar, dan siap dibawa ke sawah.  Segera saya mandi untuk berangkat ke sekolah. Setelah masuk gerbang sekolah fokus konsentrasi pada pelajaran hari ini. Membimbing anak-anak untuk membuat cerita untuk lomba menulis 750 kata. Bimbingan ini bagi mereka yang belum bisa membuat cerita di rumah bersama orang tuanya.

Mereka membawa handphone untuk membuat cerita dan dikirim pada wali kelas. Wali kelas menyetorkan hasilnya dan membuatkan surat pernyataan untuk segera ditandatangani oleh wali murid, wali kelas dan kepala sekolah. Kemudian diuploud pada link yang sudah disiapkan panitia. Pagi ini saya tertarik dengan cerita Ima tentang caranya menyikapi pandemi covid-19 dengan berkebun, menikmati kopi salak, kisah sedih si Markonah. Cerita yang dirangkai sangat  menarik. Ternyata si Markonah mati dengan mulut berbusa. Mungkin si Markonah khilaf mencuri ikan asin milik tetangga. Cerita selanjutnya tentang kegiatan Ima selama masa PJJ, gemar berkebun dengan ibunya, menanam sayur, cabai dan buah tomat. Bersama keluarganya ia juga berkunjung ke rumah neneknya di Desa Slawe Kecamatan Watulima. Di sana Ima diajak memetik buah salak dan melihat pohon kluwak yang langka. Sedang Ayah Bundanya  menikmati seduan kopi salak. Kopi dari biji salak yang disangrai pada kreweng. Menjadi penasaran dengan kopi salak ini.

Setelah karya anak-anak dapat dikirim ke panitia lomba, bergegas pulang untuk istirahat. Tapi entahlah pikiran sedikit kurang nyaman. Seperti terjadi sesuatu. Sampai di rumah, terlihat wadah tempat makanan untuk pekerja sudah dikembalikan. Ditaruh pada lantai teras. Semua kembali lengkap tidak ada yang tertinggal di pematang. Sambil mengembalikan sisa uang untuk membayar para pekerja kakak iparku bertutur yang membuatku terperanjat kaget. Ternyata teh dalam cerek tadi pagi belum dikasih gula. Hanya air teh tawar. Sejatinya saya ingin memberi yang terbaik pada pekerjaku. Namun karena terburu-buru jadi kesempurnaan dalam menghargai pekerja jadi berkurang. Untuk makanan yang lain tidak ada keluhan, takutnya keasinan.

Kesimpulannya adalah (1)berilah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering, mereka punya keluarga yang menunggu di rumahnya, (2) Anak-anak telah mampu menyikapi pandemi covid-19 dengan kegiatan positif (3) Kesempurnaan hanya milik Allah SWT.  


2 komentar: