Hari Minggu tanggal 4
Oktober 2020 hujan mengguyur Desa
Ngadirejo. Hujan sangat deras hingga menimbulkan genangan air di beberapa tempat. Bagi petani hujan adalah berkah. Hujan yang dinanti para petani, karena sudah terlanjur
membuat tempat menyemaikan benih padi. Para petani bersuka cita menyambut hujan
yang datang lebih awal dari perkiraan. Minimal mereka memiliki simpanan padi
cukup, sebagai dampak positif panen tiga kali dalam setahun. Petani juga
sedikit lega karena memiliki beras yang cukup untuk persiapan memberikan
sumbangan pada pesta pernikahan. Undangan hajatan nikah berdatangan, baik
sekitar rumah maupun dari desa lain. Dalam satu dukuh/dusun sudah mendapat 4
undangan nikah dalam waktu berdekatan. Hujan deras bagi warga yang punya hajatan justru membuat resah.
Seperti kejadian di pesta
pernikahan yang diadakan salah seorang warga Desa Ngadirejo. Kabarnya pengantin
pria berasal dari Kecamatan Munjungan, kecamatan yang gemah ripah loh jinawi. Tetapi jalan menuju ke sana cukup ekstrim. Tepat pukul 09.00 Satgas Covid sudah
bersiaga di posko depan tenda pesta pernikahan. Terlihat Kepala Desa,
Babinkamtibmas, bidan desa dan ketua satgas tengah berdiskusi dengan tuan
rumah. Rombongan pengantin pria diperkirakan datang pukul 10.00 WIB. Dengan
jumlah pengiring pengantin 250 orang. Jumlah pengiring pengantin yang cukup besar pada masa pandemi covid-19. Jumlah tersebut tidak bisa dikurangi karena sudah terlanjur meluncur sampai Kecamatan Kampak. Satgas segera menyiapkan tempat cuci
tangan, tisu dan thermogun. Bidan desa mengharapkan pengiring
pengantin masuk ke dalam tenda dalam 3 tahapan. Usulan itupun diterima oleh
seluruh anggota gugus covid.
Pukul 09.40 hujan sedikit reda ketika tamu undangan dari Munjungan mulai berdatangan. Mereka sudah terbiasa naik
mobil bak terbuka sehingga baju pesta sedikit basah. Sebagian ada yang bergegas turun berteduh di
rumah-rumah warga sekitar tempat pesta pernikahan. Satgas covid mulai mengukur suhu tubuh kedua mempelai. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Untung kedua mempelai sudah berada dalam tenda. Akhirnya banyak pengiring pengantin tahap pertama yang
berlarian menuju tenda untuk berteduh. Lolos dari titik pengukuran suhu tubuh. Bidan desa terlihat gusar karena
petugas covid tidak bisa melakukan
tugasnya dengan baik. Nampak ketua satgas memberi penjelasan kepada bidan desa dithermogunpun
juga hasilnya tidak tepat karena meraka dalam kondisi kehujanan. Karena kehujanan otomatis suhu
tubuhnya turun. Satgas dan bidan desa harus memahami kodisi darurat seperti itu.
Yang bisa dikendalikan
adalah masuknya pengiring pengantin ke dalam tenda tetap tiga tahap. Hujan
tidak segera reda, pengiring pengantin yang belum masuk tenda banyak yang
kedinginan. Mereka basah kuyup karena hujan tiada hentinya mengguyur mereka
yang baru saja datang. Yang berada di dalam tendapun nasibnya juga hampir sama
karena air masuk ke tenda dengan deras sekali. Kaki mereka terendam air, air luapan yang berwarna kecoklatan. Air yang mengalir ke dalam tenda
merupakan luapan dari saluran irigasi, menerobos masuk. Kenyamanan tamu
terganggu. Para penerima tamu segera menyajikan hidangan untuk tamu tahap
pertama. Acara serah terima pengantin tetap dilakukan sampai pada acara doa dan
penutup. Doa dikumandangkan semoga Allah memberikan keberkahan kepada keduanya. Semoga
Allah mengumpulkan kedua mempelai dalam maghligai kebaikan dan kebahagiaan.
Hanya kedua mempelai yang
terlihat nyaman, karena posisinya keduanya ditempat yang lebih tinggi dari tamu
undangan. Ketika menyaksikan pesta pernikahan yang islami dan
kedua mempelai asyik berbisik-bisik. Jadi terngiang isi kandungan surat Ar-Rum
ayat 21 yang artinya:’Dan,
di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Ia menciptakan untukmu istri-istri
dari jeinismu, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar