Kamis, 30 Juli 2020

KEUTAMAAN BERKURBAN DI MASA PANDEMI

Ketika gema takbir berkumandang Rabbani masih mengintip kambing yang ia beli dengan ayahnya 10 hari yang lalu. Uang dari hasil menabung di sekolahnya selama tiga tahun. Ustadzah Akmal mengijinkan  uang tabungan diambil tapi harus dengan restu ibunya. Ketika  ayah ibunya tidak keberatan ia segera bersepeda mengambil uang tabungannya ke sekolah. Sejak tanggal 23 Juli Rabbani  sudah tidak mau memotong kuku dan rambutnya. Ia menceritakan makna yang tersirat dalam hadits diriwayatkan oleh HR. Muslim no.1977. Larangan memotong  kuku dan rambut bagi yang hendak berkurban. Dan Rabbani juga telah melaksanakan puasa tarwiyah dan arafah dengan baik.

Setelah ditanya ibunya tentang hasratnya berkurban. Rabbani mengatakan sangat salut dengan akhlak mulia  Nabi Ismail. Nabi Ismail iklhas mengikuti perintah ayahnya untuk disembelih. Kepatuhan Nabi Ismail tergadap perintah Alloh dan orang tuanya yang  menyebabkan ia mau berkurban. Keteguhan Nabi Ismail yang tak lekang oleh bujuk rayu syetan. Namun ia belum begitu faham akan keutamaan berkurban. Sambil mendengarkan takbir yang berkumandang. Rabbani mendengarkan ayahnya menjelaskan keutamaan  berkurban,  antara lain:

1.      Bentuk rasa syukur kepada Alloh

2.      Diakui sebagai umat Rosululloh

3.      Mendapat kesaksian dari hewan kurban di hari akhir

4.      Bukti ketaqwaan

5.      Mendapat ampunan dosa

6.      Setiap lembar bulunya mnegandung pahala

Dalam Al-Quran dijelaskan umat manusia berkurban sebagai  bentuk rasa syukur  kepada Alloh SWT sebagaimana yang terkandung  dalam surat Al-Hajj ayat 34:

Yang artinya dan bagi tiap –tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu  kepadaNya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).

Sang Ayah menjelaskan secara rinci  bahwasannya Alloh telah mensyariatkan pada manusia suatu ibadah dalam bentuk penyembelihan hewan sebagai kurban kepada Allah. Dengan   harapan agar manusia senantiasa  menyebut nama Allah atas hewan-hewan kurban yang disembelih tersebut tatkala menyembelihnya. Sebagai   ungkapan rasa syukur kepada Allah, atas rezeki yang Alloh limpahkan kepada mereka berupa onta, sapi dan kambing. Hanya  Alloh Tuhan   yang berhak disembah, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Tiada sekutu bagi-Nya.

Begitupun  dalam ayat berikutnya, yakni surat  Al- Hajj ayat 37  masih berkaitan dengan keutamaan berkorban, yang berbunyi:


Yang artinya daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. DemikianlahAllah telah menundukkannya untuk kamu supaya mengagungkannya terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dengan demikian keutamaan berkorban dalam ayat ini tersirat sampainya sifat ketaqwaan manusia kepadaNya. Karena ketika kita telah berkurban nyatalah ketaatan dalam melakukan perintahNya. Bukti umat manusia senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menyembelih hewan kurban, berarti umat manusia telah mengagungkan Allah. Pun sebagai ungkapan rasa syukur kepadaNya atas petunjuk kebenaran yang telah di karuniakan pada manusia.

Dan disepanjang pulang dari sholat Idul Adha, Rabbani tiada hentinya mengulas kembali keutamaan berkorban yang disampaikan Gus Asrom di Masjid area Ponpes Hidayatul Mubtadiin. Berkurban di masa pandemi covid-19 memiliki keutamaan yang luar biasa. Selain sebagai bukti ketaqwaan kepada Allah, Juga menunjukkan kepedulian sosial kepada kaum duafa. Pada masa pandemi ini Allah menguji umat manusia dengan kesulitan ekonomi. Maka dengan adanya kemauan berkorban bagi mereka  yang mampu, akan sangat membantu kaum duafa.

 


Rabu, 29 Juli 2020

MUSDESUS DAN MUSDES DI MASA PANDEMI COVID-19


Pada pukul 19.00 WIB aku mengikuti kegiatan Musdesus dan Musdes yang diadakan di balai Desa Ngadirejo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek. Kegiatan yang dihadiri oleh Camat Pogalan Ibu Dilly Dwi Kurniasari, S.STP, M.AP. Acara tersebut juga dihadiri seluruh Perangkat Desa, BPD, Babinsa, Babinkamtibmas dan tokoh masyarakat.

Camat Pogalan Ibu Dilly Dwi Kurniasari, S.STP, M.AP.  Merupakan camat yang sangat bijak, familiar dan tangguh dalam memimpin Kecamatan Pogalan. Gelar Beliau sering dipertanyakan karena masih asing bagi khalayak. Ternyata beliau memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pemerintahan (S.STP) di Institut  Pemerintah Dalam Negeri (IPDN) dan kuliah pasca sarjana di bidang pemerintahan sehingga bergelar Magister Administrasi Publik (M.AP). Dalam sambutannya Beliau sangat antusias dengan pembangunan Sport Center yang berada di lapangan desa Ngadirejo. Tujuan pembangunan sport center untuk meningkatkan taraf hidup desa Ngadirejo agar ekonomi ikut bergeliat. Seperti penjual makanan ringan, penjual mainan dan kuliner akan memperoleh pendapatan yang tinggi. Kegiatan pergerakan ekonomi tersebut akan sangat luar biasa jika mampu bekerja sama dengan BUMdes.

Sedangkan pendamping kecamatan menjelaskan kegiatan Musdes dan Musdesus tersebut  diadakan  sesuai dengan Peraturan Menteri Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal  dan Transmigrasi RI Nomor 16 Tahun 2019 tentang Musyawarah Desa. Sesuai peraturan tersebut terdapat 2 Musdes yaitu;

1.   Musdes insidental (Musdesus)

2.   Musdes terencana

Beliaupun memaparkan Musdes insidental dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dan kejadian yang mendesak. Dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang berdampak  bagi kehidupan sosial, ekonomi dan kesejahteraan  masyarakat desa maka dilaksanakan Musdesus warga Ngadirejo. Dalam Musdesus tersebut membahas 89 warga yang memperoleh BLT DD dengan nominal Rp600.000. Akan dilanjutkan 3 bulan ke depan namun dengan jumlah penerimaan hanya Rp300.000. Jadi ada perpanjangan 3 bulan ke depan namun nominalnya lebih sedikit.

Beliaupun mengatakan Musdes terencana yang sedang diikuti Badan Permusyawaratan Desa(BPD), Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. Yang dimaksud strategis diantaranya:

1.   Penyelenggaraan pemerintahan

2.   Pembangunan Desa

3.   Pemberdayaan masyarakat

4.   Pembinaan kemasyarakatan

Sedangkan Kepala Desa mengingatkan tugas utama peserta Musdesus dan Musdes  adalah  berpartisipasi secara aktif dalam proses permusyawaratan sampai pengambilan keputusan. Namun berpartisipasi aktif bukan hanya berarti pandai dan banyak bicara melainkan dituntut mendengarkan aspirasi dan pandangan orang lain  serta menjaga agar musdes  menjadi forum musyawarah bersama. Bilamana nanti akan di bacakan usulan perdusun, maka mohon dusun lain untuk menghargai. Jika ada yang belum jelas, silahkan ditanyakan dengan singkat dan sopan. Usulan tersebut akan dipilah dalam kegiatan prioritas dan non prioritas tergantung ketersediaan anggaran. Dan akan diakomodir serta dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya untuk kesejahteraan warga Desa Ngadirejo.

Dari musdespun ini akan didapatkan program atau kegiatan prioritas desa baik yang berskala desa maupun skala kabupaten. Di samping ini juga memetakan sumber dana prioritas, program kegiatan, dan kebutuhan pembangunan desa  dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa yang meliputi:

1.     Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar

2. Pembangunan dan pemeliharan infra struktur dan lingkungan   berdasarkan kemampuan teknis dan sumberdaya lokal yang tersedia

3. Pengembangan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomui

4.  Peningkatan kualitas  ketertiban  dan ketentraman  masyarakat desa berdasarkan kebutuhan masyarakat desa

Keluaran dari Musdes  penyusunan rencana pembangunan desa ini  antara lain:

1.   Hasil Review  RPJMdes,

2.   Draft RKPDesa

3.   Daftar identifikasi masalah dan gagasan /kebutuhan,

4.   Daftar calon penerima manfaat yang akan menjadi sasaran kegiatan

5.   Calon pelaksanaan kegiatan desa dari unsur masyarakat

6.    Tim  verifikasi.

Dalam kesempatan itupula Ketua BPD membacakan usulan prioritas kegiatan perdusun.  Dan langsung membentuk Tim verifikasi kegiatan. Tim verifikasi yang dipilih adalah warga masyarakat yang memiliki keahlian di bidang tertentu.

 


IDEALNYA SEBUAH REMEDIAL TEACHING



Pada saat mengadakan Penilaian Harian(PH), tidak semua siswa memperoleh nilai di atas KKM. Biasanya ada beberapa siswa yang belum tuntas memahami materi. Bahkan pada mata pelajaran tertentu seperti Matematika, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris dan Sejarah Kebudayaan Islam, cukup banyak siswa yang belum tuntas. Maka guru harus merencanakan program remedial, pada siswa yang belum tuntas tersebut. Sejatinya program remedial tidak hanya dilakukan ketika ada beberapa siswa yang hasil PHnya di bawah KKM. Bisa juga dilakukan ketika masih dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).

Pada umumnya program remedial yang dilakukan guru hanya ketika melihat hasil AHEV siswa. Guru  langsung memberi soal yang sama atau soal yang  tingkat kesulitannya lebih rendah. Jika semula soal yang jumlahnya 20, terdapat 10 soal yang Higher Order Thinking Skill (HOTS). Maka soal yang kategori HOTS cukup 7 atau 5. Inilah gambaran kegiatan remedial yang sering dilakukan. Namun seringkali guru mengeluh. Hasil remedial tidak berbeda jauh dengan penilaian harian sebelumnya. Mengapa demikian? Karena guru belum melaksanakan teknik pembelajaran remedial  yang ideal.

Pada pembelajaran remedial  yang ideal guru harus memberi ‘bantuan’ terlebih dahulu. Pemberian bantuan kepada siswa yang belum tuntas (nilai masih di bawah KKM yang sudah ditentukan sekolah). Bantuan tersebut berupa upaya yang dilakukan guru agar siswa mampu menguasai dan memahami pengetahuan dan ketrampilan yang belum dikuasai (belum tuntas). Tidak diperkenankan  langsung memberikan soal Penilaian Harian Perbaikan. Sebenarnya hasil belajar yang belum mencapai ketuntasan menjadi bukti bahwa siswa tersebut membutuhkan bantuan guru agar dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan sekolah.

Kompetensi dasar (KD) dan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran remedial harus sesuai dengan hasil Analisis Hasil Evaluasi(AHEV). Pada Kompetensi Dasar (KD) berapakah siswa mengalami kesulitan. Kemudian dicatat dan disusun materi esensial yang belum tuntas agar siswa menguasai materi tersebut dengan baik.

Waktu pelaksanaan pembelajaran remedial dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu :

1.   Pada jam belajar efektif

2.   Pada waktu khusus

Pembelajaran remedial yang dilakukan pada jam belajar efektif, biasanya tidak berhubungan dengan hasil Penilaian Harian (PH). Namun dilakukan ketika pada proses belajar mengajar menemukan fakta banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar. Bahkan belum mampu mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari, maka guru dapat mengubah metode yang digunakan. Yang semula metode ceramah dan resitasi bisa diubah menggunakan metode diskusi kelompok maupun penugasan berkelompok.

Bilamana siswa belum memahami konsep yang abstrak karena menggunakan metode ceramah tanda alat peraga. Maka guru bisa menggunakan media pembelajaran maupun alat peraga berupa gambar, benda asli, diagram dan media audio visual. Sehingga media tersebut mampu mengonkritkan materi yang abstrak. Jadi guru tidak sepenuhnya patuh pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang telah dipersiapkan. Karena RPP yang dibuat berdasarkan analisis kondisi awal. Bisa jadi RPP yang dibuat belum bisa memenuhi perbedaan individual dan karakteristik siswa di kelas.

Remedial yang dilakukan di luar jam belajar efektif, sebaiknya dilakukan sebelum (pagi) atau sesudah (siang) pembelajaran efektif. Strategi yang digunakan bisa menggunakan diskusi kelompok, tanya jawab atau tutor sebaya. Setelah guru memberikan bantuan berupa pembelajaran pada materi yang mengalami kesulitan. Maka langkah yang harus dilakukan melakukan penilaian otentik.

Penilaian otentik ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang telah dilakukan pembelajaran remedial. Dan juga untuk mengetahui kemampuan dalam mencapai KKM dengan melaksanakan penilaian lagi. Guru dapat memberikan penilaian remedi dengan menggunakan soal yang digunakan pada PH sebelumnya. Namun jika menggunakan soal sebelumnya, hanya soal yang belum mampu dijawab dengan benar yang diujikan. Bisa pula guru menggunakan soal lain, akan tetapi harus sesuai dengan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).

Jika kita menemui siswa yang kemampuan akademisnya rendah bahkan terdapat siswa yang berkebutuhan khusus, maka perlu dibuatkan soal yang baru dengan tingkat kesulitan rendah. Akan tetapi tetap mengacu pada Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang sudah ditetapkan.

 

 

 

 

 

 

 


Senin, 27 Juli 2020

CERPEN: AIR MATA MENGGENANG, KETIKA LUMBUNG MENGERING

Pagi itu udara cerah, anak-anak nampak senang karena hari ini libur. Libur Hari Imlek  tanggal 25 Januari 2020. Mereka bersepeda di sekitar rumah dengan riang gembira. Setelah selesai memasak aku merapikan kamar kakak yang berantakan setelah digunakan adiknya bertrampolin ria. Belum selesai membereskan kamar, terdengar tamu mengucapkan salam. “Assalamualaykum, Mbak Ika!”, ucap tamuku terdengar berat. Kuintip dari jeruji jendela seorang ibu paroh baya sedang duduk di lantai teras dengan mata berkaca-kaca. “Waalaykumsalam Lek,  kok di bawah ayo duduk di kursi. Itu kotor lho belum sempat disapu,” jawabku dengan ramah. Ia bergegas duduk di kursi kayu teras rumah. 

Setelah  saling menanyakan keadaan keluarga masing-masing, Lek Minul akhirnya mengutarakan maksud kedatangannya. “Oh, gitu ya Lek, sebentar ya! Sebelum kita berbincang-bincang lebih jauh. Tak buatkan teh dulu biar lebih santai,” kataku sambil beranjak dari tempat dudukku. “Tak usah repot-repot, Mbak,’’ jawabnya dengan lirih. Aku bergegas ke dapur membuat teh sekaligus minta pendapat bapaknya anak-anak. Setelah kuceritakan semuanya, suamiku berkata sambil mengernyitkan dahinya. ‘’Gabah kita tinggal 4 karung,’’ gumamnya sambil berfikir. “Kayaknya  tidak cukup untuk makan sampai panen depan Bu,” ujarnya seperti berfikir keras. Aku terus mengaduk teh yang sudah dari tadi larut gulanya.  “ Terus gimana Mas? Lek Minul lebih butuh dari kita! Kita masih mampu beli,”jawabku minta kepastian. Meskipun benar yang  dikatakan suamiku. Hajatan banyak. Dan sampai hari ini hujan masih tersendat-sendat. Entah  kapan bisa tanam padi. Rasanya seperti makan buah simalakama.

Lek Minul, seorang janda. Hidup dengan kakaknya yang juga sudah mulai menua dan rapuh. Kehidupan sehari-hari hanya mengandalkan hasil buruh tani dan hasil menanam padi di sepetak sawah warisan orang tuanya. “Gimana, Mas?,’’ tanyaku minta kepastian lagi. “Yo wis lah, pinjamno. Kita selalu iba melihat kehidupan mereka,’’ kata suamiku. Kemudian teh kuhantarkan ke tamuku. “Iya Lek boleh, diambil kapan?,’’tanyaku. “Sekarang Mbak, lha aku kesini sama Dade (sebutan untuk kakaknya),”katanya dengan wajah bahagia. ” Lho, kok Dadenya nggak disuruh masuk,” aku sedikit terperanjat. Orangnya dipinggir sawah sama Pak Muni,’’katanya pelan. “ Monggo klo dibawa,”kataku penuh haru. Gabah satu karung dibawa menggunakan sepeda yang hampir semua bagiannya karatan. Ketika didorong terdengar suara berderak. Krek ...krek. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. Waktunya kita melihat ke bawah. Banyak warga di sekitar kita hidup kekurangan, dikarenakan musim hujan yang datang terlambat. Sawah memang lumbung kehidupan.

Ketika mereka berdua hilang dari pandangan Bu Dhe Kat mendekat. Ikut  nimbrung dalam perbincangan kami. Ia menceritakan Lek Minul dan Dade sudah beberapa hari makan nasi jagung hasil panen kemarin. Bu Dhe Kat itu tetangga terdekatku sekaligus juga kakak iparku. Rumahnya satu halaman dengan rumahku. “Buk, kok orang tua tadi bawa gabah kita?,” tanya anakku dengan keheranan. “Itu dipinjam Daffa, ntar kalau sudah panen juga dikembalikan,” kataku jujur. “Makanya kalau makan itu dihabiskan, jangan sampai ada nasi yang tercecer. Lihat Bulek tadi karena kemarau panjang kehabisan stok gabah. Jadi repotkan kalau kita tak hemat, ‘’nasehatku sambil menyentuh kepala si bungsu.

 “Itu tadi pinjam aku, tapi gabahku tinggal 2 karung. Bulan Pebruari banyak tetangga hajatan,’’kata Bu De Kat. ‘’Sudah satu bulan ini keluarganya makan ampog dicampur beras jatah dari kantor desa,’’Bu De Kat mengulang ceritanya.

Pak De Muni ikut bicara,’’Kita sudah 3 tahun merasakan panen cuma satu kali. Biasanya minimal 2 kali sampai 3 kali. Tahun ini justru kita merugi karena cuaca yang tidak menentu. Kemarin padi sudah umur 40 hari langsung kekeringan mati.”  Hemm...betapa kita sangat tergantung dengan lahan sawah. Sawah merupakan lumbung kehidupan. Andai lumbung kehidupan ini tidak tergantung dengan curah hujan, alangkah makmurnya warga desaku. Mesin diesel  besar yang dimiliki kelompok tani,semoga bisa difungsikan lagi. Tentunya  bisa panen  minimal 2 kali, gumamku menggantang asap.

‘’Sebetulnya Kang, klo kita kreatif. Kita bisa tanam palawija. Seperti cabai rawit, cabai keriting, bawang merah dan semangka hasilnya lumayan bagus, hhhh,’’seloroh suamiku. 

“Tapi perlu modal besar itu. Petani kecil macam aku ini tak kuat beayanya,’’Pak De Muni mengeluh. 

Sambil merapikan kumisnya yang mulai tumbuh uban suamiku menjawab,’’Hhh, yang beaya ringan aja seperti jagung, kacang, dan lombok rawit. Lombok rawit itu harganya melonjak lho, Kang.’’ Pak De Muni menggaruk-garuk kepala sambil tersenyum,’’Aku cuma mampu nanam jagung itupun hasilnya juga tidak sepadan dengan beayanya. Untung tak kerjakan sendiri, coba kalau seperti kamu semua dikerjakan orang lain. Bisa rugi.’’ Suamiku tertawa lebar dapat skak mat dari kakak iparnya.

Dulu ketika anakku masih satu, suamiku memiliki banyak waktu bercocok tanam. Sekarang banyak tugas yang harus dikerjakan. Membantu tugas temannya yang tak kunjung dikerjakan. Dan teringat juga kala itu,  memasuki tahun 1996 cuaca mudah diprediksi. Hasil panen bagus. Satu tahun bisa panen padi  dua kali dan sekali masa panen palawija. Belum habis hasil panen yang lalu sudah panen lagi. Sehingga ruangan yang berada di antara dapur dan ruang keluarga penuh dengan padi sampai menyentuh atap rumah. Kala itu masa kejayaan petani gurem. Seperti keluargaku ini. Hasil panen sebagian dapat digunakan untuk membeli kebutuhan dapur, pakaian, ditabung dan sekolah anak.

Tapi sekarang panen sekali aja sudah alhamdulillah. Berharap pembangunan bendungan Tugu Trenggalek mampu memberi dampak yang bagus pada kami. Warga yang kehidupan sehari-harinya mengandalkan dari hasil pertanian. Kelak bila bendungan tersebut jadi tidak ada kejadian seperti ini. Di musim kemarau Trenggalek dilanda kekeringan, tanah tandus karena minimnya air.

 “ Bu, nglamun ya,’’ suami menyentuh pundakku. Membangunkan aku dari ingatan-ingatan masa lalu. “Hhh, teringat panen ketika Fikri masih kecil Mas, melimpah ruah,”jawabku tersenyum malu. “ harapan kita cuma pada Bendungan Nglinggis ya Mas?

“Betul itu, kemarin ada yang memperkirakan bendungan itu mampu menyuplai air irigasi kurang lebih 1.200 hektar lahan pertanian. Ntar dengan irigasi di luasan lahan tersebut, nantinya seperti dulu,”kata suami seakan menerawang jauh. “Maksudnya seperti dulu itu apa  Mas?,” tanyaku. “Kita mampu bercocok tanam pola padi-padi-palawija setiap tahunnya,”katanya penuh harap. “Semoga rencana itu cepat terlaksana ya Mas,” aku menimpalinya. 

“ Ya semoga demikian,  karena sawah itu lumbung kehidupan. Hasil panen yang melimpah mampu memenuhi kebutuhan pangan. Tanpa kita sadari hasil panen yang melimpah mampu menyukseskan usaha ketahanan pangan dan kemandirian pangan, “ Suamiku menjelaskannya. “Kalau hasil panen melimpah, otomatis kebutuhan pokok warga tercukupi. Desa kita gemah ripah loh jinawi.” Aku mengangguk sebagai isyarat membenarkan semua ungkapannya.

"Oh ya Bu, aku mau ke sawah. Ini waktunya nyawur. Moga cepat turun hujan. Lha  memang sawah kita tergolong sawah tadah hujan mau apa lagi,”Suamiku pamit sambil mengenakan baju kebesarannya yang penuh dengan endut, bekas kemarin buat papan pinian. Semoga hujan yang turun dari langit tercurah setiap hari. Bulan ini warga bertahan dengan makan seadanya. Karena harga jagung yang anjlok, tidak sebanding dengan beaya yang dikeluarkan.

 

 

 

 


REMBUG STUNTING DAN MUSRENA KEREN


Hari ini dapat undangan Rembug Stunting dan MUSRENA KEREN. Dengan susunan acara: Pembukaan, Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Sambutan Kepala Desa, Sambutan Camat Pogalan dan Doa. Dalam sambutannya Ibu Camat Pogalan menjelaskan bahwa Desa Ngadirejo yang pertama kali mengadakan Rembug Stunting dan MUSRENA KEREN. Pertama dari 10 Desa Sekecamatan Pogalan. Dan menurut Beliau yang memiliki Program MUSRENA KEREN itu hanya Kabupaten Trenggalek. Beliau menjelaskan dalam Rembug Stunting nanti akan terlihat berapa jumlah anak stunting di Desa Ngadirejo.

Bu Camat memaparkan untuk menentukan arah pembangunan, ada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dari tingkat desa sampai kabupaten. Hanya  di Trenggalek yang ada Musrenbang Perempuan, Anak, Disabilitas dan Kelompok Rentan (MUSRENA KEREN). Musrena Keren merupakan wujud keberpihakan Pemkab Trenggalek terhadap kesetaraan gender, kelompok perempuan, anak, disabilitas dan kelompok rentan. Kelompok ini harus diberikan saluran aspirasi dalam perencanaan pembangunan.

Sebab selama ini suara mereka kurang didengar, baik di tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten. Kelompok ini nyaris tidak terakomodir dalam setiap musyawarah masyarakat.  Kondisi ini dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi kekinian. Bukan zamannya membatasi ruang perempuan, menutup akses bagi mereka dalam perencanaan pembangunan. Lewat Musrena Keren, diharapkan kaum perempuan dan kelompok marjinal bisa menyuarakan aspirasi mulai dari tingkatan desa hingga kabupaten. Suara perempuan tak tersampaikan karena suara mereka kalah sebelum musyawarah karena tidak terakomodir. Musrena Keren ini dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 1 tahun 2019.

Setelah Ibu Camat selesai memaparkan sambutannya, Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Desa Ngadirejo, memimpin doa.  Kemudian  pembawa acara menutup dengan bacaan tahmid serta menyerahkan acara pada pemandu Musrena Keren. Dengan acara Inti:

1.     Rembug Stunting

      2.   MUSRENA KEREN 

Wakil Ketua BPD, Ibu Eny Pujiastuti memimpin acara inti. Beliau ini saat pemilihan BPD terpilih sebagai perwakilan perempuan. Bu Eny memimpin Rembug Stunting dan Musrena Keren. Beliau mempersilahkan Bidan Desa untuk menjelaskan jumlah anak stunting di Desa Ngadirejo. Per Pebruari 2020 jumlah anak gizi buruk 5. Dengan penyebaran sebagai berikut:

1.     Posyandu Cempaka 2 anak dari Dusun Gebang I

2.     Posyandu Sakura 2 anak dari dusun Dusun Gebang II

3.     Posyandu Teratai 1 anak  dari  Dusun Gambang I

Sedangkan data anak stunting yang terekam di Puskesmas Ngadirejo Per Posyandu sebagai berikut:

1.     Posyandu Cempaka 4 anak dari Dusun Gebang I

2.     Posyandu Sakura 6 anak dari dusun Dusun Gebang II

3.     Posyandu Teratai 5 anak dari  Dusun Gambang I

4.     Posyandu Dahlia 10 anak dari Dusun Gambang II

5.     Posyandu Seruni 7 anak dari Dusun Sindon

6.     Posyandu Sedapmalam  4 anak dari dusun Alas Malang

7.     Posyandu Anyelir 11 anak dari dusun Bendo.

Dengan banyaknya anak yang stunting maka bidan desa akan mengadakan penanganan berupa:

1.     Membantu perbaikan gizi untuk anak gizi buruk

2. Mulai remaja dan bumil sudah dipersiapkan penyuluhan/menanaman  pengetahuan tentang stunting

3.  Mengadakan kelas ibu hamil. Dengan kelas ibu hamil bisa sharing ilmu. Dibuka empat kali tatap muka. Setelah 4 kali tatap muka dianggap lulus.

4.     Mengadakan kelas balita

Setelah paparan Bidan Desa diterima. Kemudian  kegiatan dilanjutkan dengan musyawarah untuk menentukan usulan perdusun. Secara umum usulan yang bisa direkap BPD adalah sebagai berikut:

A.       Rembug stunting:

1.     Pengadaan timbangan elektrik

2.     APD petugas POSYANDU BALITA, POSYANDU LANSIA, POSBINDU

3.     Mengadakan kelas Balita dan Bumil

4.     Peningkatan beaya Pemberian makanan Tambahan (PMT)

5.     Penanganan khusus ibu hamil resiko tinggi

B. Musrenbang Perempuan, Anak, Disabilitas dan Kelompok Rentan (Musrena Keren):

1. Pemberian latihan ketrampilan bagi anak disabilitas yang bisa bergerak.

2.     Pemberian kursi roda bagi warga stroke

3.  Pemberian bantuan ekonomi bagi remaja disabilitas yang tidak bisa bergerak.

4.  Melakukan pendampingan warga yang berobat ke Saiful Anwar. Karena pembengkakan pada syaraf leher.

5. Melakukan pendampingan pada warga yang putranya mengalami gangguan jiwa.

Minggu, 26 Juli 2020

BERGURU DI KAMPUNG TANGGUH SEMERU

Pagi ini cukup dingin, berkisar 23°C. Kami segera mengayuh sepeda menuju Kedunglurah. Tepat pukul 06.30 WIB. Orang tua yang nggowes bukan berarti  tanggung jawab di rumah keteteran. Tentu tidak. Sabtu sore kegiatan mencuci semua pakaian selesai. Mengepel rumah sudah teratasi. Minggu pagi jam 03.00 WIB sudah berkutat di dapur mempersiapkan sarapan keluarga. Setelah aktivitas subuhan, tilawah dan murojaah bersama si bocil. Maka segera sarapan pagi. Sarapan di rumah merupakan cara kami menghindari kerumunan. Karena  isu terkini komunitas nggowes menyumbang kluster terbesar penularan covid-19.

Sampai di pegunungan antara Kedunglurah-Semarum ketemu ibu-ibu cantik kelompok Senam Tera Cempaka Ngadirejo. Kamipun bertegur sapa. Mereka sangat rajin jam 06.45 WIB sudah pulang menuju ke kampung halaman. Mungkin mereka mengitari desa Ngadirejo-Ngadisuko-Semarum-Kedunglurah. Rute terdekat. Pos paling favorit mereka adalah Bukit Paralayang. Nggowes sambil mendaki bukit dan berselfi ria. Sampai di warung Semarum terlihat  penuh sesak para komunitas penggowes sedang sarapan pagi. Masakan di situ terkenal lezat. Kami dikejutkan sapaan keras Bu Komandan dan Suaminya. Beliau bersama keluarga dan kelompok senam, nggowes bersama di Bukit Paralayang.

Kami hanya selebrasi tidak ikut berkerumun. Sepeda  terus melaju mengarah ke jalur  nggowes setiap minggu. Sampai di dekat dam Sumbergayam ketemu dengan Mbah Carik Karanganom nggowes bersama putri mungilnya. Pria muda yang ramah itu mengharapkan kami mampir ke rumahnya. Entah kenapa semuda itu disebut Mbah Carik Harli. Mungkin karena ia punggawa desa yang ditetuakan. Kami hanya mengucapkan terima kasih sambil terus mengayuh sepeda. Sampailah kami di POS I, sebutan tempat kami  menata nafas. POS II di Gempolan dan POS III Bangunjaya. POS I adalah gardu Ronda Desa Karanganom. Kami berhenti menggerakkan tangan dan kaki. Agar tidak kram atau cidera. Istirahat. Tak beberapa lama Mbah Carik Harli ikut bergabung bersama putrinya. Ternyata Beliau tadi di belakang kami. Mbah Carik Harli meminta bantuan putrinya untuk memotret kami bertiga. Gadis cantik yang masih belajar di kelas III SD itu sangat lincah memainkan smartphone ayahnya.

Seperti biasanya kami berbasa basi tentang keluarga masing-masing. Dan berbincang-bincang tentang penduduk Desa Ngadirejo yang menetap di Karanganom. Ternyata istri Mbah Carik Harli juga asli warga Desa Ngadirejo. Akhirnya kami penasaran tentang kesuksesan Desa karanganom yang mempoleh juara satu Kampung Tangguh Semeru. Beliau menuturkan pada tanggal 24 juni 2020 Kapolsek Durenan mengadakan rapat terbatas  bersama Ibu Kades Karanganom beserta seluruh perangkat desanya. Guna mengikuti lomba Kampung Tangguh Semeru Desa Karanganom di Tingkat Kabupaten Trenggalek.

Kegiatan lomba Kampung Tangguh Semeru akan diikuti oleh seluruh desa sekabupaten Trenggalek yang memiliki kampung tangguh. Beliau menjelaskan Kampung Tangguh Semeru ini merupakan upaya melawan penyebaran virus Covid-19 yang dilakukan mulai dari lingkup kecil dari desa dan warga sekitar. Memang lomba Kampung Tangguh Semeru dikomando oleh kepolisian. Di Desa Karanganom memang pernah ada 2 orang warga yang reaktif terhadap Covid-19. Mereka tergolong cluster karyawan pabrik. Kampung ini memang tangguh karena penanganan warga yang reaktif melibatkan komunitas RT/RW. Mulai dari membawa ke rumah sakit, isolasi jika mengalami gejala ringan Dan yang urgen saling membantu kebutuhan ekonomi bagi yang terdampak.

Kemudian kami minta maaf karena  tidak bisa mampir ke rumah Beliau. Dengan raut kecewa Mbah Carik mengikhlaskan kami melanjutkan perjalanan. Untuk menuju   Desa Gempolan harus melalui beberapa jalur Desa Karanganom. Dalam hati, pantas mendapat juara 1 Kampung Tangguh Semeru. Setiap rumah terdapat tempat cuci tangan dengan dilengakapi ditergen. Setiap beberapa meter terdapat banner yang berisi himbauan kepada seluruh warga Desa Karanganom. Terutama ketika warga desa memasuki era New Normal. Semua banner di jalanan,  tentang aturan tetap hidup sehat, tapi tetap produktif di era New Normal. Pesan moral kepada masyarakat untuk menjaga kedisiplinan  dalam jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan.

Di balai desa masih terlihat rapi, meski tidak megah. Seperti baru saja ada kegiatan besar di baldes tersebut. Rumah-rumah warga mulai berbenah, nampak bersih. Beberapa pagar rumah di poros jalan, dicat putih. Dulu ketika pertama kali lewat, jalanan ini masih rimbun. Nggowes melalui poros jalan ini, sedikit kurang menyenangkan. Waktu itu masih terlihat di pinggiran jalan penuh dengan rumput dan  ranting pohon bergelayut di tengah jalan. Kini nampak rapi. Pos ronda dihiasi dengan goresan aneka cat dan banner. Yang paling berkesan di ujung Desa Karanganom, di dekat sebuah Sekolah Dasar Negeri terdapat banner yang  bertuliskan:’ Vaksinnya Covid adalah  Pakai Masker. Jaga Jarak dan Cuci Tangan. Ada juga tulisan Maskermu, Nyawaku. Memang tangguh. Desa unik yang banyak terdapat bangunan rumah kuno. Jadi Kampung Tangguh Semeru, bukannya desa yang warganya tidak ada yang reaktif. Tapi desa yang mampu melakukan penanganan dengan baik bagi warganya yang reaktif maupun yang terdampak c0vid-19.