Minggu, 31 Juli 2022

Sejarah MIM Kamulan

 

Pada hari Minggu tanggal 31 Juli 2022, pukul 15.44 WIB Kepala Madrasah menghendaki  saya menjadi pembina upacara. Karena pergantian pembina upacara ini memang menjadi pembiasaan bagi guru di MIM Kamulan. Untuk itu saya harus siap menjadi pembina pada kegiatan upacara hari Senin tanggal 1 Agustus 2022. Upacara ini sekaligus menandai Milad MIM Kamulan ke 50. Beliau menginginkan saya menyampaikan sebuah tema "Sejarah Berdirinya MIM Kamulan”.  Tentunya sangat aneh jika tugas ini tidak dapat saya selesaikan dengan baik. Karena saya telah mengabdi selama 31 tahun, maka saya berupaya mencari informasi yang valid tentang sejarah MIM Kamulan. Sejarahnya MIM Kamulan akan saya paparkan secara singkat.

MIM Kamulan merupakan sebuah lembaga pendidikan dasar milik persyarikan Muhammadiyah ranting Kamulan. MIM Kamulan berdiri sejak tanggal 1 Agustus 1964, sesuai dengan piagam berdirinya MIM Kamulan dari Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Timur tanggal 20 Maret 1978 Nomor Lm/3/2278/A/1978. MIM Kamulan, pada awalnya merupakan madrasah masuk sore dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kamulan. Mata pelajaran yang disampaikan oleh para pendidik saat itu adalah mata pelajaran agama Islam dan pengetahuan umum. Dengan kurikulum seperti itu mendapat tanggapan positif dari masyarakat, sehingga perkembangan peserta didik dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Karena perkembangan peserta didik mengalami peningkatan, maka pada tahun 1969, dibukalah madrasah yang masuk pagi. Di samping pembelajaran pada sore hari masih tetap dilaksanakan. Madrasah yang masuk pagi ini justru lebih diminati masyarakat, sehingga jumlah muridnya semakin bertambah.

Kondisi MIM Kamulan dengan kurikulum yang sama, tetapi ada yang masuk dan pagi, menggugah pemikiran baru para pendiri MIM Kamulan. Maka pada tahun 1973, diambillah kesepakatan bahwa madrasah sore diubah menjadi madrasah Diniyah Muhammadiyah atau Madim dengan 2 tingkat yaitu Madim Ula dan Wustho, sedangkan yang masuk pagi tetap Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah atau MIM Kamulan. yang terus berkembang pesat sampai sekarang. Di bidang kesiswaan telah banyak, ribuan putra-putri warga masyarakat yang pernah duduk di bangku MIM Kamulan. Di antara mereka, banyak yang sukses sebagai ASN baik sebagai guru, polisi, tentara, dan lain-lain. Ada juga yang menjabat sebagai pegawai BUMN, perangkat desa maupun pengusaha sukses.

Dibidang tenaga pendidikan lebih dari 60 orang guru yang pernah mengabdi di MIM Kamulan. sebagian guru diangkat oleh persyarikatan dan sebagian lagi guru yang ditugaskan oleh kementerian Agama Kabupaten Trenggalek. Nama-nama guru yang diangkat persyarikatan antara lain Almarhum  Bapak Zarkasi, Almarhum Bapak Subarjan, Almarhum Bapak Ahmad, Almarhum Bapak Katimin, Almarhum Bapak haji Selanudin, Almarhumah Ibu Subnatun, Bapak Imam Musaji, Ibu Anawiyah, Ibu Purwati dan lain-lain. Baik yang sudah tidak aktif sebagai guru MIM maupun yang sekarang masih aktif mengajar sebagai guru di madrasah ini. Adapun nama-nama guru ASN dari Kemenag antara lain Almarhum Bapak Paijan, Almarhum Bapak Drs. Sayuri, Almarhum Bapak Kusbanan, Almarhum Bapak Mukarodin, Almarhum Bapak Marjuki, Almarhum Bapak Imam Kurmen, Bapak Drs. Haji Samsuri dan masih banyak  lagi nama-nama mereka karena jumlah guru ASN Kemenag yang bertugas di MIM Kamulan lebih dari 25 orang.

Selanjutnya selama 58 tahun telah mengalami 6 kali pergantian pimpinan, kepala madrasah pertama yang dijabat oleh Almarhum Bapak Zarkasi, kemudian tahun 1975 tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada Bapah Haji Selanudin sampai tahun 1981. Dengan adanya kepala madrasah definitif, maka sejak itu kepala madrasah dipimpin oleh Almarhum Bapak Imam Sayuti. Karena  pada 1 Juli 2002 Almarhum Bapak Imam Sayuti memasuki masa pensiun, maka Beliau diganti oleh Almarhum Bapak Mukari. Pada  tanggal 1 Agustus 2009 Almarhum Bapak Mukari pensiun, akhirnya persyarikatan  memberi amanah pada  Ibu Anawiyah untuk mengemban amanah sebagai kepala madrasah. Akhirnya pada tahun 2020 kepemimpinan di amanahkan kepada Bapak Ibnu Mubarok sampai sekarang.