Kemarin mendapat informasi di
WhatsApp yang diposting salah seorang anggota group Sahabat Pena Kita (SPK)
Tulungagung. Akan diselenggarakan Bincang Santai membedah novel yang berjudul Siluet.
Saya sangat tertarik mengikuti acara ini karena: pertama, ingin mengetahui
lebih jauh tentang penulis yang menamakan dirinya Luthfi_Madu. Di WAG
setiap kali Prof. Naim bercanda yang pertama kali dicolek adalah Mas Dosen muda
ini. Sering mendapat julukan penjual manuk, Habib Luthfi maupun tukang
madu. Padahal tulisan bagus, kontekstual dan bahasa yang digunakan lugas. Inilah
alasan utama saya ingin mengikuti Bincang Santai hari ini. Penasaran dengan prestasi
Beliau di Klinik Abjad dan sekilas mirip dengan Arswendo Atmowiloto (untuk ini mohon maaf).
Kedua, Penggemar
novel. Sejak remaja saya lebih suka baca cerita fiksi baik itu novel maupun
cerpen. Novel yang paling saya sukai adalah karya pujangga baru karena sarat
dengan amanat kehidupan yang bermakna. Karya pujangga baru ini saya baca ketika
masih belajar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Jika ada jam kosong lebih suka
berlama-lama diperpustakaan untuk membaca karya Hamka ‘Di bawah Lindungan
Ka’bah’, ‘Tenggelamnya Kapal vander Wijck’, karya Marah Rusli yang berjudul
Siti Nurbaya. Novel modernpun saya tertarik untuk membacanya seperti
karya Habiburrahman El- Shirazy, ‘Ketika Cinta Bertasbih’.
Ketiga, Hadiah menarik. Mendapat 2 buku bagi participant yang mampu mengajukan pertanyaan unik. Sejatinya untuk alasan ketiga ini saya
tidak menyiapkan pertanyaan. Pertanyaan yang saya ajukan spontan saja ketika
Beliau menceritakan kehidupan yang berpindah dari satu kamar kos ke kamar kos
sahabatnya. Tentu ini menarik untuk saya tanyakan. Tokoh yang hebat tentunya
akan merasakan banyak kegagalan, sampai ia bangkit menjadi sukses seperti sekarang
ini. Sukses menjadi dosen di IAIN Tulungagung dan Penulis yang hebat.
Penulis novel Siluet ini
mempunyai nama asli Muhammad Mustofa Ludfi, selain sebagai novelis juga pendiri
Klinik Abjad. Beliau memaparkan novelnya yang berisi tentang keragaman kehidupan di negeri ini. Oleh sebab itu perbedaan itu tidak perlu dijadikan
modal perdebatan sampai memanas. Karena memperdebatkan agama tidak akan ada habisnya.
Lebih lanjut Beliau menyematkan nilai keberagaman dalam novelnya melalui
perjalanan tokoh utama dalam menikmati makanan dan minuman. Nasi sambel tumpang yang berisi aneka ragam dari sambel pecel, kulupan, dan rempeyek. Ternyata
dari makanan legendaris ini tersirat makna filosofi tentang pluralitas masyarakat
Indonesia. Untuk itu keberagaman di Indonesia berupa suku, adat, budaya, agama dan kepercayaan tidak perlu dikotak-kotakkan. Karena keragaman itu
suatu keniscayaan. Ustadz Luthfi mengutip pendapat Prof. Komarudin ‘pahami
perbedaan dekati persamaan’. Agar kehidupan harmonis, enak dipandang dan disukai
banyak orang.
Pembanding dalam acara bedah
novel tersebut adalah Ustadz Ahmad Fikri Amrullah. Beliau Seorang dosen IAIN
Tulungagung dan menjadi youtuber juga. Makna siluet sebenarnya gambaran yang biasanya hanya
terdiri dari satu warna saja yaitu hitam. Novel siluet ini sebenarnya karya
fiksi yang berawal kisah nyata. Menurut pembanding agar novel laku Beliau memberi solusi agar di share di medsos. Jika
komentar nitizen baik dan banyak yang
suka, maka penulis bisa mnerebitkannya. Penulis juga harus membuat nitizen penasaran, dengan memosting hanya perchapter saja, bila banyak nitizen yang menanyakan kelanjutannya baru disuruh untuk beli novelnya. Menurut Beliau lebih mudah
menulis non fiksi karena cukup mengutip dari buku dan diberi footnote. Tapi kalau
tulisan fiksi lebih menguras pikiran. Menurut pembanding novel siluet ini bagus
karena penuh dengan filosifi kehidupan. Jangan merasa diri kita lebih baik,
karena beragam itu indah. Orang jawa kaya dengan filosofi. Terbukti orang jawa
memberi nama makanan itu selalu sarat dengan filosofi. Kulupan berasal dari
kata kulub yang maknanya hati. Kulupan/sayuran menjadi matang jika dibolak-balik.
Begitu pula hatinya manusia, hanya Allah yang mampu membolak balikkkan hati
manusia. Jika penasaran dengan isi novel bisa pesan pada Ustadz Luthfi.
Mantab Ibu Mus
BalasHapusTerimakasih Mbak Anis Zuna
BalasHapus