Senin, 28 Februari 2022

Supervisi Klinis

 

Selama ini belum pernah mengusulkan agar pengawas mengadakan supervisi klinis di lembaga kami. Atau mendapat sosialisasi akan diadakan supervisi klinis oleh supervisor. Penasaran dengan jenis supervisi ini.  Supervisi klinis merupakan bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata. Jika dikaji berdasarkan istilah, kata klinis, mengandung makna: (1) pengobatan (klinis) dan (2) siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut: 1) Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi. 2) Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas. 3) Adanya observasi secara cermat. 4) Deskripsi pada observassi secara rinci. 5) Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.

Supervisi klinis memiliki perbedaan dibanding dengan supervisi kelas sebagai berikut:

No

Aspek

Supervisi Kelas

Supervisi Klinis

1

Prakarsa dan Tanggung Jawab

Terutama oleh supervisor

Diutamakan oleh guru

2

Hubungan Supervisor-Guru

Realisasi guru[1]siswa/ atasan[1]bawahan

Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif

3

Sifat Supervisi

Cenderung direktif atau otokratif

Bantuan yang demokratis

4

Sasaran Supervisi

Samar-samar atau sesuai keinginan supervisor

Diajukan oleh guru sesuai kebutuhannya, dikaji bersama menjadi kontrak

5

Ruang Lingkup

Umum dan luas

Terbatas sesuai kontrak

6

Tujuan Supervis

Cenderung evaluatif

Bimbingan yang analitik dan deskriptif

7

Peran Supervisor dalam Pertemuan

Banyak memberi tahu dan mengarahkan

Bertanya untuk analisis diri

8

Balikan

Samar-samar atau atas kesimpulan supervisor

dengan analisis dan interpretasi bersama atas data observasi sesuai kontrak

 

Prinsip-prinsip Supervisi Klinis

Prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis adalah: 1) Hubungan antara supervisor dengan guru atau kepala sekolah dengan guru adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab. 2) Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan. 3) Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan. 4) Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama. 5) Hasil tidak untuk disebarluaskan 6) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran. 7) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap balikan.

 Karakteristik Supervisi Klinis

Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut. 2) Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (a) keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (b) keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (c) keterampilan dalam mengelola proses pembelajaran. 3) Fokus supervisi klinis adalah: (a) perbaikan proses pembelajaran, (b) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (c) didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau

Minggu, 27 Februari 2022

Tipe Kepemimpinan

 

       Saat ini konsep kepemimpinan mengalami perkembangan pesat. Di antaranya kepemimpinan kharismastik, visioner, transformasional, situasional, profetik. Jika bawahan diminta memilih tipe kepemimpinan yang paling sesuai dengan lembaga tempat kita mengabdi, maka akan muncul beberapa  argumentasi. Apalagi jika ditanya tentang kepemimpinan model apa yang adaptable diterapkan di lembaga pendidikan Islam pada era digital sekarang ini, tentunya akan muncul beberapa pendapat sesuai dengan sudut pandang para bawahan.

      Di bawah ini adalah beberapa tipe kepemimpinan yang telah disebutkan di atas:

Tipe transformasional

Model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab  mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan, mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya

Tipe Kharismastik

Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut itu dikagumi. Hingga sekarang, para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat besar

Pemimpin kharismatik mempunyai ciri-ciri tersendiri yang tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dengan gaya kepemimpinan lainnya. Adapun ciri-ciri pemimpin kharismatik antara lain:

1. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas

2. Mengkomunikasikan visi itu secara efektif

3. Mendemontrasikan konsistensi dan fokus

4. Menyampaikan harapan yang tinggi

5. Mempunyai pendirian dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri

6. Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu

7. Membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi

Tipe Visioner

Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada keria dan usaha yang dilakuhan berdasarhan visi yang jelas.

Terdapat 10 kompetensi yarg harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:1) Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa dan kapan tujuan akan tercapai; 2)Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkau di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang; 3)Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan; 4)Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut; 5)Creative Thinking.Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah; 6)Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran; 7)Process alignmen. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi; 8)Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangha men[1]capai sasara dirinya, dia harus menciptahan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi; 9)Continuous Learning.Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baih di dalam maupun di luar organisasi; 10)Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan.

Tipe  situasional 

Model kepemimpinan untuk situasi tertentu berdasarkan sejumlah faktor. Pemimpin situasional menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan tingkat kompetensi dan komitmen karyawan. Kepemimpinan situasional adalah gaya fleksibel yang dirancang untuk memaksimalkan potensi karyawan sambil memenuhi tenggat waktu atau pencapaian perusahaan.

Pemimpin situasional berusaha untuk:

a)      Mendorong hasil dengan menjawab apa dan bagaimana suatu proyek

b)      Kembangkan orang dan kelompok kerja yang sesuai

c)      Membangun hubungan dan memotivasi karyawan

d)     Kenali kapan harus menyesuaikan gaya kepemimpinan dari waktu ke waktu

Tipe Profetik

Kepemimpinan Profetik adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain mencapai tujuan sebagaimana para nabi dan rosul / prophet melakukannya. konsep kepemimpinan yang disusun berdasarkan sudut pandang agama, dalam hal ini Agama Islam, yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat muslim Indonesia. Apabila diletakkan dalam konteks teori kepemimpinan yang telah dijelaskan di muka, kajian kepemimpinan profetik termasuk dalam kajian kepemimpinan moral dan kepemimpinan lintas budaya.


Kepemimpinan model apa yang adaptable diterapkan di lembaga pendidikan Islam pada era digital sekarang ini? Maka jawabnya tidak pernah ada model kepemimpinan yang benar-benar paling baik dan paling unggul dibanding yang lainnya. Gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah yang paling tepat dengan situasi dan kondisi. Pemimpin yang sukses adalah mereka yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan lembaga yang dipimpinnya.

Namun hakikat kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang meneladani kepemimpinan Rasulullah Saw, baik dari segi prinsip, konsep, maupun karakteristiknya. Jadi menurut saya kepemimpinan model apa yang adaptable diterapkan di lembaga pendidikan Islam pada era digital sekarang ini adalah kepemimpinan ala Rosulullah. Nabi Muhammad SAW adalah sosok pemimpin yang tidak banyak menyuruh dan melarang tetapi lebih banyak menerapkan model suri teladan. Lebih mengedepankan aksi ‘action’ daripada instruksi/perintah. Nabi Muhamad Saw, juga dikenal sebagai pemimpin yang holistic (menyeluruh), accepted (diterima) dan proven (terbukti). Kepemimpinan beliau melingkupi bidang: bisnis, rumah tangga, masyarakat, politik, pendidikan, hukum, pertahanan dan negara. Seorang pemimpin Rasulullah Saw memiliki karakter; ikhlas dan jujur, adil dan egaliter, akhlak mulia dan tawadhu, berani, jiwa humor yang sehat, sabar dan menahan amarah, menjaga lisan, sinergi dan bermusyawarah. Karakter Rasulullah sebagai pemimpin adalah; serasi antara ucapan dan perbuatan, bersikap adil, berakhlak mulia dan terpuji, humoris, sabar dan mampu mengendalikan emosi.


Jumat, 25 Februari 2022

Teknik supervisi

 

Berdasarkan sifatnya supervisi dibagi menjadi 2 yakni: (1) Teknik Individual; (2) Teknik Kelompok. Teknik Individual adalah teknik yang dilaksanaan oleh supervisor secara individu kepada para guru, sedangkan kelompok adalah prosedur yang menekankan pada kerja sama dalam kelompok dalam memecahkan suatu masalah yang dirasakan penting.

Pertama, Teknik individual. Teknik individual ini terdiri dari 8 cara.Yang temasuk teknik individual anatar lain: (a) Teknik Kunjungan kelas. Yang dimaksud dengan Kunjungan kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau Kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi tidak ada guru yang mengajar. Tujuan kunjungan ini adalah sematamata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undanganu itu sendiri.

Teknik ini hampir sama dengan observasi kelas samasama dilakukan di ruang kelas, tetapi tidak sama. Perbedaannya dapat kita lihat pada tujuan dari teknik ini dimana tujuannya untuk: 1) Membantu guru yang belum berpengalaman; 2) Membantu guru yang sudah berpengalaman tentang kekeliruan yang dilakukannya; 3) Membantu guruyang baru pindah; 4) Membantu melaksanakan proyek pendidikan; 5) Mengamati perilaku guru pengganti; 6) Mendengarkan nara sumber mengajar; 7) Mengamati tim pengajar; 8) Mengamati cara mengajar bidang-bidang studi istimewa; 9) Membantu menilai pemakaian media pendidikan baik yang baru.

Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Suhertian menegaskan bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi kunjungan kelas juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional baik bagi guru maupun supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip-prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri.

Teknik individual yang berikutnya:(b) Teknik Observasi Kelas. Teknik Observasi adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan. Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi.

Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu prosesbelajar mengajar. Dalam tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan dikalangan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati pula jika kedapatan metode serta proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka hal ini akan diperbaiki secara langsung tentunya mempergunakan prosedur perbaikan pembelajaran secara proporsional dan profesional.

Pada prinsip umumnya kunjungan kelas dilakukan dengan tiga kegiatan, yakni kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang diberitahukan oleh kepala sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bagian dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.

Teknik individual berikutnya adalah: (c) Teknik Percakapan Pribadi. Merupakan teknik supervisi yang efektif, sebab memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi Kepala Sekolah atau Pengawas untuk berbicara langsung dengan Guru tentang permasalahan yang berkaitan dengan profesional pribadi mereka. Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan-keluhan atau kekurangan yang dilakukan oleh guru dalam bidang mengajar, dimana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya; (d)Teknik Intervisitasi (Mengunjungi Sekolah Lain). Teknik Intervisitasi adalah saling mengunjungi antara guru yang satu kepada guru yang lain yang sedang mengajar. Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah-sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai sekolah tersebut maju.

Berikutnya adalah (e)Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar (Bacaan Terarah) Cara untuk mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan "professional reading ".Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik; (f) Menilai Diri Sendiri Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik; (g) Supervisi yang Memakai Para Siswa. Teknik ini adalah dengan menanyakan kepada siswa tentang belajar mengajar dan materi yang telah diajarkan. Hal ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana hasil mengajar untuk peningkatan kualitas dalam mengajar. Salah satu cara yang dipakai adalah Tes dadakan. Tes dadakan adalah tes yang dilakukan oleh supervisor terhadap siswa secara mendadak atau tiba-tiba, tanpa memberitahu guru atau siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui target Kurikulum dan daya serap siswaterhadap materi yang telah mereka pelajari sebelumnya; (h) Laboratorium. Suatu tempat dimana guru-guru dapat memperoleh sumber-sumber materi untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka program inservice education

Teknik supervisi yang kedua Teknik Kelompok. Pada teknik kelompok terdapat 15 cara yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor antara lain: (a) Pertemuan Orientasi Bagi Guru Baru (Orientation Meeting for New Teacher) Pertemuan itu ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan saja guru baru tapi juga seluruh staf guru.

Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini meliputi: 1) Sistem kerja dari sekolah itu. Biasanya dilaksanakan melalui percakapan bersama, yang dapat juga diselingi dengan pengenalan fisik dan saling diskusi bersama yang disebut juga a round table discussion; 2) Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah; 3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah; 4) Sering juga pertemuan orientasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok, lokakarya selama beberapa hari, sepanjang tahun; 5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu misalnya pusat-pusat industri, atau obyek-obyek sumber belajar; 6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah makan bersama. Juga tempatpertemuan turut juga mempengaruhi orientasi itu; 7) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja, ialah bahwa guru baru itu tidak merasa asing tetapi ia merasa diterima dalam kelompok guru lain. Pertemuan orientasi ini merupakan juga jumpa untuk merencanakan program sekolah yang berhubungan dengan pembinaan guru dalam proses belajar mengajar.

Teknik kelompok berikutnya adalah (b) Panitia Penyelenggara. Suatu kegiatan bersama biasanya perlu diorganisasikan. Untuk mengorganisasi sesuatu tugas bersama, ditunjuk beberapa orang penanggungjawab pelaksana. Para pelaksana yang dibentuk untuk melaksanakan sesuatu tugas yang lazim disebut panitia penyelenggara. Panitia ini dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, banyak mendapat pengalaman-pengalaman kerja. Pengalaman dalam usaha mencapai tujuan, pengalaman dalam mengerti cara bekerja sama dengan orang lain, pengalaman yang berhubungan dengan tugas yang dibebankan. Berdasarkan pengalamanpengalaman itu guru-guru dapat bertambah dan bertumbuh profesi mengajarnya;

Teknik kelompok yang menarik lainnya adalah:(c) Rapat Guru (Teacher Metting). Rapat guru berbeda dengan pertemuan formal karena pada rapat ini semua guru yang ada pada sekolah tersebut hadir. Dalam rapat ini biasanya dibicarakan masalah pengajaran, dan kepala sekolah beserta wakilnya sebagai supervisor. Namun kadang pelaksanaan rapat tersebut dikelolah oleh suatu panitia guru atau tim penasehat kepala sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas personal dan program sekolah dan juga memberikan kesempatan untuk berpikir kooperatif, merencanakan staf, mendorong orang untuk berbicara dan dapat mengenal sekolah secara keseluruhan; (d) Tukar menukar pengalaman (Sharing Experience) Teknik ini dilaksanakan secara informal dimana setiap guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diarahkan. Karena forum ini sifatnya umum maka akan memberikan suatu pengalaman yang berharga bagi guru muda (yunior) untuk memperkuat jati diri sebagai guru. Kesimpulan yang diperoleh akan dijadikan pegangan bagi semua guru dalam mensiasati pekerjaan mereka di kelas.

Selain 4 hal di atas terdapat  teknik kelompok yang menyenangkan yakni: (e) Lokakarya (Workshop). Lokakarya ini dengan cara mendatangkan para ahli-ahli pendidikan untuk mendiskusikan masalah-masalah pendidikan. Ketika itu guru-guru dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibicarakan. Teknik ini adalah usaha untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bekerja sama baik  mengenai masalahmasalah teoritis maupun praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup secara umum dan kualitas profesional secara khususnya; (f) Panel Diskusi (Panel Discussion). Merupakan suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, bertukar informasi atau untuk memutuskan sesuatu keputusan tentang masalah tertentu. Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-masing sehingga guru dapat masukan yang sangat lengkap dalam mnenghadapi atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah lahirnya sifat cekatan dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang ahli.

Teknik kelompok selanjutnya adalah: (g) Simposium Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu topik dari aspekaspek yang berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan dapat mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut; (h) Demonstrasi mengajar. Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan guru dalam mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor; (i) Buletin supervisi. Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwa-peristiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar, tingkah laku siswa, dan sebagainnya. Diharapkan ini dapat membantu guru untuk menjadi lebih baik; (j) Organisasi profesi. Organisasi profesi guru di Indonesia adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), sedangkan dosen mempunyai organisasi profesi tersendiri yaitu ADI (Asosiasi Dosen Indonesia). PGRI adalah lembaga profesi yang melindungi guru secara lembaga dalam segala sesuatu yang akan merusak citra guru baik dari dalam maupun dari luar anggotanya. Lembaga ini sekaligus memperjuangkan hak dan kewajibannya secara hukum kepada semua pihak yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan guru. Hal ini penting untuk menjaga agar guru tidak terganggu pekerjaan pokoknya sehari-hari.

Teknik kelompok lainnya adalah: (k) Perjalanan Sekolah (Firld Trips). Adalah suatu cara dimana guru-guru melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah untuk memperkaya pengalaman belajar mengajar terutama bagi guru-guru yang mengalami masalah dalam tugas, sehingga mereka mendapatkan semacam selingan atau refresing setelah melakukan pekerjaan rutin mereka di sekolah. Dengan cara ini diharapkan mendorong pertumbuhan jabatan dan kegairahan bekerja dengan sumbersumber penglaman yang baru; (l) Supervisi Sebaya (Peer Supervising). Sejajar dengan prinsip metodologi belajar mengajar bahwa anak yang pintar diperbolehkan membantu teman temannya dalam belajar walaupun ia tidak berhak dalam menilai keberhasilan guru yang dibantu. Teknik ini sangat berguna dalam share pengalaman guru dari teman seprofesi dalam bidangnya. Mereka akan mendapatkan kiat-kiat yang ada pada masing-masing teman terutama pada materi materi sulit. Teknik ini sangat baik dilakukan dalam forum KKG atau MGMP yang dilakukan setiap minggu; (m) Pemanfaatan Nara Sumber. Sumber yang dapat memberikan pendalaman dan perluasan ilmu secara langsung, dengan kemungkinan untuk berinteraksi dan memberikan penjelasan secukupnya, berupa seorang ahli yang dapat didatangkan sebagai nara sumber (resource person); (n)Mengikuti kursus. Teknik ini dilakukan oleh guru-guru untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengajar agar tidak monoton; (o) Supervisi dengan pemanfaatan Alat Elektronika. Teknik ini memanfaatkan alat-alat elektronika yang dapat menangkap gambar-gambar secara kontinu dan dapat merekam suara. Bila diadakan supervise, supervisor hanya mengoperasikan saja alat-alat tersebut. Alat ini tidakmengganggu kewajaran proses belajar mengajar.

 

Tugas Pokok dan Fungsi Supervisi

 

Kehadiran supervisi digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui pertumbuhan kemampuan guru-gurunya. Supervisi mendorong guru menjadi lebih berdaya, dan situasi mengajar belajar menjadi lebih baik, mengajar menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian sistem pendidikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti bahwa kedudukan supervisi merupakan komponen yang sangat strategis dalam administrasi pendidikan.

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.

Dilihat dari fungsi utama supervisi adalah ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas, agar sasaran supervisi terlaksana dalam peningkatan kinerja secara efektif, maka kemampuan guru perlu ditingkatkan, maka fungsi supervisi menurut Ametembun terdiri dari:(1)Penelitian. Yaitu fungsi yang harus dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi;(2)Penilaian. Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar yang telah dicapai, dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan;(3)Perbaikan. Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau  melakukanberbagai perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru; (4)Pembinaan. Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, pembinaan ini dapat dilakukan dengan cara demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan supervisi

 

Senin, 21 Februari 2022

KUNCI UTAMA GURU PROFESIONAL

 


Pada acara Diklat Di Wilayah Kerja (DDWK) guru MI beberapa hari yang lalu, Bapak Kasi Pendma menanyakan pengertian guru profesional. Beragam jawaban yang muncul dari peserta diklat. Menurut pendapat seorang guru, guru dikatakan professional jika dapat diguru dan ditiru. Ada pula yang menjawab, guru dikatakan profesional jika telah menerapkan 4 kompetensi guru. Jawaban lainnya, guru dikatakan profesional jika  mampu merencanakan pembelajaran, melakukan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran dengan baik.

Sedangkan pada  pembinaan guru BA dan MI oleh pengawas madrasah dalam  peningkatan kompetensi profesional guru di MIM Kamulan. Bapak Haji Nur Muslimin  menjelaskan tentang makna guru menurut UU, empat kompetensi guru dan ciri-ciri guru profesional. Penekanan materi pada hari itu adalah kompetensi profesional.

DEFINISI GURU PROFESIONAL

Menurut UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

STANDAR KOMPETENSI GURU

KOMPETENSI PAEDAGOGIK

Menurut pengawas madrasah guru dikatakan memiliki kompetensi paedagogik jika:(1)menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,  moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3)mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun  dengan peserta didik; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10)melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

KOMPETENSI KEPRIBADIAN

 Kriteria guru yang memiliki Kompetensi Kepribadian adalah: (1)bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak  mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (4) menunjukkan etos kerja,tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Guru dianggap mampu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia jika mampu:(a)menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut,  hukum dan sosial yang berlaku  dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

Guru mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat jika: (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; (c) berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan  anggota masyarakat di sekitarnya.

Pada  poin menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa: (a)guru harus  menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; (b) guru mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Guru dinyatakan mampu menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri  jika : (a)guru harus menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; (c) mampu bekerja mandiri secara profesional.

Guru dianggap mampu menjunjung tinggi kode etik profesi guru jika: (a) memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; berperilaku sesuai dengan kode etikprofesi guru.

KOMPETENSI SOSIAL

Guru dianggap memiliki kompetensi sosial jika: (1)bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang  keluarga, dan status sosial ekonomi; (2)Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama  pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; (3)beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial; berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain  secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Pada kompetensi sosial  ini guru dinyatakan mampu bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, jika: (a)bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran; (b)tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah  karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang  keluarga, dan status sosial-ekonomi.

Kriteria guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat bila; (a)Berkomunikasi dengan teman sejawat dan  komunitas ilmiah lainnya  secara santun, empatik dan efektif; (b)berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik; (c)engikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Ciri guru yang mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial adalah: (a)beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik; (b)melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk  mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

Guru  yang mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain jika dapat (a) berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitasi ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran; (b)engkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain.

Kompetensi Profesional

Titik berat pembinaan guru Bustanul Athfal Aisyiyah dan MIM Kamulan pada tanggal 16 Pebruari tahun 2022 adalah: (1)menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2)menguasai Kompetensi Inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu;(3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4)mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5)memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Pada kompetensi menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, guru harus : (a) menguasai Kompetensi Inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; (b)memahami kompetensi inti mata pelajaran yang diampu;(c)memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; (d)memahami tujuan pembelajaran yang diampu.

Ciri guru yang mampu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, sebagai berikut: (a)memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; (b)mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Guru dikatakan telah dapat mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, jika: (a)melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri  secara terus menerus; (b)memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan; (c)melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan; (d)mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

Guru dianggap telah mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri, bila telah: (a)memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi; (b)manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadi Guru Profesional : (1)Memahami tugas dan fungsi seorang guru; (2) Selalu berusaha meningkatkan ilmu yang dimiliki, baik ilmu yang terkait dengan materi pelajaran maupun ilmu tentang bagaimana menjadi guru yang baik, dengan banyak   membaca, mengikuti pelatihan, diskusi dengan teman  sejawat; (3) Mau melakukan refleksi supaya dapat menyadari kekurangan yang dimiliki, kemudian berusaha untuk  memperbaikinya; (4) Meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap hal-hal baru atau perubahan-perubahan yang  terjadi di sekitar supaya tidak mempengaruhi kualitas pembelajaran; (5)Mau menggandeng teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

KUNCI UTAMA GURU PROFESIONAL

Seorang guru menjadi Profesional jika telah memiliki: (1)kemauan keras; (2)komitmen terhadap tugasnya; (3)ketulusan dalam menjalankan tugas mulia sebagai guru

AGAR MADRASAH  TETAP JAYA

Menurut pengawas madrasah kecamatan Durenan, madrasah tetap jaya jika: (1)ada siswa; (2) melakukan inovasi dalam pelayanan membuat program unggulan, disiplin, kehadiran tepat waktu;(3)enguasai tehnik rekrutmen siswa; (4)ada kebersamaan.Keberhasilan madrasah adalah keberhasilan bersama; (5)Jalin komunikasi yang baik dengan pihak lain

 

 

 

 

 

 

Selasa, 15 Februari 2022

BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)

 

Peserta yang terlambat mendapat tugas melepaskan ikatan

  Bapak Muhammad Shodiq (Widyaiswara dari Balai Diklat Surabaya) ternyata  memiliki kemampuan hipnoterapi. Ketika menjadi pemateri terasa sekali kemampaun memahami karakter peserta diklat. Materi pertama Beliau tentang BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC). Beliau menyampaikan kiat belajar menjadi pribadi yang lebih sukses dan memnjadi pemimpin yang lebih amanah. Caranya dengan menyesuaikan diri dengan kebenaran dan kebaikan. Guru juga harus konsisten melaksanakan kebenaran dan kebaikan. Serta berani memperjuangkan kebenaran dan kebaikan. Terkait kebenaran dan kebaikan ia tekankan berulang-ulang.

KETELADANAN

Teori Kepemimpinan  meletakkan keteladan pada peringkat pertama di antara sejumlah karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin. Selanjutnya pemimpin harus memiliki integritas dan mau mengembangkan diri. Pengembangan diri merupakan proses pembentukan dan perwujudan menjadi lebih baik. Meliputi segala kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan identitas diri, mengembangkan bakat dan potensi diri, membangun sumber daya manusia dan fasilitas kinerja, meningkatkan kualitas hidup dan memberikan kontribusi dalam mewujudkan impian dan cita-cita organisasi.

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Ada beberapa kriteria kepemimpinan pendidikan  yang baik dan sukses dalam  mengelola sekolah/madrasah. Salah satu  buktinya adalah sekolah yang dibinanya menjadi sekolah yang efektif. Ciri utama sekolah efektif, berdasarkan berbagai riset  meliputi: (1)kepemimpinan instruksional yang kuat; (2)harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa; (3)adanya lingkungan belajar yang tertib dan nyaman; (4)menekankan kepada keterampilan dasar; (5)pemantauan secara kontinyu terhadap kemajuan  siswa; (6)terumuskannya tujuan sekolah secara jelas.

TIPE KEPEMIMPINAN

Ada  5 tipe kepemimpinan dan solusi untuk menyempurnakan pribadi seorang pemimpin/guru. Pertama, PERENIALISM. Sebuah pemikiran pendidikan paling tua. Jenis orang seperti ini berpikir bahwa, pendidikan bertujuan untuk mendorong intelektualitas sumber daya manusia. Siswa diberikan pengetahuan dan nilai-nilai sebanyak mungkin agar menjadi pintar dan berguna bagi masyarakat. Selama pembelajaran guru kurang memperhatikan minat dan motivasi. Guru memandang banyaknya ilmu yang ditransfer kepada siswa adalah yang terpenting. Guru cenderung menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai tanpa penjelasan dan alasan yang memadai. Siswa dituntut hafal apa dan harus seperti yang disampaikan gurunya, tanpa memahami arti yang sebenarnya. Pembelajaran seperti ini mencekam dan membuat siswa stres. Tetapi siswa harus bersabar dan patuh pada guru, itu yang utama, mutlak, dan otoriter. Jika kita tergolong tipe ini , dianjurkan pada guru untuk banyak melakukan studi komparatif dengan sekolah-sekolah lain yang lebih maju.

Kedua,  KONSERVATIF. Pemimpin  menganggap pendidikan sebagai alat untuk  penciptaan masyarakat yang intelek dan bermartabat. Pendidikan adalah untuk mentransfer pengetahuan dan nilai-nilai yang dilakukan masa lalu dari guru kepada siswa, meski kadang-kadang terpaksa berubah dan menyesuaikan dengan kondisi  situasi pembelajaran saat ini. Guru tipe ini terpaksa mengalah pada situasi kondisi saat ini, tetapi tetap saja menyalahkan bahwa siswa sekarang sulit dinasehati, sulit diajari, tidak patuh, dan lain-lain. Jika kita termasuk guru seperti ini dianjurkan mencoba ide/metode/model/pendekatan pembelajaran yang berbeda ketika melaksanakan pembelajaran

Ketiga,  PROGRESSIF. Guru tipe ini cenderung liberal dan berbeda dengan tipe 1 dan 2. Guru berpikir bahwa pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan saja, melainkan lebih dari itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruk pengetahuan dalam diri siswa. Memberikan perhatian terhadap minat dan memberikan sentuhan perasaan pada siswa adalah hal yang penting pada proses pendidikan. Posisi ini sejalan dengan strategi dan gerakan pendidikan Indonesia saat ini. Untuk konsep pendidikan ini, Guru dianggap memahami strategi dan gerakan pendidikan tersebut serta mengadopsi ke praktik pendidikan. Guru tipe ini harus lebih berupaya dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan lebih lanjut tentang cara melakukan pembelajaran dengan kualitas yang lebih baik.

Keempat, LIBERAL. Tipe ini adalah guru yang sangat progessif. Sangat berlawanan dengan sifat perenialis (tipe 1). Pemikiran ini mengkritisi pembelajaran indoktrinasi dan behavioristik/hafalan. Guru berpikir bahwa hafalan tidak dibutuhkan karena dunia senantiasa berubah. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengonstruk pengetahuan dan ketrampilan hidup lebih penting dan urgen untuk mempersiapkan mereka hidup dalam masyarakat. Secara khusus ini adalah kemampuan Guru untuk keluar dari setiap masalah yang muncul dalam pendidikan melalui kinerja ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Guru mempunyai karakter kerjasama dan disiplin diri dan mengedepankan sikap ilmiah.  Guru berpikir bahwa pengalaman nyata baik fisik maupun mental adalah kegiatan kunci pada pembelajaran. Guru juga sangat respon terhadap kebijakan baru dalam dunia pendidikan. Guru harus banyak melakukan kampanye agar setiap warga sekolah dapat menerima ide progressif Anda.

SPIRITUAL LEADERDHIP

Hadis yang diriwayat Bukhari mengingatkan jika: Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Hal itu mengajarkan pada guru untuk melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Karena kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah. Terjemahan Firman Allah terkait hidup sukses antara lain: (a)“...Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling takwa di antaramu” (QS 49 al-Hujurat:13). (b)“...Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (QS 65 At-Thalaq:3), (c)“Dan memberinya rizki dari arah yang tiada di sangka-sangka...(QS 65 At-Thalaq:3). (d)“...dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS 65 At-Thalaq:4) . (e)“...dan barang siapa bertakwa kepada Allah, Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipatgandakan pahala baginya...”(QS 65 At-Thalaq:5). (f)“Jika sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi...” (QS 7 Al-A’raaf: 96), (g)Dan katakanlah, yg benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, sesungguhnya yg bathil itu pasti lenyap” (QS. Bani Israil:81)

INSAN CERDAS KOMPRENHENSIF  DAN  KOMPETITIF

Insan cerdas secara komprehensif

Para guru yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional sosial, intelektual dan  kinestetik. Cerdas spiritual, beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul, serta  menumbuhkan inner motivation, motivasi yang benar-benar tumbuh dari kesadaran yang prima. Cerdas emosional  sosial, beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Guru juga beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: (1)membina dan memupuk hubungan timbal balik; (2)demokratis; (3)empatik dan simpatik; (4) menjunjung tinggi hak asasi manusia; (5) ceria dan percaya diri; (6)menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; (7)berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.

Cerdas intelektual, beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif. Cerdas kinestetis, Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas. Aktualisasi insan adiraga.

Makna Insan Indonesia Kompetitif

Guru yang merupakan insan kompetitif memiliki kriteria: (1)Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, (2)Bersemangat juang tinggi, (3)Mandiri , (4)Pantang menyerah, (5)Pembangun dan pembina jejaringB, (6)ersahabat dengan perubahan, (7)Inovatif dan menjadi agen perubahan, (8)Produktif, (9)Sadar mutu, (10)Berorientasi global, (11)Pembelajar sepanjang hayat