Kala
itu pukul 11.22, bertepatan hari Sabtu tanggal 17 Oktober 2020. Mendengar kabar
duka meninggalnya teman dan sahabat sesama pegawai kemenag yang bekerja di Unit
Kerja Durenan. Sempat menetes air mata, sesama ibu yang memiliki putra masih
kecil. Kabar duka segera tersebar dari grup ke grup bahkan sudah ada yang
berangkat ke rumah duka. Pukul 11.41 Bapak Haji Nur Muslimin, sebagai Pengawas
Madrasah meluruskan peristiwa duka tersebut. Bahwa yang meninggal bukan Ibu
Penyuluh Kecamatan Durenan namun orang lain yang kebetulan namanya sama. Memang
Beliau sedang mengidap penyakit kanker stadium empat, yang telah nampak semakin
memburuk kondisinya. Sebenarnya hendak bezok ketika Beliau di rawat di Rumah Sakit Umum,
namun terkendala pandemi covid-19.
Kenangan
bersama Beliau cukup banyak antara
lain: (1) Diajak mengikuti lomba dalam rangka HAB Kemanag ke sebuah pantai di
Watulima, (2) Tadarus bersama pada bulan Ramadhan 2019, (3) Bergabung dalam
satu kegiatan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kantor PKG,
(4) Melakukan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kelas VI,
(5) Mengikuti lomba memasak ubi ungu dalam rangka HAB Depag, (6) Mendampingi
saya mengikuti lomba Pidato di Kemenag Trenggalek, (7) Mengikuti lomba merawat
jenazah, (8) Mengikuti Lomba madding Darma Wanita dan banyak kegiatan lainnya.
Pertama, mengikuti lomba dalam rangka HAB
Kemenag di Watulima. Kegiatan lomba ini
adalah senam dan berjalan menggunakan bangkiak
berkelompok. Setelah perlombaan
yang seru tersebut usai, saya berseloroh mengajak ke Cekrong. Alhamdulillah
ajakan diterima dan kami menikmati keindahan hutan mangrove yang sangat elok.
Pertama kalinya saya melihat keindahan Pantai Cengkrong. Teringat Beliau
membelikan kami minuman kelapa muda dan beberapa makanan ringan. Beliau sendiri
tidak makan dan minum. Penyakit yang diderita mengharuskannya tarak.
Kedua, Tadarus
bersama pada bulan Ramadhan 2019. Sebelum pandemi covid-19, setiap Bulan
Ramadhan para guru di Kecamatan Durenan melaksanakan tadarus. Setelah usai
tadarus, Beliau memberikan ceramah singkat, pamitan dan mohon doa restu hendak
berangkat menunaikan ibadah haji. Dalam kesempatan tersebut Beliau sempat
menangis menunjukkan kepasrahan terhadap ujian dari Allah. Sekaligus memohon
maaf kepada para guru. Suasana menjadi sangat mengharukan. Beliau berharap
setelah haji penyakitnya diangkat oleh Allah, diberi kesembuhan dan bisa
bertemu lagi dalam kesempatan yang sama.
Ketiga,
Bergabung dalam satu kegiatan simulasi
Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kantor PKG. Saat itu acara
pertemuan Darma Wanita, bergabunglah guru MI dengan guru BA dan RA sekecamatan Durenan.
Beliau menyediakan media untuk melakukan simulasi bersama dalam rangka
sosialisasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) Darma Wanita Kemenag
Trenggalek. Pada kesempatan itu permainan berjalan dua babak, sangat kompak dan
penuh gelak tawa.
Keempat,
melakukan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kelas VI.
Setelah sosialisasi di Kantor PKG sukses, Beliau mendatangi kelasku untuk mengajak
simulasi anak-anakku kelas VI dengan peraga khusus anak-anak. Ternyata
anak-anak juga bisa simulasi SPAK dan
terlihat sangat menikmati. Siswa mampu berpendapat, menjawab pertanyaan dan
menyampaikan sanggahan serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
kegiatan itu. Terbukti selalu mampu menjawab hukuman yang berupa pertanyaan dan
mengerjakan tantangan dalan kartu-kartu yang telah disediakan.
Kelima,
mengikuti lomba memasak ubi ungu dalam
rangka HAB Depag. Dalam perlombaan menyajikan masakan dari ubi ungu
tersebut, olahan kami berdua berupa klepon,
kolak, dan mendhut. Sedangkan peserta
lainnya berupa kripik ubi ungu, gethuk,
grip, ice cream ubi ungu dan lain-lain. Penilaian utama pada rasa, keunikan dan
penyajiannya.
Keenam,
mendampingi saya mengikuti lomba Pidato
di Kemenag Trenggalek. Semula saya menolak karena banyak sarjana agama
maupun penyuluh di kecamatan Durenan. Namun Kepala KUA menghendaki guru MI
lulusan eksak yang mengikuti lomba ceramah agama. Pantangan menolak tantangan,
akhir maju mengikuti perlombaan di bawah bimbingan Bapak Wicaksono. Beliau
hadir dalam perlombaan tersebut, karena saat itu penyakitnya belum menjalar
sampai jantung dan ulu hati.
Ketujuh,
mengikuti lomba merawat jenazah. Kegiatan
yang belum pernah saya lakukan. Dalam perlombaan tersebut satu tim terdiri dari
tiga orang guru. Peraga yang digunakan berupa boneka besar dan peralatan merawat
jenazah. Selama mengikuti latihan, kami bertiga dari Kecamatan Durenan sempat
ketakutan. Sampai terbawa mimipi. Tim juri dari Pondok Pesantren Kelutan
Trenggalek dan organisasi kemasyarakatan.
Kedelapan,
Mengikuti Lomba Majalah Dinding Darma
Wanita dan banyak kegiatan lainnya. Lomba tersebut diikuti oleh darma
wanita tiap satuan kerja maupun para guru. Dengan tema ‘Majalah Dinding yang
Dapat Dinikmati Panca Indera’. Mading yang dapat dinikmati oleh indera
penglihat dan indera peraba sudah biasa. Rasa penasaran muncul untuk
membuktikan adanya madding yang bisa dinikmati indera pengecap (lidah), indera
pendengar (telinga) dan indera pembau (hidung). Ternyata yang mendapat juara
adalah kecamatan Trenggalek. Madingnya selain terdiri dari tulisan (pantun,
puisi, cerpen), gambar (foto pengurus, hiasan madding), dan juga ada permen yang ditaruh manis pada suatu
wadah mini. Dalam mading itupun terdapat jam
mini yang berdetak sangat keras. Mading yang tertata rapi itupun terdapat parfum ruangan yang aromanya harum jika pmendekat.
Demikian
sekilas kebersamaan saya, para guru dan Bu Anjar Mukoyaroh. Semoga Alloh
mengangkat penyakitnya dan diberi kesembuhan. Sesama ibu rumah tangga rasa
empati sangat lekat di hati. Ibu yang masih dibutuhkan putra-putrinya. Ibu muda
yang energik dalam mengemban tugas sebagai penyuluh dan pengurus darmawanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar