Rabu, 21 Oktober 2020

BERITA DUKA: ORANG BERBEDA DENGAN NAMA SAMA

 




Kala itu pukul 11.22, bertepatan hari Sabtu tanggal 17 Oktober 2020. Mendengar kabar duka meninggalnya teman dan sahabat sesama pegawai kemenag yang bekerja di Unit Kerja Durenan. Sempat menetes air mata, sesama ibu yang memiliki putra masih kecil. Kabar duka segera tersebar dari grup ke grup bahkan sudah ada yang berangkat ke rumah duka. Pukul 11.41 Bapak Haji Nur Muslimin, sebagai Pengawas Madrasah meluruskan peristiwa duka tersebut. Bahwa yang meninggal bukan Ibu Penyuluh Kecamatan Durenan namun orang lain yang kebetulan namanya sama. Memang Beliau sedang mengidap penyakit kanker stadium empat, yang telah nampak semakin memburuk kondisinya. Sebenarnya hendak bezok ketika Beliau di rawat di Rumah Sakit Umum, namun terkendala pandemi covid-19.

Kenangan bersama  Beliau cukup banyak antara lain: (1) Diajak mengikuti lomba dalam rangka HAB Kemanag ke sebuah pantai di Watulima, (2) Tadarus bersama pada bulan Ramadhan 2019, (3) Bergabung dalam satu kegiatan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kantor PKG, (4) Melakukan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kelas VI, (5) Mengikuti lomba memasak ubi ungu dalam rangka HAB Depag, (6) Mendampingi saya mengikuti lomba Pidato di Kemenag Trenggalek, (7) Mengikuti lomba merawat jenazah, (8) Mengikuti Lomba madding Darma Wanita dan banyak kegiatan lainnya.

Pertama, mengikuti lomba dalam rangka HAB Kemenag di Watulima. Kegiatan lomba ini adalah senam dan berjalan menggunakan bangkiak berkelompok. Setelah perlombaan yang seru tersebut usai, saya berseloroh mengajak ke Cekrong. Alhamdulillah ajakan diterima dan kami menikmati keindahan hutan mangrove yang sangat elok. Pertama kalinya saya melihat keindahan Pantai Cengkrong. Teringat Beliau membelikan kami minuman kelapa muda dan beberapa makanan ringan. Beliau sendiri tidak makan dan minum. Penyakit yang diderita mengharuskannya tarak.

Kedua,  Tadarus bersama pada bulan Ramadhan 2019. Sebelum pandemi covid-19, setiap Bulan Ramadhan para guru di Kecamatan Durenan melaksanakan tadarus. Setelah usai tadarus, Beliau memberikan ceramah singkat, pamitan dan mohon doa restu hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Dalam kesempatan tersebut Beliau sempat menangis menunjukkan kepasrahan terhadap ujian dari Allah. Sekaligus memohon maaf kepada para guru. Suasana menjadi sangat mengharukan. Beliau berharap setelah haji penyakitnya diangkat oleh Allah, diberi kesembuhan dan bisa bertemu lagi dalam kesempatan yang sama.

Ketiga, Bergabung dalam satu kegiatan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kantor PKG. Saat itu acara pertemuan Darma Wanita, bergabunglah guru MI dengan guru BA dan RA sekecamatan Durenan. Beliau menyediakan media untuk melakukan simulasi bersama dalam rangka sosialisasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) Darma Wanita Kemenag Trenggalek. Pada kesempatan itu permainan berjalan dua babak, sangat kompak dan penuh gelak tawa.

Keempat, melakukan simulasi Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Kelas VI. Setelah sosialisasi di Kantor PKG sukses, Beliau mendatangi kelasku untuk mengajak simulasi anak-anakku kelas VI dengan peraga khusus anak-anak. Ternyata anak-anak juga bisa simulasi  SPAK dan terlihat sangat menikmati. Siswa mampu berpendapat, menjawab pertanyaan dan menyampaikan sanggahan serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kegiatan itu. Terbukti selalu mampu menjawab hukuman yang berupa pertanyaan dan mengerjakan tantangan dalan kartu-kartu yang telah disediakan.

Kelima, mengikuti lomba memasak ubi ungu dalam rangka HAB Depag. Dalam perlombaan menyajikan masakan dari ubi ungu tersebut, olahan kami berdua berupa klepon, kolak, dan mendhut. Sedangkan peserta lainnya berupa kripik ubi ungu, gethuk, grip, ice cream ubi ungu dan lain-lain. Penilaian utama pada rasa, keunikan dan penyajiannya.

Keenam, mendampingi saya mengikuti lomba Pidato di Kemenag Trenggalek. Semula saya menolak karena banyak sarjana agama maupun penyuluh di kecamatan Durenan. Namun Kepala KUA menghendaki guru MI lulusan eksak yang mengikuti lomba ceramah agama. Pantangan menolak tantangan, akhir maju mengikuti perlombaan di bawah bimbingan Bapak Wicaksono. Beliau hadir dalam perlombaan tersebut, karena saat itu penyakitnya belum menjalar sampai jantung dan ulu hati.

Ketujuh, mengikuti lomba merawat jenazah. Kegiatan yang belum pernah saya lakukan. Dalam perlombaan tersebut satu tim terdiri dari tiga orang guru. Peraga yang digunakan berupa boneka besar dan peralatan merawat jenazah. Selama mengikuti latihan, kami bertiga dari Kecamatan Durenan sempat ketakutan. Sampai terbawa mimipi. Tim juri dari Pondok Pesantren Kelutan Trenggalek dan organisasi kemasyarakatan.

Kedelapan, Mengikuti Lomba Majalah Dinding Darma Wanita dan banyak kegiatan lainnya. Lomba tersebut diikuti oleh darma wanita tiap satuan kerja maupun para guru. Dengan tema ‘Majalah Dinding yang Dapat Dinikmati Panca Indera’. Mading yang dapat dinikmati oleh indera penglihat dan indera peraba sudah biasa. Rasa penasaran muncul untuk membuktikan adanya madding yang bisa dinikmati indera pengecap (lidah), indera pendengar (telinga) dan indera pembau (hidung). Ternyata yang mendapat juara adalah kecamatan Trenggalek. Madingnya selain terdiri dari tulisan (pantun, puisi, cerpen), gambar (foto pengurus, hiasan madding), dan juga ada permen yang ditaruh manis pada suatu wadah mini. Dalam mading itupun terdapat jam mini yang berdetak sangat keras. Mading yang tertata rapi itupun terdapat parfum ruangan yang aromanya harum jika pmendekat.

Demikian sekilas kebersamaan saya, para guru dan Bu Anjar Mukoyaroh. Semoga Alloh mengangkat penyakitnya dan diberi kesembuhan. Sesama ibu rumah tangga rasa empati sangat lekat di hati. Ibu yang masih dibutuhkan putra-putrinya. Ibu muda yang energik dalam mengemban tugas sebagai penyuluh dan pengurus darmawanita.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar