Kamis, 15 Oktober 2020

PENGALAMAN MENULIS BUKU MANDIRI PERTAMA YANG MUNGIL

 

Siang itu pulang dari sekolah hujan sangat deras. Terpaksa berteduh di rumah kosong yang nampak sudah lama ditinggalkan penghuninya. Terlihat langit sangat gelap pertanda hujan akan turun dalam waktu lama. Suhu dingin seakan menghempaskan tubuh yang basah, terguyur air hujan. Untuk mengurangi rasa dingin kugosok-gosokkan kedua tangan, gesekan tersebut sedikit membuat nyaman, hangat. Tak henti-hentinya berharap hujan reda, segera sampai rumah. Mengeringkan tubuh dan menggunakan baju hangat. Setelah sekian lama menggantang asap dan berandai-andai. Berhenti seorang ibu yang baju seragam hitam putihnya basah kuyup. Ia nampak menggigil kedinginan. Setelah dilepaskan maskernya, ternyata teman mengajar pada unit kerja yang sama namun beda madrasah.

Setelah saling berbalas salam, ia bertutur bahwa dulu sering membaca blog saya. Ketika link sering saya share di grup Kemenag Trenggalek. Maka ia bertanya, mengapa tidak pernah dishare ke grup kemenag. Itulah repotnya kalau menulis bersama dengan atasan langsung, terkadang sangat riskan tulisan menyalahi aturan atau menyinggung perasaan. Alasanku dalam hati, dan dihadapannya hanya senyuman sebagai jawabanku. Perbincangan semakin asyik ketika ia menceritakan kesulitannya membuat tulisan walau hanya satu lembar saja. Dan saya memakluminya, sebenarnya sayapun begitu. Hanya rasa ingin bisa yang tinggi, akhirnya belajar menulis. Iapun mengungkapkan rasa ingin tahunya yang sangat besar tentang buku solo pertama saya dan cara menulis di blog.

Untuk buku pertama saya, idenya dari rasa penasaran tentang program baru kementerian agama. Program baru yang seharusnya diterapkan di madrasah. Namun sangat lambat direspon para kepala madrasah. Buku tersebut berisi catatan tentang sosialisasi program Gerakan Ayo Membangun Madrasah yang tersendat-sendat. Jangankan diterapkan, di beberapa kecamatan masih sangat awam dengan program tersebut. Akhirnya mencoba untuk mencari informasi terkait program tersebut dan ditulis dalam sebuah buku. Sambil diterapkan setahap demi setahap mulai dari literasi di kelas sampai gerakan pembiasaan keagamaan.

Peristiwa lain yang lucu tentang buku itu adalah sampai sekarang buku tersebut belum saya ambil semuanya. Hanya mengambil 3 untuk keperluan kenaikan pangkat. Sisanya masih berada di kantor Pokjawas Kemenag Trenggalek. Dan yang membuat saya tertawa mengingatnya, ketika mengumpulkan berkas Kenaikan Pangkat. Semua berkas dan lampiran dicek oleh petugas di kantor Urusan Kepegawaian (UP). Pak Hadi membolak balikkan buku itu sambil mengernyitkan dahinya. Prediksi saya, Beliau keheranan dengan judul buku itu ‘GERAMM di MADRASAHKU’. Dalam benaknya mengapa geram mengajar di madrasah? Buku itu rapi dan mungil, berisi proses sosialisasi program terkini kemenag.

Untuk pertanyaan tentang menulis di blog yang diajukan tentang:

1.    Cara membagi waktu

2.    Keberanian dan rasa percaya diri dalam menulis

3.    Cara menemukan ide

4.    Langkah membuat tulisan

Pada saat mengajar daring, memang waktu kita terforsir untuk tetap online di grup WA Classroom VI. Menyiapkan RPP satu lembar, menyiapkan penilaian, mengunduh tugas siswa, menilai, konsultasi dengan wali yang kesulitan dalam mendampingi putranya, membimbing siswa, memberi reward, mengerjakan laporan kinerja, membuat laporan harian, mengisi Seika dan lain-lain. Maka waktu yang bisa dilakukan untuk belajar menulis adalah:

a)      Menulis sambil  melakukan pembimbingan dan memantau pembelajaran online

b)      Menunggu antrean (di bank, di kantor, di klinik berobat)

c)      Setelah tugas sebagai ibu rumah tangga usai (pukul 22.00-24.00WIB)

d)     Ketika jam mengajar kosong (free class)

Itulah jawabannya sesuai kebiasaan saya belajar menulis setiap hari. Berlatih merangkai kata menjadi kalimat dan paragraf. Meskipun belum sepenuhnya yakin dengan mutu tulisan saya.

Pertanyaan kedua ini, merupakan pengalamanya yang sudah memulai menulis tapi enggan untuk menguploud di blog. Sejatinya semula sayapun begitu, nyali untuk mengirim tulisan tidak ada. Namun dengan membaca motivasi dari Prof. Naim baik di blognya dan chanel youtubenya. Keberanian tersebut tumbuh secara perlahan-lahan. Jika keberanian ini tidak kita paksakan, bagaimana kita bisa mengisi waktu luang pada masa pandemi ini. Untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, yang mengharuskan membuat karya ilmiah dalam masa jabatan guru. Jika membuat PTK kurun waktunya sudah berlalu, yakni bulan Januari sampai Maret 2020 ketika masa pembelajaran tatap muka. Solusinya hanya membuat buku dari catatan harian di blog.

Semula menemukan ide memang sangat sulit, apalagi mendapat ide setiap hari. Apalagi menemukan ide yang layak ditulis. Sebetulnya ide menulis tersebut bisa kita list dari hasil membaca blog teman. Setelah membaca blog dicatat dalam daftar, misalnya isi blog tersebut tentang:

1.      catatan perjalanan

2.      kesan membaca buku

3.      ungkapan perasaan

4.      hasil mengikuti webinar

5.      pengalaman mengajar

6.      dan lain-lain

Apapun yang dilakukan para blogger, harus diterapkan. Para blogger sebenarnya orang-orang yang peka terhadap segala yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tidak ada satupun kejadian yang lengah dari ketajaman pena-nya (tarian jemarinya pada keyboard). Sampai-sampai pimpinan rapat berhati-hati dengan para penulis/blogger. Biasanya rapat tanpa persiapan menjadi rajin membuat rancangan materi rapat. Agar apapun yang pimpinan katakan dalam rapat,  dapat ditulis dengan rapi oleh peserta rapat yang menjadi blogger. Ada juga pimpinan sebuah instansi yang gemar membaca blog bawahannya, adakah kritikan untuknya hari ini.

Yang lebih mengasyikkan jika ditanya langkah-langkah menulis. Secara teori paten memang tidak memiliki penemuan dari hasil penelitian. Yang dilakukan mengalir saja setelah mengikuti dan bergabung dengan komunitas menulis. Menjadi pembelajar pada tiap grup menulis. Maka jika dijelaskan secara sederhana ada 3 langkah  yang dapat digunakan  untuk mengasah skill penulisan hingga akhirnya dapat diposting. Ketiga langkah tersebut adalah:

1.      Menuliskan segala sesuatu yang menarik

2.      Membiasakan membaca

3.      Melakukan editing tulisan

Pertama, menuliskan segala sesuatu yang menjadi pemikiran, yang dikuasai dan menarik perhatian. Dengan cara ini menulis terasa mudah dan nyaman untuk dilakukan. Karena ketika hendak menulis sebaiknya di mulai dari menulis sesuatu yang paling dikuasai. Jika menulis sesuatu yang dikuasai maka tulisan menjadi mengalir dan semua bentuk pemikiran akan mudah tercurah dalam bentuk kata dan kalimat. Namun jika menulis di mulai dari sesuatu yang bukan bidang kita, maka akan mengalami hambatan, bahkan mengalami kemacetan dalam proses menulis. Akhirnya tak satupun karya yang berhasil ditulis.

Kedua, membiasakan membaca. Selain rutin menulis yang tak kalah penting adalah rajin membaca. Membaca buku maupun berselancar membaca blog teman. Dengan rutin membaca maka akan memperoleh kosa kata baru dan ide-ide baru dari buku yang dibaca. Kosa kata yang diperoleh dari membaca buku akan mempercantik tulisan. Ide-ide baru yang ditemukan dari membaca buku berguna untuk mengembangkan ide pada tulisan, sehingga tulisan menjadi runtut, bagus dan bermanfaat. Mendapatkan sebuah ide tidak hanya dari membaca buku namun juga hal yang menarik ketika melakukan perjalanan maupun melaksanakan kegiatan rutin. Hal menarik tersebut dapat direkam dalam buku catatan harian menjadi sebuah ide pokok tulisan. Ketika sedang melakukan kegiatan atau dalam perjalanan cukup menulis poin-point penting saja. Point penting tersebut akan dikembangkan  pada waktu dan tempat yang tepat untuk menulis.

Ketiga, review atau editing tulisan. Pada saat menemukan ide dan beberapa konsep detail dari sebuah ide, harus memiliki komitmen untuk menulisnya sampai selesai. Misalkan jika ingin menuliskan cerita fiksi, abaikan dulu tata aturan yang ada seperti penokohan, seting, alur, diksi  dan lain-lain. Setelah semua point penting selesai ditulis dan berkembang menjadi tulisan, maka waktunya melakukan review atau editing tulisan. Terkadang dampak dari melakukan review tulisan akan menjadi beda dengan dengan naskah awal. Hal tersebut sebagai bukti kekuatan yang ada pada kegiatan review. Dan manfaat review dapat dijadikan sarana menentukan target pembaca.

Kesimpulan dalam belajar menulis adalah ambil kesempatan yang ada. Ketika melihat ada kesempatan atau tawaran menulis dengan tema yang dimaksud segera kirim tulisan. Jika ada ajakan atau tantangan membuat buku keroyokan seyogyanya tawaran diterima dan segera menulis. Meskipun buku bersama tidak bisa digunakan memenuhi karya tulis dalam jabatan guru. Namun bisa digunakan sebagai ajang belajar menulis. Beri target, untuk target ini harus disesuaikan dengan kesepakatan yang ditentukan.  Displin waktu, di sinilah letak kesulitan dalam membuat tulisan setiap hari di blog atau membuat buku. Ketika muncul rasa malas, rasa jenuh, banyak tugas rumah tangga, merawat anak dan lain-lain. Padahal outline sudah sangat bagus, target sudah dibuat, referensi sudah lengkap. Solusinya mencari waktu yang bebas dan mengambil waktu untuk melakukan tugas sebagai anggota utama keluarga.

 

 

 

 

2 komentar: