Siang itu pulang dari sekolah hujan
sangat deras. Terpaksa berteduh di rumah kosong yang nampak sudah lama ditinggalkan
penghuninya. Terlihat langit sangat gelap pertanda hujan akan turun dalam waktu
lama. Suhu dingin seakan menghempaskan tubuh yang basah, terguyur air hujan.
Untuk mengurangi rasa dingin kugosok-gosokkan kedua tangan, gesekan tersebut
sedikit membuat nyaman, hangat. Tak henti-hentinya berharap hujan reda, segera
sampai rumah. Mengeringkan tubuh dan menggunakan baju hangat. Setelah sekian
lama menggantang asap dan berandai-andai. Berhenti seorang ibu yang baju
seragam hitam putihnya basah kuyup. Ia nampak menggigil kedinginan. Setelah
dilepaskan maskernya, ternyata teman mengajar pada unit kerja yang sama namun
beda madrasah.
Setelah saling berbalas salam, ia
bertutur bahwa dulu sering membaca blog saya. Ketika link sering saya share di grup
Kemenag Trenggalek. Maka ia bertanya, mengapa tidak pernah dishare ke grup
kemenag. Itulah repotnya kalau menulis bersama dengan atasan langsung,
terkadang sangat riskan tulisan menyalahi aturan atau menyinggung perasaan. Alasanku
dalam hati, dan dihadapannya hanya senyuman sebagai jawabanku. Perbincangan semakin
asyik ketika ia menceritakan kesulitannya membuat tulisan walau hanya satu
lembar saja. Dan saya memakluminya, sebenarnya sayapun begitu. Hanya rasa ingin
bisa yang tinggi, akhirnya belajar menulis. Iapun mengungkapkan rasa ingin
tahunya yang sangat besar tentang buku solo pertama saya dan cara menulis di blog.
Untuk buku pertama saya, idenya dari
rasa penasaran tentang program baru kementerian agama. Program baru yang
seharusnya diterapkan di madrasah. Namun sangat lambat direspon para kepala
madrasah. Buku tersebut berisi catatan tentang sosialisasi program Gerakan Ayo
Membangun Madrasah yang tersendat-sendat. Jangankan diterapkan, di beberapa
kecamatan masih sangat awam dengan program tersebut. Akhirnya mencoba untuk
mencari informasi terkait program tersebut dan ditulis dalam sebuah buku.
Sambil diterapkan setahap demi setahap mulai dari literasi di kelas sampai
gerakan pembiasaan keagamaan.
Peristiwa lain yang lucu tentang
buku itu adalah sampai sekarang buku tersebut belum saya ambil semuanya. Hanya
mengambil 3 untuk keperluan kenaikan pangkat. Sisanya masih berada di kantor
Pokjawas Kemenag Trenggalek. Dan yang membuat saya tertawa mengingatnya, ketika
mengumpulkan berkas Kenaikan Pangkat. Semua berkas dan lampiran dicek oleh petugas
di kantor Urusan Kepegawaian (UP). Pak Hadi membolak balikkan buku itu sambil
mengernyitkan dahinya. Prediksi saya, Beliau keheranan dengan judul buku itu ‘GERAMM
di MADRASAHKU’. Dalam benaknya mengapa geram mengajar di madrasah? Buku itu rapi
dan mungil, berisi proses sosialisasi program terkini kemenag.
Untuk pertanyaan tentang menulis di
blog yang diajukan tentang:
1. Cara membagi waktu
2. Keberanian dan rasa percaya diri
dalam menulis
3. Cara menemukan ide
4. Langkah membuat tulisan
Pada saat mengajar daring, memang waktu kita terforsir untuk
tetap online di grup WA Classroom VI. Menyiapkan RPP satu lembar, menyiapkan
penilaian, mengunduh tugas siswa, menilai, konsultasi dengan wali yang
kesulitan dalam mendampingi putranya, membimbing siswa, memberi reward,
mengerjakan laporan kinerja, membuat laporan harian, mengisi Seika dan
lain-lain. Maka waktu yang bisa dilakukan untuk belajar menulis adalah:
a) Menulis sambil melakukan pembimbingan dan memantau pembelajaran
online
b) Menunggu antrean (di bank, di
kantor, di klinik berobat)
c) Setelah tugas sebagai ibu rumah
tangga usai (pukul 22.00-24.00WIB)
d) Ketika jam mengajar kosong (free
class)
Itulah
jawabannya sesuai kebiasaan saya belajar menulis setiap hari. Berlatih
merangkai kata menjadi kalimat dan paragraf. Meskipun belum sepenuhnya yakin
dengan mutu tulisan saya.
Pertanyaan kedua ini, merupakan pengalamanya yang sudah
memulai menulis tapi enggan untuk menguploud di blog. Sejatinya semula sayapun
begitu, nyali untuk mengirim tulisan tidak ada. Namun dengan membaca motivasi
dari Prof. Naim baik di blognya dan chanel youtubenya. Keberanian tersebut tumbuh
secara perlahan-lahan. Jika keberanian ini tidak kita paksakan, bagaimana kita
bisa mengisi waktu luang pada masa pandemi ini. Untuk memenuhi tuntutan
pekerjaan, yang mengharuskan membuat karya ilmiah dalam masa jabatan guru. Jika
membuat PTK kurun waktunya sudah berlalu, yakni bulan Januari sampai Maret 2020
ketika masa pembelajaran tatap muka. Solusinya hanya membuat buku dari catatan
harian di blog.
Semula menemukan ide memang sangat sulit, apalagi mendapat
ide setiap hari. Apalagi menemukan ide yang layak ditulis. Sebetulnya ide
menulis tersebut bisa kita list dari hasil membaca blog teman. Setelah membaca blog
dicatat dalam daftar, misalnya isi blog tersebut tentang:
1. catatan perjalanan
2. kesan membaca buku
3. ungkapan perasaan
4. hasil mengikuti webinar
5. pengalaman mengajar
6. dan lain-lain
Apapun
yang dilakukan para blogger, harus diterapkan. Para blogger sebenarnya
orang-orang yang peka terhadap segala yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Tidak ada satupun kejadian yang lengah dari ketajaman pena-nya (tarian
jemarinya pada keyboard). Sampai-sampai pimpinan rapat berhati-hati dengan para
penulis/blogger. Biasanya rapat tanpa persiapan menjadi rajin membuat rancangan
materi rapat. Agar apapun yang pimpinan katakan dalam rapat, dapat ditulis dengan rapi oleh peserta rapat
yang menjadi blogger. Ada juga pimpinan sebuah instansi yang gemar membaca blog
bawahannya, adakah kritikan untuknya hari ini.
Yang lebih mengasyikkan jika ditanya langkah-langkah menulis.
Secara teori paten memang tidak memiliki penemuan dari hasil penelitian. Yang
dilakukan mengalir saja setelah mengikuti dan bergabung dengan komunitas menulis.
Menjadi pembelajar pada tiap grup menulis. Maka jika dijelaskan secara
sederhana ada 3 langkah yang dapat
digunakan untuk mengasah skill penulisan
hingga akhirnya dapat diposting. Ketiga langkah tersebut adalah:
1. Menuliskan segala
sesuatu yang menarik
2. Membiasakan membaca
3. Melakukan editing
tulisan
Pertama, menuliskan segala
sesuatu yang menjadi pemikiran, yang dikuasai dan menarik perhatian. Dengan
cara ini menulis terasa mudah dan nyaman untuk dilakukan. Karena ketika hendak
menulis sebaiknya di mulai dari menulis sesuatu yang paling dikuasai. Jika menulis
sesuatu yang dikuasai maka tulisan menjadi mengalir dan semua bentuk pemikiran
akan mudah tercurah dalam bentuk kata dan kalimat. Namun jika menulis di mulai
dari sesuatu yang bukan bidang kita, maka akan mengalami hambatan, bahkan
mengalami kemacetan dalam proses menulis. Akhirnya tak satupun karya yang
berhasil ditulis.
Kedua, membiasakan membaca.
Selain rutin menulis yang tak kalah penting adalah rajin membaca. Membaca buku
maupun berselancar membaca blog teman. Dengan rutin membaca maka akan
memperoleh kosa kata baru dan ide-ide baru dari buku yang dibaca. Kosa kata
yang diperoleh dari membaca buku akan mempercantik tulisan. Ide-ide baru yang ditemukan
dari membaca buku berguna untuk mengembangkan ide pada tulisan, sehingga
tulisan menjadi runtut, bagus dan bermanfaat. Mendapatkan sebuah ide tidak
hanya dari membaca buku namun juga hal yang menarik ketika melakukan perjalanan
maupun melaksanakan kegiatan rutin. Hal menarik tersebut dapat direkam dalam
buku catatan harian menjadi sebuah ide pokok tulisan. Ketika sedang melakukan
kegiatan atau dalam perjalanan cukup menulis poin-point penting saja. Point
penting tersebut akan dikembangkan pada
waktu dan tempat yang tepat untuk menulis.
Ketiga, review atau editing tulisan.
Pada saat menemukan ide dan beberapa konsep detail dari sebuah ide, harus
memiliki komitmen untuk menulisnya sampai selesai. Misalkan jika ingin
menuliskan cerita fiksi, abaikan dulu tata aturan yang ada seperti penokohan,
seting, alur, diksi dan lain-lain.
Setelah semua point penting selesai ditulis dan berkembang menjadi tulisan,
maka waktunya melakukan review atau editing tulisan. Terkadang dampak dari
melakukan review tulisan akan menjadi beda dengan dengan naskah awal. Hal tersebut
sebagai bukti kekuatan yang ada pada kegiatan review. Dan manfaat review dapat
dijadikan sarana menentukan target pembaca.
Kesimpulan dalam belajar menulis adalah ambil kesempatan yang ada. Ketika melihat ada kesempatan atau
tawaran menulis dengan tema yang dimaksud segera kirim tulisan. Jika ada ajakan
atau tantangan membuat buku keroyokan seyogyanya tawaran diterima dan segera
menulis. Meskipun buku bersama tidak bisa digunakan memenuhi karya tulis dalam
jabatan guru. Namun bisa digunakan sebagai ajang belajar menulis. Beri target, untuk target ini harus
disesuaikan dengan kesepakatan yang ditentukan.
Displin waktu, di sinilah
letak kesulitan dalam membuat tulisan setiap hari di blog atau membuat buku.
Ketika muncul rasa malas, rasa jenuh, banyak tugas rumah tangga, merawat anak
dan lain-lain. Padahal outline sudah sangat bagus, target sudah dibuat, referensi
sudah lengkap. Solusinya mencari waktu yang bebas dan mengambil waktu untuk
melakukan tugas sebagai anggota utama keluarga.
Begitu ya bu
BalasHapusMenawi. Monggo saene pripun
BalasHapus