Minggu, 01 November 2020

MENJAGA KESEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN DARI BAKTERI SALMONELLA TYPHOSA

 


Hujan membawa berkah. Namun jika kehujanan akan berdampak buruk, jatuh sakit. Begitulah setelah kehujanan kemarin sore ternyata suami jatuh sakit. Tubuh demam, panas, mual dan muntah. Setelah dirasakan tidak membaik dengan obat apotik, maka segera berobat ke dokter. Hasil diagnosis dokter dinyatakan terkena penyakit tipes. Makanya panasnya semakin tinggi karena kemarin juga sempat minum jus mangga kepodang. Padahal buah masam pantangan bagi penderita tipes. Dokter memberi obat yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Dokter juga memberi pesan agar tidak mengonsumsi sayur nangka muda, sayur daun singkong, nasi tiwul dan buah qmasam.

Jika ingat dengan penyakit tipes, saya jadi teringat anak sulung yang sedari balita sering menderita tipes. Hampir dua bulan sekali menderita tipes dan makan kurang teratur. Ketika kuliah di Malang, dua kali ijin tidak mengikuti penelitian bersama Tim Ekspedisi Biologi (TEB). Pernah berdebat dengan Kajur, karena besok berangkat, hari ini ijin pulang anak sakit. Lagi-lagi ia jatuh sakit karena tipes (demam tifoid). Teringat sekali Pak Wahyu Prihanta, Kajur Biologi sekaligus dosen BTT mengatakan demam tifoid ini karena kurang menjaga kebersihan pada makanan dan minuman. Saya sepakat dengan Pak Wahyu, karena anakku dibesarkan neneknya. Neneknya yang sudah tua dan ayahnya sibuk mencari nafkah. Terpaksa harus merawat anak dan meninggalkan tugas yang harus diselesaikan.

Untuk sakitnya suami ini, juga agak sedikit kurang yakin dengan diagnosis dokter. Masih teringat hasil diskusi dengan Pak Wahyu beberapa tahun yang lalu terkait demam tifoid (sakit tipes). Demam ini disebabkan infeksi bakteri Salmonella typhosa yang menyebar melalui makanan dan minuman. Secara sederhana dikatakan sebagai infeksi akut usus halus akibat infeksi bakteri. Makanan dan minuman ini telah terkontaminasi bakteri Salmonella typhosa, yang perantaranya semut, lalat dan kecoak. Makanan matang yang dihinggapi beberapa hewan tersebut penyebabkan peradangan usus halus. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan misalnya jarang mencuci tangan sebelum makan.

Padahal suami orangnya paling menjaga kesehatan badan, sering cuci tangan. Apalagi di musim pandemi ini, sering mencuci tangan dan protektif sekali dengan kesehatan badan. Tapi entahlah jika hewan-hewan jorok tersebut sering berkunjung ke makanan dan minuman keluarga saya. Namun melihat gejalanya memang demam tifoid. Badannya panas tinggi, mual-mual, nyeri otot dan merasakan nyeri dipersendian.

Untuk itu sebagaimana pesan dokter segera menghindari makanan teksturnya kasar (lodeh tewel, bobor daun ketela, tiwul), makanan yang dimakan mentah (buah dan urap). Juga menghindari minuman yang mengandung kafein (kopi) dan menghindari aktivitas yang terlalu berat. Melihat gejala tersebut mulai yakin dengan diagnosis dokter. Akibat terlalu capek, imunitas turun, akhirnya bakteri masuk ke dalam tubuh dengan mudah.

Kesimpulannya jagalah kesehatan  tubuh dengan baik. Selain berolah raga dan mematuhi protokol kesehatan (prokes) juga harus diimbangi dengan menjaga kebersihan makanan dan minuman dari hewan pembawa bakteri. Langkah sederhana dengan cara menutup makanan dengan tudung saji dan membersihkan rumah. Jika rumah bersih, maka hewan jorok tersebut tidak betah berada di rumah kita.

2 komentar: