Hatinya terasa lega, bisa takziah ke rumah duka. Rombongan bersama-sama guru MI dan RA Ar Rahmah.
Menjelang azan isya jenazah selesai dimandikan. Beberapa guru dari madrasah
lain datang, begitu pula Pengawas Madrasah dan Kepala KUA. Ternyata Kepala KUA masih
kerabat dekat Bu Jai. Kepala KUA yang memimpin pemberangkatan jenazah.
Sedangkan Pengawas Madrasah memimpin doa. Para guru tidak segera pamit, masuk ke dalam rumah duka, membersamai Bu Jai. Aisyah merasa sangat kehilangan
sosok Pak Jai, selama ini banyak belajar
dari Beliau. Inovasi Beliau dalam pembelajaran patut dicontoh.
Bu
Jai mulai berkisah tentang sakit yang diderita suaminya. Kisah yang tak pernah diketahui para guru MI Ar Rahmah. Sungguh membikin haru, ternyata meskipun kakinya telah diamputasi. Pada bagian atas, bekas potongan
muncul luka baru. Infeksinya semakin parah. Keluhannya semakin sempurna, kala mata sebelah kanan mengalami kebutaan, selama ini Beliau mengandalkan mata kirinya. Semakin
hari kadar gulanya semakin tinggi sehingga mengalami kebutaan dikedua matanya.
Dokter angkat tangan tidak mampu memberikan pertolongan. Kisah hidup Pak Sujai
yang sakit-sakitan akibat kencing manis, cukup mengguncangkan hati Aisyah.
Kisah nyata keganasan diabetes mellitus.
Seminggu
kepergian Pak Sujai, Aisyah telah benar-benar menjadi guru kelas 4. Sedangkan
tugasnya di RA harus ditinggalkan. Bila boleh memilih Aisyah lebih suka
mengajar di RA. Mengajar anak usia di bawah tujuh tahun (batuta), sangat
menyenangkan. Celoteh mereka, kepolosan mereka, keceriaan mereka menjadi
penyemangat hidup Aisyah. Semoga kelak bisa kembali mengajar anak-anak RA Ar
Rahmah. Sebenarnya Aisyah mengajar di MI merasa kurang nyaman. Membikin canggung Pak Mumtaz.
Padahal Aisyah memiliki sebuat komitmen, terpahat dalam relung terdalam. Aku mengagumimu. Tapi aku tak pernah menyebut
namamu dalam doaku. Karena dalam setiap doaku. Aku hanya meminta yang terbaik
menurut-Nya. Bukan yang terbaik menurutku. Itulah komitmen Aisyah Terdengar Aisyah mendesah kasar.
Bila
boleh memilih, Aisyah lebih suka ketika dijodoh-jodohkan dengan Subkhi. Yeah,
kisah ketika ia dijodoh-jodohkan dengan teman sekampusnya. Teman semasa kuliah
di IAIN Tulungagung. Mungkin itulah cinta sejatinya. Itulah yang menyebabkan hati
Aisyah datar-datar saja ketika dijodoh-jodohkan dengan Pak Mumtaz. Subkhi
sangat baik, kemampuannya memahami bahasa Arab dan Inggris tergolong mumpuni.
Hal itu yang menjadi nilai lebih Subkhi di mata Aisyah. Aisyah mengagumi sosok
Subkhi, pria yang humoris dan baik hati. Hubungan Aisyah dengan Subkhi bukan
hubungan pacaran model anak zaman sekarang. Hubungan yang islami namun sudah
berkomitmen, berlanjut ke jenjang pernikahan. Hubungan mereka telah disetujui
kedua orang tua masing-masing. Namun naas, hubungannya harus kandas. Bukan
karena orang ketiga. Namun Subkhi harus menyetujui permintaan orang tuanya.
Menikah dengan tunangan kakaknya. Undangan telah disebar, terop, dekorasi dan bahan
makanan telah dipersiapkan. Tunangan kakaknya, mengalami tekanan mental. Maka
Subkhi diharapkan mau menyelamatkan calon kakak iparnya.
Kejadian
itu di luar perkiraan Aisyah. Kejadian yang telah meluluh lantakkan hatinya.
Kakak Subkhi merupakan salah satu penumpang kapal motor Yunicee yang
tenggelam di Selat Bali, pada tanggal 29 Juni 2021. Kapal tersebut tenggelam
dekat Pelabuhan Gilimanuk Bali. Ia merupakan salah satu dari korban yang belum
diketemukan, pada kejadian tersebut. Ibunya sakit memikirkan nasib kakaknya. Kakaknya
lulusan S1 Otomotif dari Perguruan Tinggi Malang. Ia bekerja sebagai ahli mesin
di sebuah dealer mobil di Bali.
Aisyah benar-benar tidak berdaya ketika orang tua Subkhi, datang ke rumahnya.
Meminta agar merelakan kekasihnya menikah dengan calon istri Hambali. Hambali
kakak Subkhi. Ternyata Subkhi menyetujui pernikahan tersebut. Karena calon
istri Hambali syok berat, depresi. Kejadian yang tiba-tiba merenggut harapannya. Ah entahlah!
Mengenang
itu, Aisyah merasa kecewa yang mendalam. Hatinya remuk redam. Jika kesedihan
telah dalam menderanya. Maka ia segera mengambil air wudu, dan menunaikan salat
wajib dengan khusuknya. Dilangitkan doa-donya, memohon kepada Allah agar ia
diberikan ketabahan. Hanya kepada-Nya tempat manusia bersandar. Ia mencoba
untuk tawakal.
“Sah,
Zam Zam datang dengan teman-temannya, “Emaknya mengagetkan Aisyah.
“Iya,
Mak,”jawab Aisyah
Aisyah
segera merapikan mukenanya.
“Zam,
kok banyak sekali temanmu,”
“Iya Mbak, ada beberapa latihan soal,” jawab Zam
Zam. Haikal memukul tangan Zam Zam.
“Ada
apa, Kal,”tanya Zam Zam lirih.
“Kok,
kamu panggil Mbak, nggak sopan tau,” sergah Haikal. Haikal mengingatkan Zam
Zam.
“Nggak
apa-apa, Ikal. Toh ini di luar jam sekolah. Biar semakin akrab, “kata Aisyah.
“Ayo dikerjakan dulu, ntar kalau ada kesulitan akan Mbak bantu, ya.”
Mereka
mengangguk. Ada beberapa foto kopian soal tahun lalu pemberian Pak Mumtaz. Mereka mengerjakan secara
mandiri, tinggal mencocokkan jika sudah selesai. Atau menanyakan jika ada
kesulitan. Itu himbauan Aisyah kepada anak-anak.
“Zam,
nanti PTS menggunakan platform e-learning. Maka kalian harus lebih giat,”jelas
Aisyah. Memecahkan keheningan.
“Iya
Mbak sudah disampaikan Pak Mumtaz. Katanya soalnya juga HOTS.”
“Mbak,
aku paling kesulitan mengerjakan soal HOTS,”kata Aqila.
“Aqila,
sebenarnya tidak akan menemui kesulitan kalau kalian belajarnya tidak SKS,”jelas Aisyah.
Maksudnya?,”tanya
Amru masih asyik mengerjakan soal. Sesekali melihat Aisyah. Mengernyitkan keningnya. "SKS itu apa, Mbak?"
“Sistem Kebut Semalam
(SKS), soal HOTS mudah dikerjakan, jika materi pembelajaran kamu kuasai secara
mendalam,”tutur Aisyah. “Bentuk soal sesulit apapun akan mudah
dikerjakan.”
“Berarti
belajarnya harus rutin, ya Mbak?,”tanya Zam Zam.
“Betul, minimal
belajar di rumah 2 sampai 3 jam sehari, Zam,”jawab Aisyah. “Dan jangan lupa latihan
soal. Jika belum bisa mengerjakan soal, silahkan membaca lagi materi yang
terkaitan dengan soal itu.”
“Latihan soal
HOTS di rumah, Mbak?”, tanya Haykal.
“Iya, nanti tak
kasih beberapa contoh soal HOTS dan cara mengerjakannya,”tambah Aisyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar