Senin, 20 September 2021

Bila Boleh Memilih

 


Hatinya terasa lega, bisa takziah ke rumah duka. Rombongan bersama-sama guru MI dan RA Ar Rahmah. Menjelang azan isya jenazah selesai dimandikan. Beberapa guru dari madrasah lain datang, begitu pula Pengawas Madrasah dan Kepala KUA. Ternyata Kepala KUA masih kerabat dekat Bu Jai. Kepala KUA yang memimpin pemberangkatan jenazah. Sedangkan Pengawas Madrasah memimpin doa. Para guru tidak segera pamit, masuk ke dalam rumah duka, membersamai Bu Jai. Aisyah merasa sangat kehilangan sosok Pak Jai, selama ini banyak  belajar dari Beliau. Inovasi Beliau dalam pembelajaran patut  dicontoh.

Bu Jai mulai berkisah tentang sakit yang diderita suaminya. Kisah yang tak pernah diketahui para guru MI Ar Rahmah. Sungguh membikin haru, ternyata meskipun kakinya telah diamputasi. Pada bagian atas, bekas potongan muncul luka baru. Infeksinya semakin parah. Keluhannya semakin sempurna, kala mata sebelah kanan mengalami kebutaan, selama ini Beliau mengandalkan mata kirinya. Semakin hari kadar gulanya semakin tinggi sehingga mengalami kebutaan dikedua matanya. Dokter angkat tangan tidak mampu memberikan pertolongan. Kisah hidup Pak Sujai yang sakit-sakitan akibat kencing manis, cukup mengguncangkan hati Aisyah. Kisah nyata keganasan diabetes mellitus.

Seminggu kepergian Pak Sujai, Aisyah telah benar-benar menjadi guru kelas 4. Sedangkan tugasnya di RA harus ditinggalkan. Bila boleh memilih Aisyah lebih suka mengajar di RA. Mengajar anak usia di bawah tujuh tahun (batuta), sangat menyenangkan. Celoteh mereka, kepolosan mereka, keceriaan mereka menjadi penyemangat hidup Aisyah. Semoga kelak bisa kembali mengajar anak-anak RA Ar Rahmah. Sebenarnya Aisyah mengajar di MI merasa kurang nyaman. Membikin canggung Pak Mumtaz. Padahal Aisyah memiliki sebuat komitmen, terpahat dalam relung terdalam. Aku mengagumimu. Tapi aku tak pernah menyebut namamu dalam doaku. Karena dalam setiap doaku. Aku hanya meminta yang terbaik menurut-Nya. Bukan yang terbaik menurutku. Itulah komitmen Aisyah Terdengar Aisyah mendesah kasar.

Bila boleh memilih, Aisyah lebih suka ketika dijodoh-jodohkan dengan Subkhi. Yeah, kisah ketika ia dijodoh-jodohkan dengan teman sekampusnya. Teman semasa kuliah di IAIN Tulungagung. Mungkin itulah cinta sejatinya. Itulah yang menyebabkan hati Aisyah datar-datar saja ketika dijodoh-jodohkan dengan Pak Mumtaz. Subkhi sangat baik, kemampuannya memahami bahasa Arab dan Inggris tergolong mumpuni. Hal itu yang menjadi nilai lebih Subkhi di mata Aisyah. Aisyah mengagumi sosok Subkhi, pria yang humoris dan baik hati. Hubungan Aisyah dengan Subkhi bukan hubungan pacaran model anak zaman sekarang. Hubungan yang islami namun sudah berkomitmen, berlanjut ke jenjang pernikahan. Hubungan mereka telah disetujui kedua orang tua masing-masing. Namun naas, hubungannya harus kandas. Bukan karena orang ketiga. Namun Subkhi harus menyetujui permintaan orang tuanya. Menikah dengan tunangan kakaknya. Undangan telah disebar, terop, dekorasi dan bahan makanan telah dipersiapkan. Tunangan kakaknya, mengalami tekanan mental. Maka Subkhi diharapkan mau menyelamatkan calon kakak iparnya.

Kejadian itu di luar perkiraan Aisyah. Kejadian yang telah meluluh lantakkan hatinya. Kakak Subkhi merupakan salah satu penumpang kapal motor Yunicee yang tenggelam di Selat Bali, pada tanggal 29 Juni 2021. Kapal tersebut tenggelam dekat Pelabuhan Gilimanuk Bali. Ia merupakan salah satu dari korban yang belum diketemukan, pada kejadian tersebut. Ibunya sakit memikirkan nasib kakaknya. Kakaknya lulusan S1 Otomotif dari Perguruan Tinggi Malang. Ia bekerja sebagai ahli mesin di sebuah dealer mobil di Bali. Aisyah benar-benar tidak berdaya ketika orang tua Subkhi, datang ke rumahnya. Meminta agar merelakan kekasihnya menikah dengan calon istri Hambali. Hambali kakak Subkhi. Ternyata Subkhi menyetujui pernikahan tersebut. Karena calon istri Hambali syok berat, depresi. Kejadian yang tiba-tiba merenggut harapannya. Ah entahlah!

Mengenang itu, Aisyah merasa kecewa yang mendalam. Hatinya remuk redam. Jika kesedihan telah dalam menderanya. Maka ia segera mengambil air wudu, dan menunaikan salat wajib dengan khusuknya. Dilangitkan doa-donya, memohon kepada Allah agar ia diberikan ketabahan. Hanya kepada-Nya tempat manusia bersandar. Ia mencoba untuk tawakal.

“Sah, Zam Zam datang dengan teman-temannya, “Emaknya mengagetkan Aisyah.

“Iya, Mak,”jawab Aisyah

Aisyah segera merapikan mukenanya.

“Zam, kok banyak sekali temanmu,”

“Iya  Mbak, ada beberapa latihan soal,” jawab Zam Zam. Haikal memukul tangan Zam Zam.

“Ada apa, Kal,”tanya Zam Zam lirih.

“Kok, kamu panggil Mbak, nggak sopan tau,” sergah Haikal. Haikal mengingatkan Zam Zam.

“Nggak apa-apa, Ikal. Toh ini di luar jam sekolah. Biar semakin akrab, “kata Aisyah. “Ayo dikerjakan dulu, ntar kalau ada kesulitan akan Mbak bantu, ya.”

Mereka mengangguk. Ada beberapa foto kopian soal tahun lalu pemberian Pak Mumtaz. Mereka mengerjakan secara mandiri, tinggal mencocokkan jika sudah selesai. Atau menanyakan jika ada kesulitan. Itu himbauan Aisyah kepada anak-anak.

“Zam, nanti PTS menggunakan platform e-learning. Maka kalian harus lebih giat,”jelas Aisyah. Memecahkan keheningan.

“Iya Mbak sudah disampaikan Pak Mumtaz. Katanya soalnya juga HOTS.”

“Mbak, aku paling kesulitan mengerjakan soal HOTS,”kata Aqila.

“Aqila, sebenarnya tidak akan menemui kesulitan kalau kalian belajarnya tidak SKS,”jelas Aisyah.

Maksudnya?,”tanya Amru masih asyik mengerjakan soal. Sesekali melihat Aisyah. Mengernyitkan keningnya. "SKS itu apa, Mbak?"

“Sistem Kebut Semalam (SKS), soal HOTS mudah dikerjakan, jika materi pembelajaran kamu kuasai secara mendalam,”tutur Aisyah. “Bentuk soal sesulit apapun akan mudah dikerjakan.”

“Berarti belajarnya harus rutin, ya Mbak?,”tanya Zam Zam.

“Betul, minimal belajar di rumah 2 sampai 3 jam sehari, Zam,”jawab Aisyah. “Dan jangan lupa latihan soal. Jika belum bisa mengerjakan soal, silahkan membaca lagi materi yang terkaitan dengan soal itu.”

“Latihan soal HOTS di rumah, Mbak?”, tanya Haykal.

“Iya, nanti tak kasih beberapa contoh soal HOTS dan cara mengerjakannya,”tambah Aisyah.

 Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar