Kamis, 30 September 2021

19. Tamu Pak Yanu

 


Suasana ruang kantor kembali ramai candaan. Yang menjadi bahan candaan Pak Mumtaz, pengantin baru.Mungkin yang dilontarkan bapak ibu guru adalah pengalaman pribadinya. Gurauan tentang kisah lucu pengantin baru. Pengantin yang kesiangan bangun. Pasangan baru yang menjadi pusat perhatian keluar kamar. Pengantin putri yang dipelototi cara berjalannya. Banyak lagi kisah lucu yang mereka sampaikan. Aisyah senang mendengar candaannya mereka, ikutan tersenyum. Tawa canda itu rupanya tidak dinikmati oleh Pak Yanu dan Bu Rahma. Dua pimpinan itu nampaknya hanya tersenyum tipis. Mungkin terlalu lama kejadian itu, lupa kisahnya menjadi pengantin baru. Atau ada ganjalan dibenak keduanya, Aisyah hanya melihat sekilas.

“Bu, pernah nggak nonton acara Desta Vincen, yang bintang tamunya dr. Boyke,”kata pak Restu. Beliau Nampak senang melihat sahabat menikah dan bahagia. Kedua tempat duduknya berdekatan. Sesekali Pak Restu menepuk bahu temannya itu. Gelak tawa berderai.

“Iya Pak res, aku nonton, lucu sampai terpingkal-pingkal,” jawab Bu Syifa. “jangan diceritakan di sini, ada yang belum cukup umur.

“Haha…tonton aja diskusi mereka di youtube,”lanjut Pak Syamsu

“Temanya apa Pak,”tanya Bu Timi

“Seputar hubungan suami sitri Bu,”jawab Bu Aina terkekeh

“dasar bapak bapak tontonannya begituan,”jawab Bu Tini sambil tertawa.

“Itu ilmu berkeluarga, lho Bu Tin,”jawab Pak Syamsu dan pak Restu kompak.

Begitulah waktu istirahat digunakan para guru untuk bercanda. Sampai akhirnya bel berdentang, tinggal Aisyah dan pak Yanu yang masih berada di kantor.

“Bu Aisyah, bisa nggak bicara maslah pribadi,”tanya Pak Yanu mempersikahkan Aisyah duduk di kursi tamu.

Di ruang kantor hanya Pak Yanu dan Aisyah. Dahi Pak Yanu Nampak  berkerut. Beberapa menit kemudian, ia bertanya.

Bu Ausyah, masih punya pacar,”tanya Beliau.

Aisyah mengeja kata “masih” dalam benaknya. Be;liau tidak menggunakan kata “belum”. Aisyah menjawab.

“Tidak Pak Yan,”jawab Aisyah

“Benarkah/,”tanya beliau menatap manikmanik mata Aisyah.

Kewibawan Beliau membuat Aisyah sedikit grogi. Selain itu ia khawatir Pak Yanu mengetahui permasalahannya dengan Subkhi.

“Betul, Pak,”jawabnya agak bergetar

“Begini Bu, ada teman yang mencari jodoh anaknya. Lelaki baik. Ia sudah bekerja. Setiap malam mengajar anak-anak mengaji di Pondok dekat rumahnya.”

“lelaki sebaik itu dicarikan jodoh oirang tuanya, Pak,”tanya Aisyah

“sebenarnya ia telah memiliki pacar. Namun bukan perempuan baik-baik. Artinya gadis yang tepat untuk diajak berkeluarga.”

“nanti pacarnya gimana Pak?

Selama ini ketka mas ini dicarikan jidoh, ya dilabrak

“kayaknya nanti dampak nggak baik Pak, kalau begitu. Perempuan itu bisa menganggu. Nanti ia lari dengan pacarnya Pak, hhh

Aisyah beralibi. Biar Pak Yanu berfikir ulang

“kemarin malam kami bertiga diskusi, aku, ia dengan ibunya, bila nanti aku carikan istri yang baik. Apa bisa memperlakukan dengan baik.

Aisyah masih ingin sendiri sebetulnya. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolak tawaran Pak Yanu.

Berkenalan dulu. Tidak harus jadian.”

“Besok ia akan saya minta ke sini.

Aisyah benar-benar terkejut. Berkenalan di madrasah, banyak siswa dan guru. Ian anti pasti jadi bahan candaan lagi.

Kalau di tempat lain gimana Pak

“jangan khawatir, nanti saya atur supaya guru tidak tau jika kalian ingin ketemuan?

Keesokan harinya, ada beberapa tamu Pak Yanu. Beberapa guru cukup umur.

“bu Aisyah , tolong siapkan air mineral untuk tamu,”permintaan Pak Yanu

Aisyah heran masak usianya lanjut. Rambutnya sudah campur hitam dan putih.

“Siapa tamunya Bu Aisyah, “tanya Bu Syifa

“Kayaknya bapak-bapak guru, Bu,”jawab Aisyah

Pak Yanu masuk kantor. Menanggil Bu syifa agar masuk ruang kepala sekolah.

“ternyata mereka minta iuran untuk beaya buat KTA, Bu,”jawab Bu Syifa kembali ke ruang kepala membawa uang iuran,

Beliau pengurus PGRI yang meminta iuran beaya pembuatan Kartu Tanda Anggota PGR.

Setelah dua orang tamu berlalu. Datanglah seorang pemuda yang mengenakan seragam.

Bu Syifa, Bu Aisyah tolong siapkan air untk tamu. Messkipun berkata begitu, Pak Yanu memberi isyarat pada Aisyah. Aisyah membawa dua gelas air mineral.

“Bu Aisyah, tolong bely a, waktu salat berjamaah

Pemuda yang menyodorkan kertas untuk ditandatangai pak Yanu, memandang Aisyah. Keduanya saling pandang

Iya Pak.

Semua warga sekolah menuju masjid. Salah jamaah dilaksanakan dengan khusuk. Setelah kultum semua siswa pulang ke rumah masing-masing. Aisyah merasa sediah. Zam zam masih jaga jarak dengannya.

“Bu Aisyah, pemuda yang aku maksud kemarin. Rizaldi namanya,”kata pak yanu lirih

‘Iya Pak,”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar