Kamis, 23 September 2021

12. Diskusi Cinta di Simpang Lima

 



Sepulang dari Rumah Sakit Umum Gambiran, di tengah perjalanan menuju ke Trenggalek. Bu Aina meminta  agar mampir ke Simpang Lima Gumul (SLG).

“Pak, mampir sebentar di Simpang Lima Gumul, njih.”

“Gimana Pak, Bu. SLG apa tempat lain?,”Pak Yanu meminta pendapat.

“Sepaham Bu Aina,”jawab Bu Syifa

“Bapak-bapak ngikut aja,”jawab Pak Syamsu. Dari tadi Beliau hanya diam saja tidak seperti biasanya. Pak Syamsu merenung kejadian di sekolahnya yang mengalami kesedihan bertubi-tubi. Arin yang harus bed rest karena penyakit jantung, harus meninggalkan bangku taman kanak-kanak. Belum lama ini Pak Jai harus meninggalkan mereka, karena keganasan penyakit diabetes mellitus. Disusul Pak Mumtaz.

“Pak Syam, kok jadi pendiam, aneh,”celetuk Pak Restu

“Hehehe, kepikiran kejadian yang menimpa sekolah kita bertubi-tubi,“ Jawab Pak Syamsu. ”Semoga Pak Mumtaz segera sembuh. Berharap ini yang terakhir kalinya musibah di sekolah kita.”

“Terkadang kita jengah dengan ujian yang berdatangan, Pak Syam. Namun kita juga harus yakin bahwa apa yang menimpa kita kali ini. Penyakit, kesedihan, kematian, kepayahan merupakan penghapus dosa-dosa kita.”

Itulah nasihat Pak Restu. Mobil menuju parkiran Simpang Lima Gumul (SLG). Mereka memasuki lorong yang panjang. Menuju ke monumen Simpang Lima Gumul (SLG) yang instagramable. Banyak postingan di medsos hasil selfi para remaja di tempat itu. Aisyah takjub melihat keindahan tugu yang megah.

“Tempat ini bagus untuk berswafoto,”kata Bu Syifa

“Baru kali ini Bu, ke SLG,”goda Pak Restu.

“Sering Pak, tapi cuma lewat aja,”kata Bu Syifa jujur, sambil tertawa. “Tapi ayahnya anak-anak enggan ke sini”

Teringat suaminya yang tidak mau mampir ke tempat ini. Padahal ini merupakan ikon kota Kediri, sekaligus Central Business District.

“Masak sih Bu. Tempat ini merupakan salah satu pusat ekonomi dan perdagangan baru di kota Kediri."

“Pak Syamsu, paham banget,”kata Bu Aina

“Dulu punya teman kuliah di sini, Bu. Jadi sering diajak mampir sekaligus dikenalkan tempat-tempat/wahana di sini.”

“Teman tapi mesra Pak?,”goda Bu Syifa.

“Paling, TTM-nya Pak Syam,” Bu Aina menimpali.

“Bukan, teman KKN,”jawab Pak Syamsu. “Silahkan Bu, jika ingin menikmati wahana di sini. Ada wisata air Water Park Gumul Paradise Island dan Taman Hijau SLG. Di Taman Hijau terdapat lokomotif uap yang bagus untuk swafoto.”

“Silahkan ke sana Bu,”menujuk tempat Taman Hijau.

“Pak, tempat Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) penerimaan CPNS kemarin sebelah mana Pak,”tanya Aisyah

“Itu, Bu. Convention Hall. Kalau di Trenggalek namanya gedung pertemuan,”jawab Pak Syamsu.

Hehehe

Mereka tertawa kompak mendengar candaan Pak Syamsu. Pak Restu ikut menjelaskan kehebatan Tim Paselda yang mampu bekerja cerdas bersama Tim CAT BKN. Adiknya Pak Restu yang ikut seleksi menceritakan hal itu.

“Jadi penasaran Pak,”tanya Aisyah

“Peserta Seleksi Kompetensi dasar (SKD) harus hadir di area Convention Hall, 90 menit sebelum pelaksanaan dimulai. Mereka harus tertib mengikuti alur yang ditetapkan Panselda. Mulai verifikasi validasi kelengkapan pelamar, mengisi lembar absen dan mendapatkan PIN untuk mengerjakan Computer Assisted Test (CAT). Panselda juga melakukan pemeriksaan manual dan metal detector,”tutur Pak Restu.

“Pak Restu ikut mengantar ke sini,”tanya Aisyah

“Nggaklah, aku dinas Bu,”jawab Pak Restu. “Maksudnya masuk kerja. Ibu yang mengantar ke sini. Ibu juga yang tetap melihat pergerakan nilai dilayar monitor”

“Adik Pak Restu lulus tes SKD-nya?,”tanya Bu Aina

“Nggak lulus, nilainya di bawah passing grade,”jawab Pak Restu

“Pak Res, mumpung Bu Rahma, Pak Yanu, sama Bu Tini  tidak bersama kita, yuk bahas yang  syahdu,”permintaan Bu Syifa.

“Hehehe, pasti ngomongin Pak Mum,”tebak pak Restu

“Kok, tahu,” tanya Bu Aina

“Arahnya kan selalu ke sana klo ada Bu Aisyah,”papar Pak Restu

“Saya prediksi Pak Restu tahu banyak kehidupan Pak Mumtas,”tebak Pak Syamsu. "Sahabat dalam segala suasana.

“Sedikit Pak,”tutur Pak Restu. “Pak Mum, ngedrop jatuh sakit karena permintaannya ditolak Ibunya.

“Permintaan apa Pak?,”Tanya Bu Aina

“Menikah dengan anak dari Ibu kosnya di Pogalan,”jelas Pak Restu. “Tempat iya ngekos. Pertama kali ia ditempatkan di sebuah sekolah negeri.”

Semua terkejut, memandang Aisyah. Aisyah tak bergeming. Ia justru tersenyum lapang. Meski menjadi titik fokus pembicaraan, ia tetap tenang. Begitulah Aisyah bak air danau, tenang tanpa riak.

“Bu Aisy, kamu tidak kaget,”tanya Bu Syifa. Padahal dirinya terkejut. Tapi Aisyah justru setenang telaga.

“Kenapa harus terkejut, kami hanya teman sejawat, Bu,”jawab Aisyah.

Bu Aina masih penasaran mendengarkan informasi dari Pak Restu.

“Emang kenapa ibunya tidak setuju?,”tanya Bu Aina keheranan.

“Alasannya ibunya sangat sar’i. Ayah dari kekasih Pak Mum, suka nyadran, ”ungkap Pak Restu

“Hari gini, kok masih lho Pak, tradisi gituan,”Bu Syifa keheranan. “Tindakan yang mengarah ke perbuatan sirik, menyekutukan Allah.”

“Nyatanya begitu, calonnya juga tidak berhijab,”lanjut Pak Restu. “Kelebihannya cantik, fashionable. Ayah dan ibu Pak Mum marah besar”

“Wah, ini peluang Bu Aisyah masuk ke kehidupan Pak Mum, kalau bisa mengambil hati ibunya,”tutur Pak Syamsu.

“Tapi seminggu lalu ketika buat soal PTS di gedung KKG ada peristiwa lucu,” sela Bu Aina

“Peristiwa, apaan?,”tanya Bu Syifa

“Bu Ruf, dengan terang-terangan mendekati Pak Mum,”jawab Bu Aina

“Bu Rufaida, masak sih! Terus tanggapannya … ?,”Bu Syifa penasaran.

Semua begitu antusias menunggu jawaban Bu Aina. Aisyah terlihat santai tidak terpancing. Wajahnya datar.

“Yah, seperti biasanya Pak Mum menghindar. Bahkan Bu Rufaida nembak langsung meski dengan cara berkelakar,”jelas Bu Aina. “Karakter Bu Ruf ekstrovert, jadi yang nggak ada sedih-sedihnya. Meski tak ada tanggapan”

Semua tertawa terpingkal-pingkal.

“Nggak, nyangka! Padahal Bu Ruf cantik, ASN lagi,”tandas Bu Syifa

“Tapi, calon Pak Mum sudah ada progress ibadahnya. Mulai belajar ngaji, shalat, demi sebuah hubungan yang serius,”ungkap Pak Restu. 

“Orang tuanya?,”Tanya Bu Syifa “Berubah juga?”

“Belum, ia pimpinan kesenian klenik di desanya. Mulai kleningan, jaranan, bahkan penabuh alat musik pada kegiatan wayangan,”jawab Pak restu.

“Seni bagus, sih. Tapi kenapa mesti punya hobi klenik nyadran yah, musrik itu,”kata Bu Syifa jengah, cukup terkejut.

“Padahal Pak Mum orangnya khusuk, pengetahuan agama bagus,”tutur Pak Syamsu

“Cinta datang karena biasa, biasa bersama, biasa bertemu, nyaman dan jadilah … ,”kata Bu Aina kecewa. “Sebagai teman saya kaget dan kecewa dengan cinta rumit Pak Mum. Apalagi ibunya, yang melahirkannya.”

“Kita harus atur strategi, gimana supaya Aisyah masuk dalam kehidupan cinta Pak Mum,”ide Pak Syamsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar