Sepulang dari Rumah Sakit Umum Gambiran, di
tengah perjalanan menuju ke Trenggalek. Bu Aina meminta agar mampir ke
Simpang Lima Gumul (SLG).
“Pak, mampir sebentar di Simpang Lima Gumul,
njih.”
“Gimana Pak, Bu. SLG apa tempat lain?,”Pak Yanu
meminta pendapat.
“Sepaham Bu Aina,”jawab Bu Syifa
“Bapak-bapak ngikut aja,”jawab Pak Syamsu. Dari
tadi Beliau hanya diam saja tidak seperti biasanya. Pak Syamsu merenung
kejadian di sekolahnya yang mengalami kesedihan bertubi-tubi. Arin yang harus
bed rest karena penyakit jantung, harus meninggalkan bangku taman kanak-kanak. Belum lama
ini Pak Jai harus meninggalkan mereka, karena keganasan penyakit diabetes mellitus. Disusul Pak Mumtaz.
“Pak Syam, kok jadi pendiam, aneh,”celetuk Pak
Restu
“Hehehe, kepikiran kejadian yang menimpa sekolah
kita bertubi-tubi,“ Jawab Pak Syamsu. ”Semoga Pak Mumtaz segera sembuh. Berharap
ini yang terakhir kalinya musibah di sekolah kita.”
“Terkadang kita jengah dengan ujian yang
berdatangan, Pak Syam. Namun kita juga harus yakin bahwa apa yang menimpa kita
kali ini. Penyakit, kesedihan, kematian, kepayahan merupakan penghapus
dosa-dosa kita.”
Itulah nasihat Pak Restu. Mobil menuju parkiran Simpang
Lima Gumul (SLG). Mereka memasuki lorong yang panjang. Menuju ke monumen Simpang
Lima Gumul (SLG) yang instagramable.
Banyak postingan di medsos hasil selfi para remaja di tempat itu. Aisyah takjub melihat
keindahan tugu yang megah.
“Tempat ini bagus untuk berswafoto,”kata Bu
Syifa
“Baru kali ini Bu, ke SLG,”goda Pak Restu.
“Sering Pak, tapi cuma lewat aja,”kata Bu Syifa jujur,
sambil tertawa. “Tapi ayahnya anak-anak enggan ke sini”
Teringat suaminya yang tidak mau mampir ke
tempat ini. Padahal ini merupakan ikon kota Kediri, sekaligus Central Business District.
“Masak sih Bu. Tempat ini merupakan salah satu
pusat ekonomi dan perdagangan baru di kota Kediri."
“Pak Syamsu, paham banget,”kata Bu Aina
“Dulu punya teman kuliah di sini, Bu. Jadi
sering diajak mampir sekaligus dikenalkan tempat-tempat/wahana di sini.”
“Teman tapi mesra Pak?,”goda Bu Syifa.
“Paling, TTM-nya Pak Syam,” Bu Aina menimpali.
“Bukan, teman KKN,”jawab Pak Syamsu. “Silahkan
Bu, jika ingin menikmati wahana di sini. Ada wisata air Water Park Gumul Paradise
Island dan Taman Hijau SLG. Di Taman Hijau terdapat lokomotif uap yang
bagus untuk swafoto.”
“Silahkan ke sana Bu,”menujuk tempat Taman
Hijau.
“Pak, tempat Seleksi Kompetensi Dasar (SKD)
penerimaan CPNS kemarin sebelah mana Pak,”tanya Aisyah
“Itu, Bu. Convention
Hall. Kalau di Trenggalek namanya gedung pertemuan,”jawab Pak Syamsu.
Hehehe
Mereka tertawa kompak mendengar candaan Pak
Syamsu. Pak Restu ikut menjelaskan kehebatan Tim Paselda yang mampu bekerja
cerdas bersama Tim CAT BKN. Adiknya Pak Restu yang ikut seleksi menceritakan
hal itu.
“Jadi penasaran Pak,”tanya Aisyah
“Peserta Seleksi Kompetensi dasar (SKD) harus
hadir di area Convention Hall, 90 menit sebelum pelaksanaan dimulai. Mereka
harus tertib mengikuti alur yang ditetapkan Panselda. Mulai verifikasi validasi
kelengkapan pelamar, mengisi lembar absen dan mendapatkan PIN untuk mengerjakan
Computer Assisted Test (CAT). Panselda juga melakukan pemeriksaan manual dan
metal detector,”tutur Pak Restu.
“Pak Restu ikut mengantar ke sini,”tanya Aisyah
“Nggaklah, aku dinas Bu,”jawab Pak Restu. “Maksudnya
masuk kerja. Ibu yang mengantar ke sini. Ibu juga yang tetap melihat pergerakan
nilai dilayar monitor”
“Adik Pak Restu lulus tes SKD-nya?,”tanya Bu Aina
“Nggak lulus, nilainya di bawah passing grade,”jawab
Pak Restu
“Pak Res, mumpung Bu Rahma, Pak Yanu, sama Bu
Tini tidak bersama kita, yuk bahas
yang syahdu,”permintaan Bu Syifa.
“Hehehe, pasti ngomongin Pak Mum,”tebak pak
Restu
“Kok, tahu,” tanya Bu Aina
“Arahnya kan selalu ke sana klo ada Bu
Aisyah,”papar Pak Restu
“Saya prediksi Pak Restu tahu banyak kehidupan
Pak Mumtas,”tebak Pak Syamsu. "Sahabat dalam segala suasana.
“Sedikit Pak,”tutur Pak Restu. “Pak Mum, ngedrop
jatuh sakit karena permintaannya ditolak Ibunya.
“Permintaan apa Pak?,”Tanya Bu Aina
“Menikah dengan anak dari Ibu kosnya di
Pogalan,”jelas Pak Restu. “Tempat iya ngekos. Pertama kali ia ditempatkan di
sebuah sekolah negeri.”
Semua terkejut, memandang Aisyah. Aisyah tak
bergeming. Ia justru tersenyum lapang. Meski menjadi titik fokus pembicaraan,
ia tetap tenang. Begitulah Aisyah bak air danau, tenang tanpa riak.
“Bu Aisy, kamu tidak kaget,”tanya Bu Syifa.
Padahal dirinya terkejut. Tapi Aisyah justru setenang telaga.
“Kenapa harus terkejut, kami hanya teman
sejawat, Bu,”jawab Aisyah.
Bu Aina masih penasaran mendengarkan informasi
dari Pak Restu.
“Emang kenapa ibunya tidak setuju?,”tanya Bu
Aina keheranan.
“Alasannya ibunya sangat sar’i. Ayah dari
kekasih Pak Mum, suka nyadran, ”ungkap
Pak Restu
“Hari gini, kok masih lho Pak, tradisi gituan,”Bu Syifa
keheranan. “Tindakan yang mengarah ke perbuatan sirik, menyekutukan Allah.”
“Nyatanya begitu, calonnya juga tidak
berhijab,”lanjut Pak Restu. “Kelebihannya cantik, fashionable. Ayah dan ibu Pak Mum marah besar”
“Wah, ini peluang Bu Aisyah masuk ke kehidupan Pak
Mum, kalau bisa mengambil hati ibunya,”tutur Pak Syamsu.
“Tapi seminggu lalu ketika buat soal PTS di
gedung KKG ada peristiwa lucu,” sela Bu Aina
“Peristiwa, apaan?,”tanya Bu Syifa
“Bu Ruf, dengan terang-terangan mendekati Pak
Mum,”jawab Bu Aina
“Bu Rufaida, masak sih! Terus tanggapannya …
?,”Bu Syifa penasaran.
Semua begitu antusias menunggu jawaban Bu Aina.
Aisyah terlihat santai tidak terpancing. Wajahnya datar.
“Yah, seperti biasanya Pak Mum menghindar.
Bahkan Bu Rufaida nembak langsung meski dengan cara berkelakar,”jelas Bu Aina. “Karakter
Bu Ruf ekstrovert, jadi yang nggak ada sedih-sedihnya. Meski tak ada tanggapan”
Semua tertawa terpingkal-pingkal.
“Nggak, nyangka! Padahal Bu Ruf cantik, ASN
lagi,”tandas Bu Syifa
“Tapi, calon Pak Mum sudah ada progress
ibadahnya. Mulai belajar ngaji, shalat, demi sebuah hubungan yang serius,”ungkap Pak Restu.
“Orang tuanya?,”Tanya Bu Syifa “Berubah juga?”
“Belum, ia pimpinan kesenian klenik di desanya.
Mulai kleningan, jaranan, bahkan penabuh alat musik pada kegiatan
wayangan,”jawab Pak restu.
“Seni bagus, sih. Tapi kenapa mesti punya hobi
klenik nyadran yah, musrik itu,”kata
Bu Syifa jengah, cukup terkejut.
“Padahal Pak Mum orangnya khusuk, pengetahuan
agama bagus,”tutur Pak Syamsu
“Cinta datang karena biasa, biasa bersama, biasa
bertemu, nyaman dan jadilah … ,”kata Bu Aina kecewa. “Sebagai teman saya kaget
dan kecewa dengan cinta rumit Pak Mum. Apalagi ibunya, yang melahirkannya.”
“Kita harus atur strategi, gimana supaya Aisyah
masuk dalam kehidupan cinta Pak Mum,”ide Pak Syamsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar