Rabu, 29 September 2021

18. Diary Tentangmu


Sejak bertemu Subkhi dua hari yang lalu. Aisyah sering melamun, bukan merindukan Subkhi. Tapi mencermati kejadian itu. Secara fisik lelaki itu tidak nampak menderita, karena wajahnya tidak kusut. Tetap bersih terawat, terlihat makin sukses dari tampilannya. Memang istri Subkhi anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan. Aisyah, tersenyum. Ia dikagetkan suara emaknya. Membuyarkan lamunannya. 

“Sah, ada Mbak Utami.”

“Iya mak! Sebentar!,”jawab Aisyah meraih jilbab. Mengenakannya sambil berjalan menuju ruang tamu. 

Meskipun tamunya perempuan ia selalui menemuinya dengan berjilbab. Kedua berpelukan.

“Dari rumah aja, Ut?”

“Iya, gimana kabarmu?”

“Alhamdulillah baik.”

“Kalian barusan ketemuan, ya?" kata Utami penuh selidik.

“Sama Subkhi, maksudmu? Ketemuan yang tidak disengaja, Ut.”

“Oh, ya..? Kronologinya? Di mana?"

Utami mencecar pertanyaan sambil tersenyum.

“Pastinya Subkhi sudah cerita banyak, kan?"

“Begitulah, Aisyah."

Utami memberikan bungkusan pada Aisyah.

“Kamu sudah tahu isinya?"

“Ya sebuah diary milik Subkhi. Aku kok, yang membungkusnya. Cuma sekilas membacanya!”

Tatapan Utami seperti hendak mengulik isi hatinya. Aisyah menatap sahabatnya itu. Sambil tersenyum.

“Ut, aku sudah mulai menata hidupku. Melupakan masa lalu. Semua mimpi buruk itu sudah aku pendam. Izinkan  aku bahagia dengan diriku sendiri. Kembalikan barang ini pada pemiliknya. Bagiku Subkhi masa lalu. Aku mau menatap masa depan. Membahagiakan kedua orang tuaku.”

Utami diam, sudut matanya menggenang. Bibirnya bergetar. Air mata terjatuh membasahi pipinya. Hidungnya memerah. Ia tersedu-sedu, teringat betapa mendalam kekecewaan Subkhi. Sebagaimana ia kisahkan kemarin di rumahnya.

“ Kemarin ia mengantar itu. Aku belum pernah melihat Subkhi menangis, sesenggukan. Semua kegetiran hidupnya, ia tumpahkan padaku. Ketika ia dihadapkan pada sebuah dilemma yang menyakitkan.”

“Ut, sebagai seorang anak. Aku memahami pilihan Subkhi. Ia anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Jadi aku tidak pernah menyalahkannya. Aku terima ini. Tapi aku yakin di dalamnya bukan hanya diary. Jangan sampai pemberian ini mengikat kembali sebuah hubungan.”

“Terimakasih, sobatku,”jawab Utami. “Aku pastikan tidak. Dia hanya ingin melihat kamu bahagia. Segeralah menikah.”

“Aku akan menikah tapi tidak di tahun ini,”jawab Aisyah.

Mereka berdua menikmati teh hangat. Kesedihan sirna. Mereka bercanda, mengingat masa indah mereka ketika KKN. Aisyah, Subkhi, Utami, kuliah kerja nyata di wilayah yang sama. Sehingga persahabatan mereka makin kental  Setelah Sri Utami pulang, Aisyah terkejut. Tak terasa sudah pukul 15.25 WIB.

“Mak, Zam Zam tadi ke sini, ya?,”tanya Aisyah kepada Emaknya.

Di kira emaknya ada di rumah. Ternyata Emaknya sedang keluar rumah.

Derrrt derrt.

Aisyah menghubungi Ibunya Zam Zam. Di ponselnya ada penanda panggilannya diterima.

“Assalamualaikum, “sapa Aisyah

“Waalaikum salam,”jawab Ibu Zam Zam

“Zam Zam les apa tidak, Bu,”tanya Aisyah.

“Tadi aku antar sendiri ke situ. Kamu lagi ada tamu. Makanya ini Zam aku ajak ke rumah neneknya. Biar nggak kecewa”

“Baiklah Bu, maaf ya."

"Nggak pa apa, kewajiban setiap muslim memuliakan tamu, Aisyah,” kata ibunya Zam Zam

“Terima kasih Bu,” kata Aisyah sambil menydahi panggilannya.

Aisyah membuka WhatsApp karena ada pesan masuk. Ah, ternyata dari Subkhi. Terpaksa ia klik setting pada hpnya, dipilih Airplane mode. Cara ini dilakukan agar tidak melukai hati Subkhi jika ia tidak membalas pesan. Jika membalas pesan istri Subkhi bisa salah paham.

Setelah mode pesawat berfungsi ia baca pesan Subkhi. Di layar tidak nampak centang dua berwarna biru. Tetap terlihat centang dua warna hitam. Oh, ternyata pesan Subkhi meminta Aisyah membaca diary-nya. Dalam paket itu berisi cincin dan kain brokat yang akan diberikan untuk Aisyah menjelang pernikahan.  Namun takdir bicara lain.

Aisyah berniat tidak akan membuka paket itu. Hanya akan ia simpan. Membaca akan menyakiti hatinya. Menoreh kembali luka lama. Juga tidak akan memakai cincin itu. Kain kebaya itu juga tidak akan ia jahit atau digunakannya. Aisyah membuka almarinya. Ia sembunyikan paket itu dalam tumpukan bajunya. Untuk apa menumbuhkan benih-benih yang telah dicabut. Benih yang ia anggap sebagai gulma dalam hidupnya yang mulai tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar