Hari ini, Jumat 21 Agustus 2020 merupakan hari yang penuh kebahagiaan.
Karena hari ini cuti bersama. Setelah pekerjaan rumah selesai dan rapi waktunya
membaca beberapa postingan di group menulis. Setelah membaca beberapa blog
teman-teman, untuk menambah pengetahuan, berlanjut berselancar di group Belajar
Menulis Gelombang 14. Di group ini sering menyajikan teknik-teknik menulis.
Tulisan ini sebenarnya hasil tanya jawab materi ‘6 Langkah Menulis Buku’
kemarin. Namun bagiku ini merupakan asupan gizi yang bagus, akhirnya selalu
kubaca berkali-kali. Karena pertanyaan dan ulasannya menarik maka kucoba membuat
resumnya. Selain itu yang ditanyakan bapak/ibu guru di group tersebut mewakili keingintahuanku
tentang cara menulis yang baik.
Pertanyaan pertama dari Bapak Adi Tangerang, Banten. Beliau
menanyakan tentang konten utama dalam menulis sebuah buku
motivasi, tip dan triknya. Pak Akbar Zainudin menjelaskan setiap memulai
tulisan selalu dimulai dengan 3W. Tiga W
yang dimaksudkan adalah Why, What dan How. Beliau memberi contoh misalnya pada
tema Motivasi Belajar, beberapa hal yang perlu dicatat adalah sebagai berikut:
A. Why
1. Mengapa
belajar itu penting?
2. Mengapa
harus belajar? (akibatnya jika tidak belajar)
3. Tujuan
dan manfaat belajar
B. What
1. Apakah
belajar itu?
2. Apa
sajakah teori belajar?
3. Apakah
belajar hanya bersama guru?(dari mana
kita belajar)
C. How
1. Bagaimana
agar efektif belajar?
2. Bagaimana
mengelola waktu?
3. Bagaimana
cara meringkas pelajaran?
4. Bagaimana
cara menghilangkan rasa malas?
5. Bagaimana
tips menghadapi ujian?
Dari tiga konsep What, Why dan How tadi, sudah
menghasilkan kerangka tulisan. Jadi dalam satu buku sebaiknya ada sekitar 20
sampai 30 outline.
Bu
Nurhidayati dari Tegal, Jawa Tengah menanyakan cara mematuhi jadwal perencanaan menulis, penerbit yang recomended
untuk penulis pemula, tokoh yang harus dijadikan referensi agar dikenal
penerbit. Dalam jawabannya Pak Akbar memaparkan kiat mematuhi jadwal
menulis dengan memaksa diri kita sendiri. Jika tidak dipaksa maka akan sulit
berhasil. Karena menulis itu sejatinya seperti dua sisi mata uang. Yakni sisi
mental dan sisi ketrampilan, antara mau dan mampu. Pengalaman Pak Akbar berinteraksi
dengan penulis, masalah mental jauh
lebih dominan mempengaruhi keberhasilan menulis buku. Jika penulis mau
berjuang, maka tulisannya akan cepat selesai walaupun secara kemampuan
biasa-biasa saja. Sebaliknya jika semangat kendor dan malas, meskipun
sebenarnya kualitas tulisannya bagus, maka akan lambat selesainya tulisan tersebut.
Kunci utama berhasil menulis hanya satu: paksa
diri untuk sukses menulis. Agar bisa memaksakan diri, selain target juga harus ada motivasi besar sebagai alasan
buku tersebut harus selesai. Misalkan target menulis untuk kepentingan angka
kredit kenaikan pangkat. Alasan ini bisa digunakan sebagai branding personal.
Jika keinginan kuat, maka akan lebih mudah memaksakan diri. Dalam menjadwal
waktu menulis beliau memberi tips agar penulis membuat waktu khusus menulis
setiap hari. Misalkan pagi, siang maupun sore. Waktu yang dibutuhkan cukup 15
sampai dengan 30 menit setiap hari. Dicontohkannya sebelum subuh, setelah subuh,
sore hari sebelum pulang ( menunggu waktu chek out finger print), atau malam
hari sebelum tidur.
Pertanyaan
Bu Nurhidayati berikutnya adalah penerbit
yang recommended untuk penulis newbie. Jika di SPK Tulungagung pastinya
penerbit binaan Pak Naim. Dalam forum tersebut Beliau menjelaskan keteguhan
hatinya, Beliau ingin bukunya
diterbitkan Gramedia, maka dengan percaya diri
naskah dikirim ke Gramedia. Langkah selanjutnya yang dilakukan Pak Akbar
adalah mencoba memetakan pembaca dan pembeli bukunya kemudian diajukan ke
penerbit tersebut. Kuncinya menurut Beliau adalah percaya diri. Jika hanya
untuk kepentingan mendapat angka kredit, banyak sekali penerbit yang bisa
membantu dengan penerbitan terbatas sesuai kebutuhan (printing on demand) dan
mendaftarkan ISBNnya.
Pertanyaan
yang paling kutunggu-tunggu adalah petanyaan dari Pak Ahmad. Beliau bertanya
cara menulis agar setiap untaian kalimat yang disusun enak dibaca dan nyambung.
Serta bagaimana cara mengembangkan kalimat menjadi paragraf. Beliau sangat
santun dalam menjawab pertanyaan ini, menurut beliau tidak ada yang dinamakan
benar-benar penulis pemula (newbie). Alasannya sebagai guru tentunya sudah
terbiasa menulis RPP, menulis laporan, tugas-tugas, skripsi dan lain-lainnya. Yang
telah dilakukan guru merupakan bekal yang baik. Alasan kita bisa menyelesaikan
tugas kedinasan dan skripsi karena
dipaksa. Maka tulisan kita akan jadi buku jika diperlakukan sama sepertinya
halnya ketika menyelesaikan tugas kedinasan maupun tugas kuliah.
Untuk menjawab
pertanyaan Pak Ahmad tentang trik
memulai sebuah kalimat caranya sangat sederhana:
1. Pikirkan
sebuah kata, apa saja. Misalnya: zaman
2. Dari
kata tersebut dibuat sebuah kalimat. Misalnya: Zaman sekarang ini saatnya para
guru berubah.
3. Jadilah
sebuah kalimat. Sekarang pikirkan kalimat berikutnya. Misalnya:mengapa
4. Buatlah
menjadi kalimat berikutnya. Contohnya: Mengapa harus berubah, karena zaman juga
berubah.
Begitulah caranya, secara terus menerus dilakukan agar
selesai menjadi satu paragraf. Satu paragraf selesai dilanjutkan paragraf
berikutnya. Teknik ini, memang tidak langsung berjalan cepat, lambat laun nanti
akan terbiasa. Pesan Beliau dalam ulasan selanjutnya, sama dengan yang
disampaikan Pak Naim. Kualitas menulis kita akan terus bertambah jika kita
mendisiplinkan diri untuk menulis. Yang penting itu bukan hanya tahu cara
menulis, tetapi praktiknya. Praktik, praktik dan praktik itulah kuncinya.
Kalimat dan paragraf yang baik dan enak dibaca adalah masalah jam terbang. Jam terbang artinya banyak berlatih menulis.
Bu
Endartiningtyas Sulistiyo dari Rembang, Jawa Tengah meminta penjelasan tentang gaya tulisan yang harus disamakan dari awal
sampai akhir dan teknik menulis non fiksi. Beliau menjawab pertanyaan Bu
Endar dengan ilustrasi, jika audien/pembacanya remaja, maka gaya tulisan dari
awal sampai akhir untuk remaja. Jika pembaca orang tua maka gaya tulisan juga untuk orang tua. Menulis sejatinya
mengobrol dengan pembaca. Mengobrollah sesuai bahasa mereka. Sebenarnya setiap
penulis memiliki kecenderungan tertentu. Ada penulis yang cenderung menulis
fiksi maupun non fiksi. Menulis, sejatinya tentang kenyamanan. Maksudnya jika
terbiasa menulis fiksi maka butuh sedikit adaptasi untuk menulis non fiksi.
Jika menulis buku non fiksi lebih mudah membuat kerangkanya. Kerangka
dapat dibuat dengan prinsip 3W, Why, What dan How. Pada buku non fiksi
bercerita tentang masalahnya, mengapa terjadi dan bagaimana cara
penyelesaiannya. Pada buku non fiksi ini langsung mengungkapkan pemecahan
masalahnya. Jika buku fiksi biasanya menyelesaikan masalah melalui cerita.
Seorang
guru bernama Bu Yohana menanyakan jika dalam sebuah buku terdapat 20-30
outline. Apakah kerangka karangan tersebut harus saling berkorelasi? Pemateri
menjelaskan bahwa sebuah buku ada yang memuat satu pemikiran lengkap,
judul-judul dalam sebuah buku harus saling berhubungan dan membangun satu
pemikiran lengkap. Jika buku berbentuk bunga rampai, tulisan bisa tentang apa
saja. Misalkan buku antologi tulisan
bersama, yang ditulis bersama-sama oleh beberapa orang, tentu tulisan
berbeda-beda. Di akhir jawaban untuk Bu Yohana, pemateri memaparkan jika
dirinya sering menulis satu pemikiran lengkap agar saling berhubungan.Tekniknya
setiap hari menulis tulisan yang dari awal sudah direncanakan daftar isinya
untuk menjadi sebuah buku.
Pertanyaan
dari Ibu Wiwi Purnawati dari SMKN1 Tonjong terkait outline. Tentang cara
memastikan outline yang dibuat sudah baik dan cara mengatasi outline yang
dibuat terasa lemah keterkaitannya antar tema. Solusi untuk masalah ini
mendiskusikan kerangka karangan dengan rekan-rekan sesama penulis. Dijelaskan
gambaran outlinenya dan dimintai pendapatnya. Langkah berikutnya mendiskusikan
dengan calon pembaca dan lihat beberapa buku sejenis, bagaimana para penulis
membuat outline. Agar kerangka karangan yang kita buat tidak meloncat-loncat
dengan cara memiliki gambaran besar, buku nanti akan seperti apa arahnya.
Membuat draf awal kerangka karangan, dicek lagi keselarasannya, diskusikan
dengan rekan sesama penulis. Lakukan review dan tambahkan dengan masukan dari
rekan-rekan penulis. Sedangkan cara membuat judul yang baik adalah kalimat
pendek jangan terlalu panjang. Dipilih kata yang paling menunjukkan emosi
dengan pembaca. Semakin provokatif, semakin baik karena membuat pembaca
penasaran dan ingin membaca tulisan kita. Semoga bermanfaat
Sangat menarik...mendisiplinkan menulis. Praktik, praktik, dan praktik menulis. Perbanyak jam terbang
BalasHapusTerimakasih Pak Imam. Semoga kita bisa
BalasHapusBu Muslikah sudah kategori mastah ini bukan lagi newbie. Keren Bu🤩
BalasHapusTerimaksih Bu Nur Fadilah Motivasinya
HapusMantab bu!
BalasHapusTerimakasih Motivasinya
HapusTerimakasih bu, tulisannya sangat berguna bagi saya yang batu belajar menulis ini 😊
BalasHapusSama-sama Mbak Inama
BalasHapus