ATM dalam judul di atas
bukan tentang Automatic Teller Machine
atau Anjungan Tunai Swatantra yang biasa digunakan untuk mengambil, mengecek
dan transfer uang tanpa teller manusia. Tapi ATM dalam tulisan ini merupakan
kiat Bapak Sigit Suryono dalam meraih juara 1 Guru Berprestasi (GUPRES) Tingkat
Nasional. Bagaimana kiat Beliau jatuh bangun mengejar mimpinya menjadi gupres.
Pernah gagal 7 kali, presentasi menyimpang dari tema dan banyak kegagalan yang
dilalui. Kisah inspiratif Beliau aku tuliskan karena pernah terjadi padaku.
Ketika mengikuti lomba gupres pertama juara 2, tahun berikutnya justru juara 3.
Prestasi yang kuperoleh bukannya naik tapi malah turun. Hal itu menurutku
sangat memalukan. Padahal media yang kubuat sangat orisinil namun kompetitorku
saat itu memiliki keahlian di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Sangat kekinian. Kegagalan tersebut telah membuatku patah semangat. Namun setelah
membaca kisah Pak Sigit bagiku Beliau orang yang sangat tangguh dan perlu aku
tulis kisahnya untuk memotivasi diriku sendiri.
Kisah inspiratif Pak Sigit
Suryono, S.Pd, M.Pd, seorang guru dari SMPN 1 Wonosari Gunung Kidul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Beliau mengajar di SMPN 1 Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa
Yogyakarta dari tahun 2005 sampai
sekarang. Aktivitas Beliau sebagai Duta Rumah Belajar Kemendikbud, Duta Sains P4TKIPA, admin FB komunitas Rumah Belajar Kemendikbud,
Ketua MGMP IPA Kabupaten Gunung Kidul dan Pengurus PPII Daerah
Istimewa Yogyakarta mulai tahun 2020. P4TKIPA
singkatan dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan IPA, sedangkan PPII adalah Perkumpulan Pendidik IPA Indonesia.
Prestasi tertinggi yang
pernah Beliau raih adalah Juara 1 Guru SMP Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015 sehingga mendapat penghargaan
penyerta seperti Anugerah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, penghargaan dari
kemendikbud dan juga mendapat Satya Lencana bidang pendidikan dari Presiden RI
Tahun 2016 dan mendapat kesempatan belajar di Australia tahun 2016. Kisah hidup Beliau mengalami liku-liku perjuangan panjang. Berawal ketika masih kuliah di
Universitas Negeri Yogyakarta Beliau tidak memiliki prestasi. Beliau sebagai
mahasiswa yang tidak pernah dianggap dan jauh dari prestasi. Bahkan saat kuliah
S1 di Universitas Negeri Yogyakarta, Beliau hampir drop out dan lulus setelah menempuhnya 7 tahun masa perkuliahan. Ketika kuliah S1 dirasakan sebagai awal perjuangan
yang memiliki makna mendalam. Pentingnya sebuah komunitas dan juga kerja keras.
Karena saat menempuh kuliah S1 beliau ikut organsisasi kemahasiswaan sampai senat fakultas, kemudian
mempunyai usaha sablon dan juga rental komputer serta mengajar di beberapa
sekolah walaupun belum selesai kuliah. Itulah penyebab kuliahnya molor.
Kegagalan dan rasa malu hilang saat beliau diterima
menjadi PNS di SMPN 1 Wonosari tahun 2005. Di sekolah tersebut semua ilmu dan
juga pengalaman bisa diterapkan dengan maksimal. Dan kesempatan baik akhirnya
datang menghampiri Beliau ketika mengikuti kegiatan simposium ada pemilihan guru
berprestasi tingkat provinsi DIY tahun 2006. Beliau mendapat kesempatan untuk
mengikuti kegiatan tersebut meskipun saat itu masih CPNS. Sementara peserta
yang lainnya adalah guru-guru pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) setiap
mata pelajaran di DIY. Pengalaman menjadi peserta di simposium tersebut, membuat
Beliau banyak belajar dari para senior. Bekal untuk ikut kompetisi. Para senior tentunya sangat hebat dan sudah
berpengalaman dalam mata pelajaran yang diampunya. Nah di sinilah Beliau
menerapkan kiat ATM. ATM adalah Amati Tiru
Modifikasi . Pengalaman dan ilmu yang dimiliki oleh para guru senior, Beliau
catat, dipelajari serta mencoba untuk
diterapkan. Itulah ATM.
Jadi untuk menjadi orang berprestasi yang dibutuhkan adalah: Belajar sejak dini dengan orang-orang hebat (seperti aku yang dekat dan bersahabat dengan para penulis senior di SPK Tulungagung). Pelajari ilmu dari orang-orang hebat tersebut dengan model Amati Tiru Modifikasi (ATM). Model ATM ini bisa diterapkan di manapun tempat dan keberadaan kita untuk berprestasi sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing. Bagi penulis, untuk bisa menghasilkan buku yang hebat dekatlah dengan penulis. Bagi para programer agar hebat maka belajarlah dari para programer lewat hasil karya mereka dan lain sebagainya. Tentu itu sangat penting bagi guru untuk mengetahui karakter diri sendiri mau jadi seperti apa dan tentukan target dan strategi yang tepat.
Ketika simposium guru itulah banyak ilmu yang
bisa beliau serap dan ikut mempengaruhi
perjalanan karirnya sampai saat ini. Banyak yang dapat dipelajari dari para
ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di seluruh provinsi DIY dan seluruh
mapel yang hadir dalam simposium
tersebut. Antara lain untuk menjadi juara dalam sebuah kompetisi maka harus
memiliki produk yang unggul dibanding
dengan kompetitor yang lain. Hal ini bisa dilihat dari karya tulis yang baik. Kemudian
karya tersebut berupa hasil penelitian
yang relevan. Dan tentu dengan data pendukung yang tepat dan presentasi
yang menarik dan mudah dipahami.
Dari pengalaman Beliau
mengikuti simposium, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
kita akan mengikuti kompetisi antara lain:
1.
Memiliki
karya yang unggul
2.
Karya
tulis ilmiah sesuai dengan gaya selingkungnya
3.
File
presentasi yang baik
4.
Kesiapan
mental saat presentasi
5.
Fokus
pada isi naskah dan tidak boleh ngelantur.
Dari catatan beliau tersebut maka perlu dilakukan pendataan dan juga
pengarsipan yang baik apalagi bagi guru
yang akan mengikuti ajang lomba guru berprestasi (gupres). Maka yang perlu
dipersiapkan yang paling utama dalah rekam jejak atau portofolio guru. Beliau
memiliki hampir semua surat undangan,
surat tugas, dan juga bukti dokumentasi semua kegiatan sejak tahun 2006-2015 yang Beliau
arsipkan pada map dan disimpan dengan baik dan aman. Semua kegiatan yang sudah beliau lakukan selalu dievaluasi
dan dicatat dalam jurnal.
Ketika meraih
juara 1 guru berprestasi tingkat nasional tidak serta merta langsung berhasil. Beliau
sebenarnya selalu gagal di kompetisi sebelumnya. Beliau 7 kali gagal dalam ajang
prestasi lain tingkat nasional. Kegagalan pertama adalah ketika mengikuti lomba
National Innovative Teacher Competition
(NITC) tahun 2009 karena tulisannya kurang bisa
diterima dewan juri dianggap kurang menggigit. Kedua ketika mencoba mengikuti
kompetisi Inovasi Pembelajaran (INOBEL) 2009. Sebetulnya media pembelajarannya
bagus sekali namun gagal karena tidak fokus mempresentasikan karyanya. Beliau
malah menceritakan hal-hal yang tidak terkait
dengan materinya, akhirnya tidak fokus
pada media yang beliau presentasikan. Tahun 2012 di ajang Ki Hajar Beliau
kalah juga, karena kompetitornya lebih unggul dalam mempresentasikan karyanya. Sedang
2013 di ajang Forum Ilmiah Guru (FIG) beliaupun juga kalah karena penelitan
yang dijabarkan pada PTKnya hanya siklus
1. Walaupun beliau sudah membawakan buku
yang membolehkan hanya 1 siklus saja. Satu siklus selesai asal masalah sudah
selesai dan teratasi. Ternyata gaya selingkung Beliau yang salah. Kemudian
tahun 2013 baru dapat meraih juara 2 guru berprestasi tingkat kabupaten. Hanya
meraih juara 2 karena portofolionya kurang banyak. Tahun 2014 dan 2015 di ajang
Mobile Edukasi beliau kalah dan kalah lagi. Karena media kompetitornya lebih baik.
Dalam kurun waktu itu yang adanya hanya gagal, gagal, gagal dan gagal.
Beliau menyadari bahwa dirinya memang bukan penulis
seperti pemateri yang lain yang menerbitkan banyak buku. Namun kata mutiara
yang saat ini beliau pegang adalah kata-kata dari ibunya yang berprofesi
sebagai pensiunan guru SD. Dengan kata mutiara ‘kalah cacak menang cacak’. Itu menjadi pelecut Beliau untuk
mengikuti berbagai event perlombaan. Makna
kata mutiara tersebut adalah kalah maupun menang merupakan hal yang baisa. Sejatinya
dalam setiap ajang kompetisi dukungan dari orang tua sangat penting. Dan juga
dari istri dan anak-anak, pada setiap event lomba yang diikuti. Pasti
akan beliau lakukan dengan penuh
perjuangaan dan tidak disiapkan secara asal-asalan.
Setelah 2015 prestasi nasional terasa mudah. Beliau gampang
mencapai kemenangan karena belajar dari kekalahan dan kegagalan dari masa sebelumnya. Prestasi yang beliau raih adalah menjadi
salah satu peserta terbaik Literasi Tingkat Nasional 2017, Duta Rumah Belajar Terinovatif
2018, Duta Sains P4TKIPA dan juga prestasi terakhir adalah mendapat Anugerah
Alumni Berprestasi Sarjana Adi Manggala
Bidang Pendidikan tahun 2020 pada dies natalis UNY yang ke 56.
Kesimpulannya jika ingin mengikuti ajang kompetisi
baik untuk diri sendiri maupun siswa
maka beberapa Tips yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1.
Mempersiapkan
diri dan materi lomba sebaik-baiknya.
2.
Persiapan
bisa satu tahun sebelumnya biar ada ruhnya karya tersebut
3.
Jika
lolos nasional perlu lihat kembali faktor atau kriteria dalam perlombaan.
4.
Siapkan
diri, pribadi dan mental dan fokus pada
lomba
5.
Saat
presentasi, harus fokus pada materi yang akan disampaikan jangan keluar dan
menyimpang dari materi yang disiapkan karena akan banyak menyita waktu.
Luar biasa, makin lama makin menjadi bu! Lanjutkan...
BalasHapusTerimakasih Pak Abbuzahra motivasi. Saya banyak belajar dari panjenengan
HapusKeren lah Ibu satu ini. Big love
BalasHapusTerimakasih Mbak Ekka. Semoga panjenengan sehat selalu.
HapusTidak menyerah pada kegagalan ya bu,.
BalasHapusBetul Mas Fahmi. Harus mencoba terus.
BalasHapusPemenang gupres berikutnya pasti Bu Muslikah🤩
BalasHapusBelum punya bahan penelitian Bu.... semoga tahun depan guru lain. Terimakasih doa dan motivasinya
BalasHapus