Persahabatan terkadang
melebihi saudara. Sahabat sejati selalu seia sekata. Kemanapun pergi selalu
bersama. Bahkan di jaman sekarang ini, membentuk sebuah sosialita. Baik karena
jalinan ketika SMP, SMA, kuliah, sesama wali murid, seprofesi bahkan sesama
pekerja online. Namun persahabatan terkadang ternodai karena adanya prilaku
sesorang yang dianggap tidak pantas. Akhirnya ketika berkomentar di WAG tidak
ada yang menanggapi. Bahkan ada yang nyaris dikeluarkan/keluar dari groupnya. Mengapa
demikian? Karena anggota group terkadang belum menjalankan kewajibannya sebagai
seorang sahabat.
Kewajiban kita dalam
menjaga persahabatan adalah dengan menjaga lidah dan hati kita. Selalu bersedia
memaafkan kesalahan masing-masing. Berkenan mendoakan kebaikan meskipun ada
tindakannya yang menyakitkan. Senantiasa setia dan ikhlas dalam menjalin persaudaraan. Meringkan beban
jika sahabat kita mengalami musibah maupun kesedihan. Terlebih tidak membebani
para sahabat kita. Sesuatu yang mudah diucapkan namun terkadang sering kita
lakukan. Bahkan kita perlu menata hati kita agar tidak ada permasalahan yang
meretakkan jalinan persahabatan.
Dalam menjalin
persahabatan penting kita beraksi ‘diam’. Diam itu emas. Bukan berarti kita
tidak mau berbincang-bincang. Namun yang dimaksudkan diam di sini adalah niat
dalam hati tidak menyebutkan aib sahabat kita. Baik ketika
para sahabat tersebut ada atau tidak ada dihadapan kita. Bila perlu dalam aksi
diam ini adalah tidak mencari-cari tahu keberadaannya. Tidak suka mendebat dan
membantahnya. Bahkan kita harus menahan diri untuk tidak mencela orang yang
dicintai, keluarga dan anak-anaknya. Pun
tidak menceritakan celaan orang lain terhadap sahabat kita. Sungguh kewajiban
yang sulit bagi para perempuan.
Sahabat sejati akan senantiasa memaafkan kesalahan
karib kita terutama yang berhubungan dengan ukuwah. Jika ada kesalahpahaman dan
perselisihan maka harus dimaafkan. Jika ada kata kasar yang melukai hati kita,
maka seyogyanya kita ingatkan dengan lemah lembut. Dengan penuh kesabaran dan
ketulusan hati. Namun bilamana kesalahan karib kita berhubungan dengan
kemaksiatan. Kewajiban kita menasehati dengan lemah lembut sehingga kejadian
itu dapat diluruskan dan sahabat kita kembali ke jalan yang benar. Kadang
uluran tangan kita lebih bermakna dari pada caci makian, gosipan, dan
membeberkan aib sahabat kita.
Teman karib yang bijak
akan mendoakan baik yang masih sehat, sakit bahkan yang sudah meninggal
dunia. Setelah mendoakan diri sendiri, keluarga dan orang tua, sahabat kitapun
harus kita langitkan doa untuknya. Agar kemaksiatannya, kesalahannya serta
dosa-dosanya diampuni oleh Allah. Sahabat yang shalih akan ikhlas mendoakan
sahabat-sahabatnya agar ketika mereka tergelincir segera kembali ke jalan yang
benar. Diampuni dan diridhoi oleh Allah.
Kesetiaan dalam sebuah
persahabatan sangat penting. Kesetiaan ini sama halnya dengan kasih sayang yang
tulus bukan sekedar rasa belas kasihan sesaat. Kasih sayang dan kesetiaan abadi karena Allah akan membawa sahabat kita
ke jalan yang benar. Persahabatan islami. Namun bila persahabatan hanya sesaat
karena teman kita dalam posisi sangat kaya dan berkecukupan akan lenyap bersama
lenyapnya tujuan itu. Kapan? Ketika sahabat kita yang kaya tersebut terpuruk.
Kesetiaan seorang sahabat lenyap bak ditelan bumi.Satu persatu akan meninggalkannya.
Kewajiban seorang
sahabat sejati lainnya adalah tidak membebani saudaranya dengan sesuatu yang
menyulitkan. Tetapi meringankan berbagai beban dan kebutuhan. Tidak meminta
uluran tangan, mengemis harta dan kedudukan. Karena seburuk-buruknya teman adalah
mereka yang membebani teman mereka, membuat seorang teman perlu untuk
berbaik-baikan, dan mendesak untuk meminta ma’aaf dan sering merepotkan meminta
bantuan yang menyulitkan. Sehingga permintaan tersebut menjadikan ganjalan pada
hubungan persahabatan.
Dan yang lebih utama dalam persahabatan adalah instrospeksi. Agar persahabatan dan persaudaraan langgeng. Kita lihat ke dalam diri kita sendiri sebelum menilai orang lain. Adakah prilaku kita
yang tercela? Jika kita menemukan hal yang tercela dari prilaku kita. Marilah
kita anggap prilaku tercela sahabat kita lebih kecil di banding dengan prilaku
tercela kita. Kita anggap sahabat kita belum mampu mengalahkan nafsunya pada
satu sifat tersebut. Sebagaimana kita
belum bisa membersihkan sifat tercela yang kita lakukan sendiri.
Kitapun sebagai seorang
sahabat wajib mawas diri. Bahwa mencari orang yang bersih dari aib, baik dan
tidak bermulut receh niscaya akan kesulitan. Mungkin kita harus meninggalkan
semua makhluk dipermukaan bumi ini. Pastilah sahabat kita memiliki kebaikan dan
keburukan. Dan tugas kita sebagai sahabat untuk berdampingan menimbun keburukan
itu dengan kebaikan. Saling mengingatkan. Semua anggota persahabatan harus mau
menghadirkan kebaikan-kebaikan karibnya dalam setiap kesempatan agar tumbuh
saling menghormati, setia, kasih sayang dan penghormatan kepada sesama sahabat.
Mantap
BalasHapusTerimakasih
HapusCatatan inspiratif Bu. Menulisnya sudah semakin bagus
BalasHapusTerimakasih Ustadz. Mohon bimbingannya
Hapus