Jumat, 14 Agustus 2020

SEPENGGAL KISAH LUCU DALAM LOMBA BACA PUISI

 

Alhamdulillah hari ini mendapat info yang menarik dari kwartir cabang Hizbul Wathan. Kwarcab Hizbul Wathan mengadakan lomba cipta dan baca puisi dengan tema kemerdekaan. Syaratnya puisi karya siswa sendiri. Video pembacaan puisi diunggah pada facebook atau Instagram. Salah satu unsur penilaian adalah banyaknya perolehan like dan komentar dari para warganet. Sedangkan unsur lainnya adalah penilaian dari dewan juri. Setelah diumumkan pada WhatsApp Group(WAG), beberapa siswa sudah mulai mengirimkan beberapa videonya. Mereka mencoba menghafalkan  puisinya. Sehingga nampak belum lancar. Siswa lebih mengutamakan hafalan dari pada pemahaman isi, intonasi, lafal, gesture dan ekspresi wajah.

Membicarakan lomba baca puisi, teringat satu tahun yang lalu ketika lomba Porseni antar madrasah. Siswaku yang kala itu masih duduk di kelas 5, ikut lomba baca puisi. Dia justru menawarkan diri ikut lomba. Padahal teman-temannya yang dianggap bisa oleh pendamping lomba baca puisi, banyak  mengundurkan diri sebelum proses seleksi di madrasah. Tapi tidak dengan Kiki, semangatnya luar biasa. Makanya ia dipilih mewakili siswa putra dari madrasahku. Ketika latihan cukup bagus, bahkan beberapa guru yakin Kiki akan memperoleh nominasi.

Ketika waktu yang ditentukan untuk pelaksanaan Porseni tingkat Kecamatan dimulai. Semua koordinator masuk ke ruang/tempat perlombaan. Mulai dari lomba kaligrafi, lomba pidato bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, lomba olah raga dan lomba qiro’at. Setelah hampir pukul 12.00 WIB perlombaan usai. Tinggal pembacaan pengumuman pemenang.  Sebelum diumumkan kubaca dulu nama-nama pemenang. Ternyata tidak ada nama Kiki. Peringkat 3 pun tidak. Setelah membacakan pemenang, segera kucari pendamping lomba baca puisi dari madrasahku. Ia sedang tertawa riang  dengan koordinator lomba baca puisi tingkat kecamatan.

Aku segera bergabung sambil menikmati kue yang disiapkan panitia. Ternyata keduanya tertawa karena membicarakan ulah Kiki ketika lomba. Ketika giliran Kiki maju membacakan puisi sudah diingatkan oleh panitia, bahwa Kiki boleh baca teks puisi. Ternyata Kiki menolaknya dan mengatakn bahwa ia sudah hafal. Kemudian ketua panitia menyodorkan naskah, agar Kiki membawanya untuk jaga-jaga bilamana nanti lupa ketika membaca puisi. Kiki bersikukuh untuk tidak bawa teks karena hafal. Maka segeralah Kiki disarankan untuk maju membaca puisnya.

Di awal pembacaan puisi semua peserta terkesiap oleh kemampuan kiki melafalkan puisnya dengan bagus. Bu Sururul Fitriati koordinator lomba menceritakan bagusnya kiki melafalkan bunyi huruf dengan tepat dan jelas. Volume atau kenyaringannnya juga pas. Intonasi atau lagu pada tiap kalimat, perubahan pada nada pengucapan mampu menginformasikan pada penonton dengan manis. Ekspresi bagus dan gesturnya tidak berlebihan. Namun ketika pada bait pertengahan Kiki lupa, hafalannya hilang. Sejatinya ia sangat percaya diri, tidak malu dan maupun gemetaran. Namun ia sudah tidak bisa melanjutkan membaca bait-bait berikutnya.

Dari peristiwa itulah, ketika perlombaan kali ini perlu penjelasan dari guru bahwa lomba baca puisi siswa tidak harus hafal. Cukup memahami setiap makna kata. Yang perlu diutamakan dalah pelafalan, intonasi, volume, gesture dan ekspresi. Dalam membaca puisi artikulasi sangat penting agar informasi yang tersirat pada puisi sampai ke pendengar secara maksimal. Naik turun nada ketika membaca puisi sangat penting sehingga puisi terdengar indah dan meresap ke dalam hati para pendengarnya. Mimik wajah dalam membaca puisi harus tepat ketika isi puisi tentang kesedihan raut wajah harus mampu menggambarkan kesedihan. Dan jika isi puisi penuh semangat ekspresi yang ditonjolkan juga harus menunjukkan semangat yang membara.

Untuk itu harus difikirkan juga bagaimana kiat memperoleh hasil maksimal pada lomba baca puisi online ini. Strategi untuk memperoleh like sebanyak-banyaknya dan memperoleh komentar positif dari para warganet juga perlu dipertimbangkan. Yang menjadi permasalahan lagi ketika lomba ini diposting lewat facebook dan instagram siswa. Dan akun mereka masih baru, follower dan pertemanannya masih sedikit tentu akan mempengaruhi keberhasilan. Namun dalam perlombaan ini yang diutamakan bukan sekedar memperoleh kemenangn semata, Namun siswa diajak untuk menggunakan sosial media sebijak mungkin. Sosial media bisa juga untuk kegiatan positif, mengadakan perlombaan menulis dan baca puisi. Dalam lomba kali ini anak-anak juga di latih untuk membedakan deklamasi dan baca puisi. Agar ketika tampil   siswa mampu menunjukkan kritera yang tepat dalam pembacaan puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar