Alhamdulillah hari ini mendapat
info yang menarik dari kwartir cabang Hizbul Wathan. Kwarcab Hizbul Wathan mengadakan
lomba cipta dan baca puisi dengan tema kemerdekaan. Syaratnya puisi karya siswa
sendiri. Video pembacaan puisi diunggah pada facebook atau Instagram. Salah
satu unsur penilaian adalah banyaknya perolehan like dan komentar dari para
warganet. Sedangkan unsur lainnya adalah penilaian dari dewan juri. Setelah
diumumkan pada WhatsApp Group(WAG), beberapa siswa sudah mulai mengirimkan
beberapa videonya. Mereka mencoba menghafalkan
puisinya. Sehingga nampak belum lancar. Siswa lebih mengutamakan hafalan
dari pada pemahaman isi, intonasi, lafal, gesture dan ekspresi wajah.
Membicarakan lomba baca puisi,
teringat satu tahun yang lalu ketika lomba Porseni antar madrasah. Siswaku yang
kala itu masih duduk di kelas 5, ikut lomba baca puisi. Dia justru menawarkan
diri ikut lomba. Padahal teman-temannya yang dianggap bisa oleh pendamping
lomba baca puisi, banyak mengundurkan
diri sebelum proses seleksi di madrasah. Tapi tidak dengan Kiki, semangatnya
luar biasa. Makanya ia dipilih mewakili siswa putra dari madrasahku. Ketika
latihan cukup bagus, bahkan beberapa guru yakin Kiki akan memperoleh nominasi.
Ketika waktu yang ditentukan
untuk pelaksanaan Porseni tingkat Kecamatan dimulai. Semua koordinator masuk ke
ruang/tempat perlombaan. Mulai dari lomba kaligrafi, lomba pidato bahasa Arab,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, lomba olah raga dan lomba qiro’at. Setelah hampir
pukul 12.00 WIB perlombaan usai. Tinggal pembacaan pengumuman pemenang. Sebelum diumumkan kubaca dulu nama-nama
pemenang. Ternyata tidak ada nama Kiki. Peringkat 3 pun tidak. Setelah
membacakan pemenang, segera kucari pendamping lomba baca puisi dari madrasahku.
Ia sedang tertawa riang dengan koordinator
lomba baca puisi tingkat kecamatan.
Aku segera bergabung sambil menikmati
kue yang disiapkan panitia. Ternyata keduanya tertawa karena membicarakan ulah
Kiki ketika lomba. Ketika giliran Kiki maju membacakan puisi sudah diingatkan
oleh panitia, bahwa Kiki boleh baca teks puisi. Ternyata Kiki menolaknya dan
mengatakn bahwa ia sudah hafal. Kemudian ketua panitia menyodorkan naskah, agar
Kiki membawanya untuk jaga-jaga bilamana nanti lupa ketika membaca puisi. Kiki
bersikukuh untuk tidak bawa teks karena hafal. Maka segeralah Kiki disarankan
untuk maju membaca puisnya.
Di awal pembacaan puisi semua
peserta terkesiap oleh kemampuan kiki melafalkan puisnya dengan bagus. Bu
Sururul Fitriati koordinator lomba menceritakan bagusnya kiki melafalkan bunyi
huruf dengan tepat dan jelas. Volume atau kenyaringannnya juga pas. Intonasi
atau lagu pada tiap kalimat, perubahan pada nada pengucapan mampu
menginformasikan pada penonton dengan manis. Ekspresi bagus dan gesturnya tidak
berlebihan. Namun ketika pada bait pertengahan Kiki lupa, hafalannya hilang.
Sejatinya ia sangat percaya diri, tidak malu dan maupun gemetaran. Namun ia
sudah tidak bisa melanjutkan membaca bait-bait berikutnya.
Dari peristiwa itulah, ketika
perlombaan kali ini perlu penjelasan dari guru bahwa lomba baca puisi siswa
tidak harus hafal. Cukup memahami setiap makna kata. Yang perlu diutamakan
dalah pelafalan, intonasi, volume, gesture dan ekspresi. Dalam membaca puisi
artikulasi sangat penting agar informasi yang tersirat pada puisi sampai ke
pendengar secara maksimal. Naik turun nada ketika membaca puisi sangat penting
sehingga puisi terdengar indah dan meresap ke dalam hati para pendengarnya.
Mimik wajah dalam membaca puisi harus tepat ketika isi puisi tentang kesedihan
raut wajah harus mampu menggambarkan kesedihan. Dan jika isi puisi penuh
semangat ekspresi yang ditonjolkan juga harus menunjukkan semangat yang
membara.
Untuk itu harus difikirkan juga
bagaimana kiat memperoleh hasil maksimal pada lomba baca puisi online ini.
Strategi untuk memperoleh like sebanyak-banyaknya dan memperoleh komentar
positif dari para warganet juga perlu dipertimbangkan. Yang menjadi
permasalahan lagi ketika lomba ini diposting lewat facebook dan instagram
siswa. Dan akun mereka masih baru, follower dan pertemanannya masih sedikit
tentu akan mempengaruhi keberhasilan. Namun dalam perlombaan ini yang
diutamakan bukan sekedar memperoleh kemenangn semata, Namun siswa diajak untuk
menggunakan sosial media sebijak mungkin. Sosial media bisa juga untuk kegiatan
positif, mengadakan perlombaan menulis dan baca puisi. Dalam lomba kali ini
anak-anak juga di latih untuk membedakan deklamasi dan baca puisi. Agar ketika
tampil siswa mampu menunjukkan kritera yang tepat
dalam pembacaan puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar