Selasa, 25 Agustus 2020

MOTIVASI MENULIS BUKU MAYOR

 

Hari ini saya akan menuliskan kisah inspiratif seorang guru yang tangguh. Bu Salamah guru dari Wonosobo. Beliau guru SDN2 Wonosobo. Beliau mentor CPNS dan Mentor psikotes, motivator dan penulis 34 buku. Pertama menulis 2011 buku berjudul Uji Kompetensi Awal (UKA). Saat itu Ujian Kompetensi Guru (UKG) segera dimulai yaitu tahun 2012. Tahun 2011 beberapa guru senior meminta Bu Salamah untuk membimbing mereka. Mereka meminta dipandu cara menaklukkan soal-soal  Uji Kompetensi Awal (UKA). Guru-guru agak sepuh berkumpul mengundang Bu Salamah untuk membantu mengerjakan soal-soal uji  kompetensi.  Dari situ mulai menulis, semua yang ia bimbingkan pada guru senior ditulis. Hanya ingin menulis belum mengenal penerbit. Tiba-tiba muncul ide untuk menerbitkan buku. Pencarian penerbit mayor tidak ditemukan, di atas keputusasaan tanpa sengaja melihat profil seseorang di facebook. Seseorang itu ternyata editor penerbit buku mayor. Sang editor iseng-iseng diinbok dan editor tersebut membalas dengan baik. Maka terjadi komunikasi yang baik antara Bu Salamah dan sang editor.

Tahun 2011 buku Uji Kompetensi Awal (UKA) adalah buku satu-satunya yang ia tulis. Di kabupatennya tidak ada satupun guru yang menulis. Para guru beranggapan menulis dianggap tidak penting. Banyak guru dari dunia pendidikan memandang miring ketika beliau menulis buku. Mereka menganggap menulis buku tidak layak bagi guru, untuk apa. Namun akhirnya bukunya laku keras. Tahun 2012 ia menulis buku Uji Kompetensi Guru (UKG). Ia mendapatkan ide/petunjuk dari menduga-duga/prediksi belaka. Misalkan jika mengajar materi tertentu, diprediksi jenis medianya. Jika mengajar indikator tertentu, maka beliau mencoba menetukan assesmennya. Kesimpulannya beliau mengembangkan buku dari silabus yang dibacanya. Ketika menulis buku Uji Kompetensi Guru (UKG), sangat sulit karena harus mencocokkan silabus, kompetensi dasar, indikator,  tujuan dan lain-lainnya. Pernah mengalami hal yang berat ketika membuat satu soal membutuhkan waktu 4 jam.

Buku UKG ini pernah membuat Bu Salamah terpuruk dan menangis. Karena ada hal buruk menimpanya. Suatu saat ketika  beliau pergi ke toko foto kopi dekat sebuah rumah sakit. Dilihatnya bukunya difotokopi ratusan eksemplar. Oleh sahabat guru di wilayah tempat Beliau bekerja. Dalam benaknya penuh tanda tanya, alasan mendasar apa yang menyebabkan sahabatnya memfotokopi bukunya. Padahal bukunya cuma seharga Rp55.000,-. Akhirnya beliau hanya dapat royalti 750.000 selama 6 bulan. Buku yang dibuat dengan susah payah difoto kopi tanpa seijin beliau.

Baginya  royalti 750.000 tidak mengapa kalau itu yang benar-benar harus beliau terima. Tapi  yang disesalkan bukunya difotokopi, oleh sahabatnya sendiri yang sudah sertifikasi. Padahal harga buku cuma Rp55.000, dan beliau hanya mendapat 10% dari buku itu serta dipotong  15%. Tidak sebanding dengan energi yang beliau keluarkan. Dari hal tersebut tidak menjadikan beliau semakin terpuruk dan terus menerus menangis menyesalinya. Bukan masalah uang tapi bagaimana menggerakkan orang-orang menghargai karya teman. Di Wonosobo belum ada guru menulis, dan belum ada aturan kenaikan pangkat dengan menulis buku.

Setelah bukunya difotokopi akhirnya beliau melaporkan ke Kepala Dinas. Padahal beliau  baru saja jadi PNS, masih dua tahun diangkat yakni tahun 2010. Tahun 2010 diangkat, tahun 2011 membuat buku UKA dan 2012 buku UKG. Baik buku UKA maupun buku UKG, tergolong buku mayor semua. Kepala Dinas memberi apresiasi yang sangat bagus. Kepala Dinas mengatakan seharusnya guru muda disokong dan disuport karyanya, bukan dijatuhkan karyanya. Bu Salamah tidak mengetahui kelanjutan penyelesaian laporannya. Hanya ketika melapor disertai foto dan bukti yang telah dilakukan teman-temannya. Namun setelah kejadian itu Beliau sering diundang menjadi narasumber di mana-mana. Dari buku itu mendapat pundi-pundi uang sebagai nara sumber.

Setelah buku UKG beliau terus menulis, banyak buku yang beliau tulis. Hari demi hari beliau semakin mencintai menulis dan mencintai tulisannya. Terutama tulisannya di instastory salah satu sosial media. Yang ditulis dan diposting di instastory  WhatsApp dibaca oleh 600 sampai dengan700 orang.  Postingannya  tentang motivasi, keterpurukan, kegaulauan dan kesedihan, serta bagaimana bisa bangkit dan berdiri lagi untuk sukses berkarya.

Buku fenomenal yang menguntungkan baginya adalah terbitan tahun 2015. Dokter mengatakan beliau tidak bisa hamil karena menderita suatu penyakit. Tapi beliau tidak percaya maka tetap berusaha supaya bisa hamil dengan jalan bayi tabung. Kemudian ketika putranya telah lahir, Beliau bingung untuk mendapatkan beaya pengobatan anaknya. Ia belum bersertifikasi, gajinya masih Rp2.700.000. Alhasil beliau menulis buku Drilling Psikotes diterbitkan bulan Agustus. Bulan Oktober ludes, bukunya  mendapat predikat  best seller. Mungkin Allah menetapkan bahwa dari keterpurukan dan kesakitan harus tetap semangat. Beliau tidak putus asa dan marah kepa Allah dan manusia. Bukunya bisa menghasilkan pundi -pundi uang untuk membeli apapun. Bisa digunakan untuk apa saja kebutuhan hidupnya. Sekarang untuk bisa menerbitkan buku tidak perlu membuat proposal. Justru penerbit yang memintanya untuk membuat buku sampai sekarang. Dan beliau selalu siap.

Dari menulis buku spikotes banyak manfaat karena akhirnya bisa menjadi mentor psikotes. Di rumahnya banyak orang berdatangan untuk mendapatkan bimbingan. Beliau mulai bekerja  6.30 sampai 16.00. Kemudian membimbing psikotes jam 17.00-22.00, jam 23.00 digunakan mengurus keluarga. Musim CPNS kesibukannya membuat soal dan menetapkan prediksi soal. Tahun 2015 banyak guru yang diloloskan  menjadi CPNS. Mereka mendapat nilai dengan predikat nilai tinggi. Tahun 2018 banyak guru yang ikut bimbingan psikotes dan tes PNS dan berhasil. Tahun 2019 guru yang dibimbingnya, 98 % lolos SKD CPNS. Separuh lolos SKB. Saat ini di rumahnya masih membimbing 25 guru SD yang siap tes SKB.

Dari royalty buku bisa mengobati anak yang menderita kista di otak. Karena putra lahir dari bayi tabung maka rentan dengan berbagai penyakit, salah satunya kista. Untuk itu membutuhkan beaya ratusan juta rupiah. Dari royalti menulis buku pada penerbit mayor  putranya bisa berobat berkali-kali. Royalti  itu bisa menghidupi keluarga. Beliau berharap para guru bisa menjadi penulis buku mayor. Terus berjuang jangan menegok ke belakang. Semoga bisa menjadi penulis pada penerbit mayor. Aamiin.

4 komentar:

  1. Amin ya Allah allahumma amin. Semoga ya Ibu Mus 🥰🥰🥰

    BalasHapus
  2. Catatan yang sangat menginspirasi. Tulisan Bu Muslikah makin hari makin keren, berkat istikomah.👌

    BalasHapus