Hari ini saya akan menuliskan
kisah inspiratif seorang guru yang tangguh. Bu Salamah guru dari Wonosobo. Beliau
guru SDN2 Wonosobo. Beliau mentor CPNS dan Mentor psikotes, motivator dan
penulis 34 buku. Pertama menulis 2011 buku berjudul Uji Kompetensi Awal (UKA). Saat
itu Ujian Kompetensi Guru (UKG) segera dimulai yaitu tahun 2012. Tahun 2011 beberapa
guru senior meminta Bu Salamah untuk membimbing mereka. Mereka meminta dipandu cara
menaklukkan soal-soal Uji Kompetensi Awal
(UKA). Guru-guru agak sepuh berkumpul
mengundang Bu Salamah untuk membantu mengerjakan soal-soal uji kompetensi. Dari situ mulai menulis, semua yang ia
bimbingkan pada guru senior ditulis. Hanya ingin menulis belum mengenal
penerbit. Tiba-tiba muncul ide untuk menerbitkan buku. Pencarian penerbit mayor
tidak ditemukan, di atas keputusasaan tanpa sengaja melihat profil seseorang di
facebook. Seseorang itu ternyata editor penerbit buku mayor. Sang editor iseng-iseng
diinbok dan editor tersebut membalas dengan baik. Maka terjadi komunikasi yang
baik antara Bu Salamah dan sang editor.
Tahun 2011 buku Uji Kompetensi Awal
(UKA) adalah buku satu-satunya yang ia tulis. Di kabupatennya tidak ada satupun
guru yang menulis. Para guru beranggapan menulis dianggap tidak penting. Banyak
guru dari dunia pendidikan memandang miring ketika beliau menulis buku. Mereka
menganggap menulis buku tidak layak bagi guru, untuk apa. Namun akhirnya bukunya
laku keras. Tahun 2012 ia menulis buku Uji Kompetensi Guru (UKG). Ia mendapatkan
ide/petunjuk dari menduga-duga/prediksi belaka. Misalkan jika mengajar materi
tertentu, diprediksi jenis medianya. Jika mengajar indikator tertentu, maka beliau
mencoba menetukan assesmennya.
Kesimpulannya beliau mengembangkan buku dari silabus yang dibacanya. Ketika menulis
buku Uji Kompetensi Guru (UKG), sangat sulit karena harus mencocokkan silabus, kompetensi
dasar, indikator, tujuan dan lain-lainnya. Pernah mengalami hal yang berat
ketika membuat satu soal membutuhkan waktu 4 jam.
Buku UKG ini pernah membuat Bu
Salamah terpuruk dan menangis. Karena ada hal buruk menimpanya. Suatu saat ketika
beliau pergi ke toko foto kopi dekat
sebuah rumah sakit. Dilihatnya bukunya difotokopi ratusan eksemplar. Oleh
sahabat guru di wilayah tempat Beliau bekerja. Dalam benaknya penuh tanda
tanya, alasan mendasar apa yang menyebabkan sahabatnya memfotokopi bukunya. Padahal
bukunya cuma seharga Rp55.000,-. Akhirnya beliau hanya dapat royalti 750.000
selama 6 bulan. Buku yang dibuat dengan susah payah difoto kopi tanpa seijin
beliau.
Baginya royalti 750.000 tidak mengapa kalau itu yang
benar-benar harus beliau terima. Tapi yang
disesalkan bukunya difotokopi, oleh sahabatnya sendiri yang sudah sertifikasi. Padahal
harga buku cuma Rp55.000, dan beliau hanya mendapat 10% dari buku itu serta dipotong 15%. Tidak sebanding dengan energi yang beliau
keluarkan. Dari hal tersebut tidak menjadikan beliau semakin terpuruk dan terus
menerus menangis menyesalinya. Bukan masalah uang tapi bagaimana menggerakkan
orang-orang menghargai karya teman. Di Wonosobo belum ada guru menulis, dan
belum ada aturan kenaikan pangkat dengan menulis buku.
Setelah bukunya difotokopi akhirnya
beliau melaporkan ke Kepala Dinas. Padahal beliau baru saja jadi PNS, masih dua tahun diangkat
yakni tahun 2010. Tahun 2010 diangkat, tahun 2011 membuat buku UKA dan 2012
buku UKG. Baik buku UKA maupun buku UKG, tergolong buku mayor semua. Kepala Dinas
memberi apresiasi yang sangat bagus. Kepala Dinas mengatakan seharusnya guru
muda disokong dan disuport karyanya, bukan dijatuhkan karyanya. Bu Salamah
tidak mengetahui kelanjutan penyelesaian laporannya. Hanya ketika melapor disertai
foto dan bukti yang telah dilakukan teman-temannya. Namun setelah kejadian itu
Beliau sering diundang menjadi narasumber di mana-mana. Dari buku itu mendapat
pundi-pundi uang sebagai nara sumber.
Setelah buku UKG beliau terus
menulis, banyak buku yang beliau tulis. Hari demi hari beliau semakin mencintai
menulis dan mencintai tulisannya. Terutama tulisannya di instastory salah satu sosial media. Yang ditulis dan diposting di instastory WhatsApp dibaca oleh 600 sampai dengan700 orang. Postingannya
tentang motivasi, keterpurukan, kegaulauan dan kesedihan, serta bagaimana
bisa bangkit dan berdiri lagi untuk sukses berkarya.
Buku fenomenal yang menguntungkan
baginya adalah terbitan tahun 2015. Dokter mengatakan beliau
tidak bisa hamil karena menderita suatu penyakit. Tapi beliau tidak percaya
maka tetap berusaha supaya bisa hamil dengan jalan bayi tabung. Kemudian ketika putranya telah lahir, Beliau bingung
untuk mendapatkan beaya pengobatan anaknya. Ia belum bersertifikasi, gajinya
masih Rp2.700.000. Alhasil beliau menulis buku Drilling Psikotes diterbitkan bulan Agustus. Bulan Oktober ludes,
bukunya mendapat predikat best seller.
Mungkin Allah menetapkan bahwa dari keterpurukan dan kesakitan harus tetap
semangat. Beliau tidak putus asa dan marah kepa Allah dan manusia. Bukunya bisa
menghasilkan pundi -pundi uang untuk membeli apapun. Bisa digunakan untuk apa
saja kebutuhan hidupnya. Sekarang untuk bisa menerbitkan buku tidak perlu
membuat proposal. Justru penerbit yang memintanya untuk membuat buku sampai
sekarang. Dan beliau selalu siap.
Dari menulis buku spikotes banyak
manfaat karena akhirnya bisa menjadi mentor psikotes. Di rumahnya banyak orang
berdatangan untuk mendapatkan bimbingan. Beliau mulai bekerja 6.30 sampai 16.00. Kemudian membimbing
psikotes jam 17.00-22.00, jam 23.00 digunakan mengurus keluarga. Musim CPNS
kesibukannya membuat soal dan menetapkan prediksi soal. Tahun 2015 banyak guru
yang diloloskan menjadi CPNS. Mereka mendapat
nilai dengan predikat nilai tinggi. Tahun 2018 banyak guru yang ikut bimbingan
psikotes dan tes PNS dan berhasil. Tahun 2019 guru yang dibimbingnya, 98 %
lolos SKD CPNS. Separuh lolos SKB. Saat ini di rumahnya masih membimbing 25
guru SD yang siap tes SKB.
Dari royalty buku bisa mengobati
anak yang menderita kista di otak. Karena putra lahir dari bayi tabung maka
rentan dengan berbagai penyakit, salah satunya kista. Untuk itu membutuhkan
beaya ratusan juta rupiah. Dari royalti menulis buku pada penerbit mayor putranya bisa berobat berkali-kali. Royalti itu bisa menghidupi keluarga. Beliau berharap para
guru bisa menjadi penulis buku mayor. Terus berjuang jangan menegok ke belakang. Semoga bisa menjadi penulis pada penerbit mayor. Aamiin.
Amin ya Allah allahumma amin. Semoga ya Ibu Mus 🥰🥰🥰
BalasHapusInjih Mbak Zahra
HapusCatatan yang sangat menginspirasi. Tulisan Bu Muslikah makin hari makin keren, berkat istikomah.👌
BalasHapusTerimakasih Motivasinya, Bu Fadillah
Hapus