Selasa, 21 Juli 2020

PUISI AKROSTIK. ANTARA TEGAL, JAKARTA DAN PEMALANG

TENGAH MALAM

Perlahan  turun menapak kaki

Untuk melemaskan tulang gemeretak

Kelu  sekujur  tubuh

Ujung kaki ngilu

Lelah tiada tertahan

 

Desiran angin malam terasa

Uap air berbaur asap menjamah kulit

Aku meraih tangannya

Pelan menuju meja tertata rapi

Ukiran senyum ramah terpahat di wajahnya…ibu paroh baya

Lalu aku duduk, nampak asing

Umpama lupa etika

Hasrat ingin berselonjor, luruskan tulang nan kelu

Tapi tetap  kujaga meski sudah di ujung lelah...

Ia siapkan beberapa hidangan

Geraknya lincah menata hanya  hitungan menit

Alangkah gesitnya

 

Lahap kusantap

Entah apa dalam benak sang ibu

Biarlah... tak kupikirkan, karena perut berbunyi

Inginkan stamina pulih seperti sediakala

Hingga tubuh berangsur sembuh

 

Dan mulai  melaju kembali

Ujung kota Tegal tlah ku tinggal

Angan kembali fokus ke jalan mulus

Benak selalu menanjak doa dan dzikir kepada...

Engkau Dzat Pengasih

Langkah pasrah  ku sandarkan kepadaMu

Alloh Azza Wajala

Sang penguasa semesta

 

Tegal, 26 April 2019

 

 

 

BERAT HATI

Menata hati

Enyahkan duri menusuk direlung sukma

Niatan mulai goyah

Usik keteguhan hati

Jakarta  yang padat penuh sesak, mampukah kamu

Udara pekat, panas seakan siap menggilas

Jangan tinggalkan di sini, itulah kata hati

Akankah keteguhan ini porak poranda

Keteguhan semula sekokoh karang

Aku menatap gedung menjulang

Resah menampar, seakan ku terkapar

Tapi si Sulung menatap, meyakinkan

Aku kembali merenung

Berurai air mata keraguan

Air mata berlinang tiada tertahan

Relakah aku membiarakannya sendiri

Atau membawanya kembali

Tapi  ia lelaki harus mandiri

 

Jakarta, 27 April 2019

 

KUIKHLASKAN  PILIHANMU

Telah benar-benar kutinggalkan...

Oh, Tuhan… napasku  mulai ikhlas

Lalu kubalikkan badan tanpa menoleh

Pastikan  raga ini siap meninggalkanmu

Enyahkan ragu yang mengganggu

Jauhkan khawatir 

Abaikan resah

Genggam keyakinan kelak kamu mampu tegar

Asah diri di Ibu Kota

Nantinya kamu pasti terbiasa... bisa!

Peluh mulai bercucuran

Efek keresahan yang meninggi

Mulai kupeluk si bungsu

Aku mulai tenang

Lelap dalam kelelahan

Alam bawah sadar  tenang

Nadi relaksasi, berdegup…  berirama

Getaran kata hati terasa damai

Jakarta, 27 April 2019

 

 


 

 


 

 

 


2 komentar:

  1. wah mbak Muslikhah ternyata sudah layak menjadi penyair, mantab lanjutkan...

    BalasHapus
  2. Terimakasih Bu Into. Hanya menuliskan kenangan saja

    BalasHapus