TENGAH
MALAM
Perlahan turun menapak kaki
Untuk melemaskan
tulang gemeretak
Kelu sekujur
tubuh
Ujung kaki ngilu
Lelah tiada
tertahan
Desiran angin
malam terasa
Uap air berbaur
asap menjamah kulit
Aku meraih
tangannya
Pelan menuju meja
tertata rapi
Ukiran senyum
ramah terpahat di wajahnya…ibu paroh baya
Lalu aku duduk, nampak asing
Umpama lupa etika
Hasrat ingin
berselonjor, luruskan tulang nan kelu
Tapi tetap kujaga meski sudah di ujung lelah...
Ia siapkan
beberapa hidangan
Geraknya lincah
menata hanya hitungan menit
Alangkah gesitnya
Lahap kusantap
Entah apa dalam
benak sang ibu
Biarlah... tak
kupikirkan, karena perut berbunyi
Inginkan stamina pulih seperti sediakala
Hingga tubuh
berangsur sembuh
Dan mulai melaju kembali
Ujung kota Tegal tlah ku tinggal
Angan kembali
fokus ke jalan mulus
Benak selalu
menanjak doa dan dzikir kepada...
Engkau Dzat Pengasih
Langkah
pasrah ku sandarkan kepadaMu
Alloh Azza Wajala
Sang penguasa
semesta
Tegal,
26 April 2019
BERAT HATI
Menata hati
Enyahkan duri menusuk direlung sukma
Niatan mulai goyah
Usik keteguhan hati
Jakarta
yang padat penuh sesak, mampukah kamu
Udara pekat, panas seakan siap menggilas
Jangan tinggalkan di sini, itulah kata
hati
Akankah keteguhan ini porak poranda
Keteguhan semula sekokoh
karang
Aku menatap gedung menjulang
Resah menampar,
seakan ku terkapar
Tapi si Sulung menatap, meyakinkan
Aku kembali merenung
Berurai air mata keraguan
Air mata berlinang tiada tertahan
Relakah aku membiarakannya sendiri
Atau membawanya kembali
Tapi
ia lelaki harus mandiri
Jakarta, 27 April 2019
KUIKHLASKAN PILIHANMU
Telah benar-benar
kutinggalkan...
Oh, Tuhan… napasku mulai ikhlas
Lalu kubalikkan
badan tanpa menoleh
Pastikan raga ini siap meninggalkanmu
Enyahkan ragu
yang mengganggu
Jauhkan
khawatir
Abaikan resah
Genggam keyakinan
kelak kamu mampu tegar
Asah diri di Ibu
Kota
Nantinya kamu
pasti terbiasa... bisa!
Peluh mulai bercucuran
Efek keresahan yang meninggi
Mulai kupeluk si bungsu
Aku mulai tenang
Lelap dalam kelelahan
Alam bawah sadar tenang
Nadi relaksasi, berdegup… berirama
Getaran kata hati terasa damai
Jakarta, 27 April 2019
wah mbak Muslikhah ternyata sudah layak menjadi penyair, mantab lanjutkan...
BalasHapusTerimakasih Bu Into. Hanya menuliskan kenangan saja
BalasHapus