Kamis, 16 Juli 2020

LAKSANA MUSAFIR MENEMUKAN OASE DI GURUN SAHARA

Namaku Abdillah.  Muridku kelas 5 memanggilku Pak Abdi. Begitu pula guru-guru yang mengajar di madrasahku juga memanggilku Abdi. Ketika di rumah, aku dipanggil Didi. Pernah aku tanya kepada Ibu. Asal mula panggilan Didi. Kupikir  Ibuku ngefans dengan Didi Kempot? Ternyata panggilan Didi itu karena teman sebayaku semasa kecil sulit melafalkan nama lengkapku. Ia hanya bisa menyebut dua huruf paling belakang dari nama panggilanku. Abdi, cuma bisa disebutnya Di-di.

Kadang aku sering bercanda dengan kakakku. Di jaman sekarang ini bapakku memberi nama anak-anaknya hanya satu kata. Padahal teman-temanku namanya minimal 3 kata. Kakakku bernama Ramadhani, Aku Abdillah, sedang adikku Akmalia. Kakakku menjawab asal-asalan. Mungkin  bapak ingin anaknya tidak kesulitan. Ketika  mengisi kolom nama pada lembar jawaban Komputer (LJK). Ini berkaitan pengisian  lembar jawaban   Ujian sekolah. Aku punya seorang murid yang namanya  sangat indah. Namanya lumayan panjang  ELMAGHVIRATUZZAHRA EIDELFITRIE ADELPHIA. Anak ini juga tidak pernah kesulitan menuliskan namanya dikolom LJK olimpiade.  Karena Zahra memang tergolong sangat cerdas. Ah, seharusnya aku tidak perlu mempermasalahkan namaku yang singkat, padat namun syarat makna. Insya Alloh Bapakku menaruh harapan yang indah dengan memberi nama Abdillah.

Sebenarnya aku asli dari Kecamatan Durenan. Kemudian menikah dengan gadis sekampusku. Sekarang aku tinggal di  Desa   Padangan Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung. Setiap hari aku berangkat dari Ngantru ke Durenan. Pagi sekali aku sudah  harus berangkat ke madrasah supaya tidak terlambat. Jika ditilik dari jarak tempuh memang melelahkan. Namun jika perjalanan dinikmati akan sangat menyenangkan. Ketika hendak berangkat pagi, aku selalu membayangkan bertemu Bundaku di wilayah Durenan. Jika kembali pulang semangatku terpacu, ingin segera ketemu buah hatiku yang masih balita.

Mengajar di Madrasah sangat menyenangkan. Nuansa kekeluargaan sangat erat. Mereka seperti keluarga sendiri. Selain sebagai guru, aku juga sebagai operator sekolah. Yang bertugas mengentri data penting, terkait madrasah tempat aku mengabdi. Yang lebih menyenangkan dapat membantu teman-teman guru agar lebih peka dengan IT. Sangat senang membantu beberapa guru menyusun Penilaian Tindakan Kelas. Tugasku adalah sebagai petugas dokumentasi. Mengabadikan kegiatan guru pada setiap siklus pembelajaran. Terkadang menjadi juru shooting dan editor pembuatan video pembelajaran. Menjadi pendamping guru dalam mengerjakan Aplikasi Rapor Digital. Semua aku lakukan dengan ikhlas. Tidak berharap imbalan apapun. Alhamdulillah, para guru saling membantu dan saling berbagi rezeki. Tidak satupun guru yang melakukan PHP ketika ingin dibantu temannya. Terutama PHP kepada operator madrasah.

Dan yang paling membahagiakan adalah, hari ini Jumat tangal 17 Juli 2020. Jumat berkah. Ketika teman-teman Guru Tetap Yayasan, nampak berbinar-binar. Wajah teman-teman berbunga-bunga. Sempat aku tanyakan pada guru kelas I yang tergolong senior. Beliau kuliah di jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Beliau menjawab dengan diksi yang sangat indah. Kata beliau,” Kita hari ini laksana sekelompok Musafir yang berkelana di gurun sahara dan menemukan sebuah oase.  Semoga bermanfaat dan berbahagia.” Wow, ternyata tunjangan fungsional cair. Alhamduliilah, Pak Kasi Pendma yang menjabat sekarang ini memang luar biasa. Penuh dedikasi dan tanggung jawab dalam menyejahterakan para guru GTY.

Aku cukup ngefans dengan figure Beliau, Pak Kasi Pendma. Bukan hanya pencairan yang lancar dan penuh tanggung jawab. Tapi kemampuannya menjadi pemateri cukup bagus, mengesankan dan mengena. Materi yang Beliau sampaikan bisa kita terima. Mampu kita serap. Selalu diselipi joke yang bikin kami tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Bahkan tawa itu masih terkulum sampai di rumah. Bahkan istriku pernah curiga, kok sedari pulang sampai larut masih tersenyum. Untuk memutus kecurigaan segera kuceritakan kepiawaian Pak Kasi Pendma membawa suasan kaku/garing menjadi santai namun sampai ke audiens. Dan itu saya tiru, kalau  menjadi pemateri di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) saya sering menggunakan gaya retorika Beliau. Meski levelnya masih jauh. Mungkin beliau pernah jadi guru, kamad, pengawas dan kasi. Pengalaman yang panjang menjadikan beliau menjadi pemateri yang bagus. Meski tanpa bantuan LCD. Materi tidak pernah keluar dari tema yang dibahas.

Kembali membahas tentang kegiatanku menjadi abdi madrasah. Selain sebagai guru dan operator madrasah. Kegemaranku  adalah merawat bunga di madrasah. Kegemaran ini dibantu oleh bapak-bapak yang lain. Sedangkan ibu-ibu guru membersihkan madrasah berdasarkan jadwal piket. Bagiku merawat tanaman adalah yang menyenangkan. Menyiram, memupuk, dan melakukan rotasi tanaman yang telah rusak akibat tanah yang mengeras merupakan sebuah hiburan. Dengan menyirami tanaman maka fikiran menjadi segar kembali. Sangat di sayangkan jika tanaman peneduh di madrasah, mengering karena tidak terawat. Pernah suatu ketika jam 17.00 WIB. Hendak pulang ke Ngantru. Kulihat tanaman layu karena lupa disiram. Dengan senang hati aku menyiraminya sampai segar kembali. Hingga harus menuju ke rumah mertua setelah sholat maghrib.

Membeli tanaman hias itu mudah. Namun memeliharanya butuh ketelatenan. Rutinitas menyiram dan  memupuk butuh kesadaran.  Seyogyanya merawat bunga adalah tugas ibu-ibu guru. Namun jika bapak-bapak bisa melakukannya maka itu sangat luar biasa. Usaha untuk merindangkan madrasah tidak sia-sia. Pernah madasahku menjadi juara I keindahan kantor dan madrasah tingkat kecamatan. Dan Juara II  keindahan kantor dan madrasah tingkat kabupaten untuk jenjang madrasah. Ke depan para pengembang  madrasah di sekolahku, berkeinginan untuk menyukseskan program gerakan ayo membangun madrasah. Gerakan unggulan itu adalah GEMES. Gerakan madrasah sehat.  Semoga terlaksana.

 


6 komentar:

  1. Balasan
    1. Terimakasih sekali Pak Abbuzahra. Telah berkunjung di blog saya.

      Hapus
  2. Terimakasih Bapak. Mohon kritik dan saran.

    BalasHapus
  3. Terimakasih Mbak Zahra. Justru saya banyak belajar dari panjenengan. Bahasa panjenengan di story wa indah sekali

    BalasHapus
  4. Pingin sekali bisa menulis seperti Bu guruku yang cantik ini...yang dulu waktu masih duduk dibangku MIM kamulan, saya ngefans sekali dengan jenengan bu...
    Bu ikah dan pak Ainul Yaqin..

    BalasHapus