Selasa, 14 Juli 2020

MEDIA BELAJAR YANG PALING DI GEMARI PADA PJJ


Melihat hasil polling survey sebuah sekolah di atas yang diadakan hari Minggu tanggal 12 Juli  2020. Nampak 76 % wali murid lebih menyukai penggunaan   media Pembelajaran Jarak Jauh berupa  ‘WhatsApp Group’. Cukup tinggi aplikasi ini dipilih oleh mayoritas wali murid. Sedangkan yang lagi seru diperbincangkan yaitu google classroom sangat tidak diminati dengan alasan penggunaannya sangat rumit. Bahkan yang mampu menggunakan beberapa aplikasi hanya sedikit sekali.

Zoom menduduki peringkat ke dua sebesar 11,5%. Aplikasi ini biasanya digunakan untuk melaksanakan video conference dalam rapat-rapat di sekolah maupun pembelajaran jarak jauh. Secara sederhana penggunaan zoom ada sisi kelemahan, biasanya suara tidak terdengar jelas. Pemateri atau pemimpin rapat suara terputus-putus. Wali murid sering menolak jika harus menggunakan zoom karena menyita waktu, harus fokus dan tidak bisa digunakan sambil momong balita. Apalagi sebagai peserta, harus menyiapkan diri dengan berbusana rapi. Tidak bisa hanya mengunakan daster lusuh (baju kebesaran ibu-ibu).

Dalam beberapa diskusi sering diperdebatkan keengganan guru, wali murid dan siswa mencoba platform pembelajaran lain. Padahal harapannya agar pembelajaran lebih variatif, inovasi dan menyenangkan. Kepala  sekolah berharap guru, wali murid dan siswa mau belajar. Terutama Guru diharapkan  lebih terbuka untuk mencoba aplikasi lain. Guru mau mencoba aplikasi-aplikasi yang lebih kekinian. Bahkan guru seyogyanya mau membimbing wali murid dan siswa mencoba meggunakan  zoom, mentimeter, facebook, telegram, google classroom,  google formulir maupun  Kaizala.

Banyak asumsi yang muncul bahkan langsung ditujukan pada guru. Kenapa guru lebih suka menggunakan WhatsApp Group’? Karena   lebih familiar atau mengkin ketidakmampuan mereka menggunakan platform lain seperti tersebut di atas. Beberapa ahli pendidikan mengatakan  sejujurnya para guru  sudah terlanjur dekat dengan WhatsApp. WhatsApp sudah dianggap mencukupi untuk melakukan pengiriman dan penerimaan pesan, melakukan video call, melantunkan ayat al-Quran dengan voice note.

 Dan yang lebih utama, WhatsApp dimiliki hampir seluruh siswa maupun wali murid. Sehingga mudah untuk melakukan komunikasi dan mengirim tugas melalui WA. Meski  terkadang baik siswa maupun wali murid  yang   masih tergolong ibu muda. Sering  menggunakan nama samaran pada akun  WAnya. Diperingatkanpun masih saja nyaman dengan nama samarannya. Terpaksa guru sebagai admin yang mengubah nama akunnya. Padahal guru merasa mudah jika wali murid atau siswa menggunaan nama asli pada WA. Dan penggunaan nama asli  memiliki manfaat memudahkan guru mengontrol tugas siswa, melatih siswa percaya diri dan  yang lebih penting melatih kejujuran serta kehati-hatian.

Guru mudah mengontrol tugas siswa jika tertera nama asli. Tugas segera mudah dilist. Cepat diketahui siswa yang sudah mengumpulkan/belum. Akan  cepat dikoreksi maupun dinilai. Ketika mereka menggunakan nama asli akan melatih percaya diri. Tugas tertulis, video, dan bacaan ayat yang dilantunkan melalui voice note, dikirim melalui akun namanya aslinya, menunjukkan siswa percaya dirinya tinggi. Tidak perlu malu dengan hasil karya dan hasil belajarnya. Kadang siswa ketika mengirim hasil karya atau video masih ada pesan yang mengikutimya. “ Maaf bu videonya jelek. Masih belajar.’’  “Maaf Bu, Nanda titip tugas video di WA ibuku.” “ Bu, tugasnya saya kirim japri aja, ya. Hpnya agak bermasalah hasilnya, goyang-goyang.’’

Begitu rendah tingkat percaya diri anak-anak sehingga harus menggunakan nama samaran seperti : WOKE, DEVI DEVON, Mrs. PURPLE, S Lwzzazzs, Yaya Kor Yayax, Bolu Aim, Cah Elek, Petrek, dan lain-lain. Dengan nama asli pada akun WA melatih siswa jujur dan lebih hati-hati ketika mengirim tugas kepada gurunya. Video yang mau dikirim dicek terlebih dulu, jika perlu diedit. Tugas tertulis yang mau dikirim, jawabannya sudah benar apa belum. Apa ada jawaban yang cuma kopi paste dari jawaban sahabat akrabnya. Semua itu mudah diketahui jika menggunakan nama asli.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar