Rabu, 22 Juli 2020

PROSESI LAMARAN PERNIKAHAN SEDERHANA

Setelah bakda Maghrib, segera kami bergabung dengan keluarga calon mempelai putri. Kami segera berangkat ke rumah calon mempelai putra. Karena di daerah yang dituju berlaku jam malam. Nuansa sederhana. Tidak ada kesan mewah. Sebelum adzan Isya’ sudah sampai ke rumah calon besan. Kami diterima dengan baik. Para penerima tamu berjajar di depan pintu rumah. Kebanyakan dari para sesepuh di sekitar. Kamipun  dipersilahkan masuk, dan duduk di tikar yang digelar. Sangat sederhana dan nyaman. Hidangan sudah tersedia. Mulai dari buah sampai kue khas daerah. Beberapa menit kemudian hidangan ditambahkan dari hantaran yang dibawa calon mempelai perempuan.

Keluarga calon mempelai putri tidak membawa seserahan ataupun cindera mata. Hanya membawa kue dan bahan makanan. Mulai dari beras, kelapa, gula, kopi dan kue. Setelah berbincang santai, tuan rumah memperkenalkan satu persatu saudaranya. Saudara mereka yang hadir saat itu. Begitu sebaliknya keluarga calon mempelai putri memperkenalkan anggota rombongan. Setelah di beri isyarat oleh paman calon mempelai perempuan. Seorang sesepuh yang sengaja dibawa fihak perempuan langsung mengutarakan maksud kedatangan rombongan. Tidak ada pembawa acaranya. Sesepuh tersebut mengutarakan bahwa ia ditunjuk sebagai juru bicara dari fihak perempuan. Untuk melamar putra keluarga tersebut. Wah ini,  Ande-Ande Lumut. Tapi itulah kearifan lokal. Ia menjelaskan seluruh anggota rombongan adalah kerabat dekat calon mempelai perempuan. Yang berjumlah 15 orang.  

Kemudian fihak calon pengantin laki-laki menanggapi yang disampaikan juru bicara lamaran. Bahwa lamaran diterima. Dan fihak laki-laki sudah menyiapkan tanggal dan waktu untuk melakukan acara SISETAN. Sisetan merupakan prosesi keluarga  calon pengantin laki-laki  bertandang ke rumah pengantian perempuan. Tidak ada acara perkenalan kedua calon mempelai. Karena keduanya masih bekerja di luar kota. Begitupun acara tukar cincin atau pemberian cindera mata. Setelah sedikit diskusi resmi dari kedua orang tua calon pengantin. Maka acara lamaran   diakhiri dengan doa. Doa sangat hikmat yang dipimpin oleh tokoh ulama di daerah tersebut.

Setelah doa selesai maka dilanjutkan dengan ramah tamah. Para pramusaji segera menghantarkan makan malam. Acara makan bersama dilakukan dengan sangat santai. Meskipun tidak disajikan secara prasmanan namun situasi yang penuh kekeluargaan, menjadikan acara semakin membumi dan hangat. Dalam acara lamaran tersebut tidak ada acara foto bersama. Karena tidak ada setting dekorasi. Tidak ada mempelainya. Akhirnya keluarga calon mempelai putri pamit untuk pulang. Rombongan kami meninggalkan tempat prosesi lamaran sebelum jatuh tempo jam malam. Jam malam di wilayah zona merah. Kami menuju rumah masing-masing.

Prosesi lamaran  yang sederhana ini dilakukan untuk memberi pelajaran bagi anak-anak kami. Agar hidup bersahaja. Apalagi dimusim pandemi  covid-19. Sejatinya   calon mempelai putra tergolong keluarga yang berkecukupan. Keluarga yang memiliki rajakaya dan rajabrana yang cukup banyak. Namun yang lebih diutamakan persiapan setelah mereka menikah. Sebuah keluarga yang dibangun dari awal memang tidak harus memiliki harta yang berlimpah. Namun kecukupan secara ekonomi memiliki peran yang tinggi dalam mewujudkan keharmonisan. Memiliki modal yang cukup  dan ilmu agama yang kuat akan mewujudkan keluarga yang samawa.

Jika 4 tahapan pernikahan dilakukan dengan berlebihan. Dampaknya kurang baik. Baik itu lamaran, sisetan, prosesi akad nikah, dan sepasaran seyogyanya dirayakan dengan sedehana namun hikmad , agar tidak banyak menguras tabungan. Namun biasanya selalu ada dalih, sekali seumur hidup. Harus  dipestakan semeriah mungkin.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar