Senin, 06 Juli 2020

PUISI AKROSTIK. UNTUK MENYIMPAN KENANGAN DAN CINTA

      Hari ini kedatangan tamu remaja putri  yang bertanya tentang cara membuat puisi akrostik. Puisi akrostik? Masih mencoba menggugah ingat kembali. Sebenarnya yang paling menyenangkan itu membuat puisi yang tanpa terikat aturan. Sehingga apa yang kita rasakan dapat kita tuangkan dengan mudah. Mengalir dengan sendirinya.

    Sampai saat ini ingatanku   lebih familiar dengan puisi lama dan puisi baru. Dulu pernah membantu seorang dosen dari Perguruan Tinggi UNESA. Beliau  melakukan pendampingan KKG di MIN Kayen dengan mapel bahasa Indonesia. Bersama beliau banyak berdiskusi tentang puisi. Tentu pokok bahasannya puisi lama dan puisi baru. Untuk puisi lama ingatanku terpahat pada jenis syair, pantun, seloka, gurindam, karmina, mantra dan talibun. Puisi ini sangat terikat dengan aturan irama, rima, banyak kata dalam satu baris.

    Puisi baru seingatku, jika ditilik dari isinya misalnya balada,  himne, romansa, ode, epigram, elegi,  dan satire. Sedangkan puisi baru berdasarkan bentuknya semisal: distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septime, oktaf dan soneta.
       
    Namun yang paling menyenangkan itu membuat puisi dalam bahasa jawa, yang biasanya disebut geguritan. Asyiknya membuat geguritan ini, dengan menyusun kata-kata yang indah. Diselipkan kosa kata dari bahasa jawa lama, sebut saja basa Kawi.

    Setelah merenung lama. Akhirnya puisi akrostik ini muncul dalam ingatan. Dulu ketika sekolah tingkat SMTA, sering buat puisi jenis ini. Atas permintaan teman yang sedang jatuh hati pada seseorang. Ia menuliskan nama pujaan hatinya dengan huruf besar secara vertikal. Dari atas ke bawah. Kemudian nama yang ditulis vertikal tersebut dilanjutkan dengan susunan kata-kata kesamping, yang mengungkap persaan kita. Jadi puisi akrostik adalah sebuah puisi yang dibuat dengan  huruf pertama dari tiap baris menyusun sebuah kata atau kalimat secara vertikal.

     Ada sedikit goresan pena sederhana, yang kuberikan sebagai contoh pada si remaja cantik yang sedang kasmaran tersebut. Mungkin bisa jadi inspirasi untuk menuangkan kata hatinya.

Perjuangan 
  
Melangkah sendiri, karena sudah waktunya
Untuk mewujudkanmu, pertama kali melihat dunia
Hening...hanya aku, kau dan bidan
Aku menggemakan selaksa doa
Melangitkan asa, memohon kemudahan
Menggeliatlah si mungil dalam gendongan
Akhirnya kau beranjak dewasa
Demi asamu, berani tinggalkan kota kelahiran

Awal yang indah,  dibanding aku meniti karir, dulu
Zikir kugemakan, doapun mengalir
Inginkan kau dijaga olehNya
Sepanjang waktu, dalam rengkuhan Sang Khalik
Faktanya Jakarta memang kejam dari ibu tiri, keluhmu
Impian semula indah, pernah membuat kau terkapar tak berdaya
Kembali ketitik nol, tersungkur oleh rundungan
Rengkuhan Bundamu ini, membuatmu kembali berdiri  tegak
Ikrarkan diri berjuang pantang menyerah
                                                                     Jakarta, 10 Mei 2019.



Malam Itu


Malam...pukul dua puluh tiga
Ultrasonografi menunjukkan ada masalah
Meski ragu, akhirnya lembaran itu tak sempat kubaca
Tanda tangan kububuhkan dengan tatapan hampa
Aku terbaring pasrah...
Zygot bertumbuh ini, enggan keluar normal

Dalam bawah sadarku
Aku menggenggam kakak
Fikri, lekat dalam anganku
Fase sadar, hanya Ayah di sampingku
Aku berharap kakak ada, sangat berharap

Rasa bangga ketika kalian saling menyayangi
Oase...yang kucari di antara sahara
Benar, ibarat temukan mata air di gurun
Beribu rasa syukur kusanjungkan padaMu...
Allah Azza Wajalla....
Nikmat yang tiada tara
Ingin ku bersimpuh padaMu atas segalanya....
                                                                    Trenggalek, 12 April 2010



SENJA

Jumatan tlah usai
Akhirnya start menuju ke barat
Lintasi jalanan  padat merayap
Aku berangkat dengan suka cita
Nun jauh di sana kuusung asa untuk si sulung
Telah bulat tekad tertambat
Oleh  hasrat mengubah nasib yang surat
Luangkan waktu sempit ‘tuk menghantarkannya

Kala itu deru kami sampai tol Ngawi
Alam telah menjadi kelam
Bianglala tlah sirna
Udara dingin, merayap di pori tubuh
Panorama langit berarak awan
Antaranya sedikit rona mentari jingga
Tlah lenyap diperaduannya, menunggu gema adzan
Engkau menunggu kami menuju rumahMU
Niat menuju rest area 

Nunggu dan antri adalah pembiasaan
Gantian merupakan hal tersulit dilakukan
Akan terlihat dampak kekhusukan sholat
Walau hanya dari sabar dan budaya antri
Itulah kalam Illahi yang tersirat di alam
Ngawi, 26 April 2019 

2 komentar: