Kamis, 09 Juli 2020

Media Diorama Untuk Pembelajaran Tatap Muka



Dalam beberapa hari ini, trending topik terkini masih seputar daring dan luring. Pembelajaran era new normal yang harus dilakukan karena adanya pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Pembelajaran daring yang sejatinya akronim dari dalam jaringan, merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Sedangkan pembelajaran luring (luar jaringan) merupakan bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam kondisi terhubung internet.
Untuk pembelajaran daring biasanya guru menggunakan Video Conference, Whatsapp, youtube dan facebook. Pada saat menggunakan Video conference untuk berkomunikasi dengan siswa, guru biasanya memilih aplikasi zoom, webex, meet google. Namun untuk jenjang MI guru lebih menyukai menggunakan  WA karena sejatinya paling efektif digunakan. Hampir semua siswa memiliki dan menggunakan WA. Untuk youtube, guru MI menggunakannya untuk menggunggah video pembelajaran untuk dilihat siswa. Atau digunakan untuk membantu memudahkan menyampaikan pelajaran yang sulit, dengan cara memberikan alamat link materi tertentu untuk diunduh siswa. Selain tiga hal di atas guru juga menggunakan aplikasi Facebook untuk menayangkan siaran langsung agar dapat ditonton oleh siswa.
Untuk kali ini, saya akan fokus membahas media untuk pembelajaran tatap muka. Media ini bisa digunakan pada saat pembelajaran luring atau tatap muka dan  tidak ada jaringan internet. Media sudah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang  dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu pendidik sebagai subyek pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat. Tetapi sebagian  pendidik  masih  ada  yang  beranggapan  bahwa  media  pembelajaran  selalu  berkaitan  dengan  peralatan  elektronik  atau  peralatan canggih  yang  mahal  harganya.  Anggapan  seperti  itu  merupakan  pandangan yang  terlalu  sempit  terhadap  makna  media  pembelajaran.  Sesungguhnya ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang disampaikan. Bahkan dalam pembelajaran IPA, media pembelajaran lebih banyak disarankan berupa benda asli dari lingkungan ataupun pemanfaatan bahan sederhana.
Pembuatan media ini dilakukan penulis dari pengalaman mengajar pada  proses pembelajaran 1,  pendidik menggunakan media asli bunga sepatu untuk mempelajari bagian-bagian bunga sempurna. Pada pembelajaran  1 tersebut ternyata pemahaman konsep siswa kurang optimal pada bagian proses pembuahan. Penulis  belum mampu mengonkretkan konsep pada halaman 5,  Buku Tema 1 Selamatkan Makhluk Hidup, Subtema 1 Tumbuhan Sahabatku.  Terbukti masih banyak pertanyaan dari peserta didik.
Permasalahan yang paling mendasar adalah kurangnya pemanfaatan media pembelajaran berupa proses penyerbukan dan pembuahan dalam penyajian konsep materi tersebut. Sehingga  siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan serta hasil belajar yang rendah dan cenderung kurang fokus terhadap proses pembelajaran. Padahal pada dasarnya pola berfikir siswa Madrasah Ibtidaiyah dimulai dari yang kongkrit menuju yang abstrak. Sehingga dalam menanamkan konsep diharapkan pendidik mampu memanfaatkan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian dapat membantu siswa berfikir secara konkret dan mampu menerima konsep materi dengan baik.
Tujuan pembuatan  utama pembauatan  media pembelajaran diorama penyerbukan dan pembuahan adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi perkembangbiakan tumbuhan. Terutama pada materi tema 1 subtema 1 pada buku siswa revisi 2018. Pada  halaman 5 yang membahas tentang perkembangbiakan tumbuhan,  masih sangat abstrak, dan berbunyi sebagai berikut:
1. Perkembangbiakan generatif (secara kawin) terjadi melalui proses penyerbukan dan pembuahan.
2.  Perkembangbiakan generatif  pada tumbuhan diawali dengan penyerbukan, yaitu melekatnya atau jatuhnya benangsari ke kepala putik.
3.  Setelah terjadi penyerbukan, pada serbuksari tumbuh bulu serbuk sari  yang menuju ke ruang biji. Kemudian serbuk sari akan masuk ke ruang bakal biji melalui buluh serbuk sari.
4. Di dalam ruang bakal biji terjadi pembuahan, yaitu peleburan serbuk sari (kelamin jantan atau spermatozoid) dengan kepala putik (sel kelamin betina atau ovum)
5.        Hasil pembuahan adalah zygot.
6.  Zigot berkembang menjadi lembaga, lembaga berkembang menjadi bakal biji, bakal biji berkembang menjadi biji dan bakal buah, kemudian bakal buah berkembang menjadi daging buah.
7.        Lembaga yang berada di dalam biji merupakan calon tumbuhan baru.
8. Tumbuhan yang berkembangbiakbsecara generatif antara lain: padi, mangga, durian dan jambu.
Beberapa siswa bertanya tentang maksud dari materi tersebut, karena masih sangat abstrak. Sehingga siswa  kesulitan dalam memahami materi tersebut. Pertanyaan tentang zygot, ovum, spermatozoit, lembaga masing sulit dimengerti. Kemudian letak zygot, ovum, spermatozoit, lembaga pada bunga juga masih menjadi bahan tanya jawab.
Proses pembuatan media diorama yang terbuat dari styrofom untuk menjelaskan proses penyerbukan dan pembuahan, sangat diperlukan. Karena ketika peserta didik dijelaskan menggunakan bantuan gambar belum memahami secara keseluruhan. Siswa hanya memahami proses penyerbukan saja. Oleh karena itu penulis  berupaya untuk membuat media yang mampu menjelaskan proses pembuahan di bagian dalam bunga. Media diorama ini, menggambarkan proses penyerbukan dan pembuahan berupa relief dan bentuk 3 dimensi yang menempel pada styrofom. Bagian yang berbentuk relief adalah:
1.          bunga
2.          hasil pembuahan
3.          calon tumbuhan baru
4.          daging buah (terdapat biji dalam daging buah)
5.          biji
6.          kecambah
Sedangkan bagian dari diorama yang berbentuk 3 dimensi yang berada pada bagian dasar dioramam adalah:
1.          kecambah
2.          tumbuhan baru
 Penulis memilih bahan dari styrofom karena ringan dan mudah dibentuk. Namun adapula kelemahan menggunakan styrofom. Yakni mudah rusak bila kurang cermat memilih cat yang tepat dengan struktur styrofom, maka styrofom akan mengkerut.. Apalagi  membawanya ke sekolah sangat rentan terpaan angin.
Sedangkan untuk membuat media diorama membutuhkan bahan dan peralatan yang bisa diperoleh dari peralatan yang ada di rumah. Kecuali beberapa peralatan  khusus yang tidak penulis miliki seperti styrofom, cat acrylic, pemotong styrofom dan amplas.  Untuk cat acrylic cukup empat warna yakni putih, kuning, biru dan merah. Juga butuh cat pylog untuk menyemprot pohon yang terbuat dari ranting dan kapas rias. Ketepatan dalam pemilihan bahan dan alat sangat mempengaruhi kerapian diorama

Prosedur Pembuatan
Tahap I (Menyiapkan alat dan bahan)
Menyiapkan peralatan dan bahan berupa : cutter, pensil, kuas, spidol, kuas, gunting, lem fox, styrofom, ranting dan cat acrylic, cat pylog, ranting, kapas dan amplas. Untuk  cat pylog hanya untuk memgecat pohon(tumbuhan baru) dan cat  pylog netral untuk menyemprot kertas yang bertuliskan judul dan nama bagian-bagian tanaman agar tidak luntur ketika diolesi lem fox.

Tahap II (Membuat dasar /latar diorama)
Membuat dasar dari diorama yang terbuat dari styrofom dengan bentuk tiga dimentasi, sisi tegak, sisi samping dan sisi bawah.  Bentuk tiga dimensi diperoleh dengan cara merekatkan styrofom menggunakan lem fox. Kemudian rekatannya dibiarkan mengering.
Bentuk tiga dimensi ini digunakan untuk melindungi bagian-bagian dari diorama agar lebih aman dan lebih menarik jika dilihat.

Tahap III (Membuat bagian-bagian diorama )
Pada tahapan ini penulis membuat gambar bagian bunga dengan detail yang tepat. Bagian ini digambar pada styrofom dengan menggunakan pensil dan spidol. Bagian yang digambar pada tahap ini adalah:
1.   bunga
2.   hasil pembuahan
3.   calon tumbuhan baru
4.   daging buah (terdapat biji dalam daging buah)
5.   biji
6.   kecambah
7.   tumbuhan baru
Untuk gambar bunga dibuat layaknya bunga sempurna, namun sudah tidak ada hiasan bunganya seperti tangkai bunga, kelopak dan mahkota. Tujuannya untuk menunjukkan bagian tangkai putik dan tangkai sari. Juga menunjukkan alur langkah putik dan serbuk sari menuju bakal biji. Dan gambar hasil pembuhanan digambarkan putik/ovum dan benang sari/sprematozoid sudah menyatu menjadi zygot. Setelah  digambar rapi, kemudian dipotong menggunakan cuter dan bagian yang rumit menggunakan pemotong styrofom.

            Tahap IV (membuat pohon)
Setelah selesai proses menggambar dan memotong bagian diorama, maka penulis membuat bagian lain yang dicukup rumit proses membuatnya. Bagian itu  adalah pohon. Pohon dibuat tiga dimensi  menggunakan ranting dan kapas.

            Tahap V (pengecatan)
Tahap pengecatan yang pertama adalah mengecat pohon menggunakan cat pylog. Sambil menunggu kering, melakukan pengecatan pada bagian relief diorama yang terdiri dari bunga, hasil pembuahan, kecambah, dll. Karena cat acrylic yang dimiliki penulis hanya 4 cat warna putih, kuning, hijau dan merah. Maka untuk memperoleh warna hijau dan coklat, dilakukan pencampuran warna.
Setelah pengecatan pada bagian penting tersebut di atas selesai, maka dilanjutkan mengecat dasar/latar diorama. Menggunakan cat biru muda dengan mencampur warna biru tua dengan warna putih.

Tahap VI (menempelkan bagian-bagian diorama)
Setelah cat pada dasar diorama kering, maka proses selanjutnya adalah penempelan bagian tubuh tumbuhan. Bagian yang ditempelkan pertama kali adalah bagian bunga sempurna, hasil pembuahan, calon tumbuhan baru, daging buah (terdapat biji dalam daging buah), biji yang berupa relief. Kemudian untuk kecambah dan tumbuhan baru dibuat tiga dimensi agar diorama lebih menarik.

Tahap VII (menempelkan keterangan gambar dan judul diorama)
Kemudian langkah terakhir adalah memberi keterangan pada gambar dan memberi judul diorama. Setelah selesai mengetik bagian-bagian keterangan gambar dan judul diorama. Kemudian mengguntingnya, potongan-potongan keterangan di semprot pilog netral/tanpa warna agar tahan lama dan ketika dilem fox tidak luntur tulisannya.
    





Tidak ada komentar:

Posting Komentar