Dalam beberapa hari ini, trending topik terkini masih
seputar daring dan luring. Pembelajaran era new normal yang harus dilakukan
karena adanya pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19). Pembelajaran daring yang sejatinya akronim dari dalam jaringan, merupakan pembelajaran
yang dilakukan secara online menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring
sosial. Sedangkan pembelajaran luring (luar
jaringan) merupakan bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam
kondisi terhubung internet.
Untuk pembelajaran daring biasanya guru menggunakan
Video Conference, Whatsapp, youtube dan facebook. Pada saat menggunakan Video
conference untuk berkomunikasi dengan siswa, guru biasanya memilih aplikasi
zoom, webex, meet google. Namun untuk jenjang MI guru lebih menyukai
menggunakan WA karena sejatinya paling
efektif digunakan. Hampir semua siswa memiliki dan menggunakan WA. Untuk
youtube, guru MI menggunakannya untuk menggunggah video pembelajaran untuk
dilihat siswa. Atau digunakan untuk membantu memudahkan menyampaikan pelajaran
yang sulit, dengan cara memberikan alamat link materi tertentu untuk diunduh
siswa. Selain tiga hal di atas guru juga menggunakan aplikasi Facebook untuk
menayangkan siaran langsung agar dapat ditonton oleh siswa.
Untuk kali ini, saya akan fokus membahas media untuk pembelajaran tatap muka. Media ini bisa digunakan pada saat pembelajaran luring atau tatap muka dan tidak ada jaringan internet. Media
sudah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang
dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan,
oleh karena itu pendidik sebagai subyek pembelajaran harus dapat memilih media
dan sumber belajar yang tepat. Tetapi sebagian
pendidik masih ada
yang beranggapan bahwa
media pembelajaran selalu
berkaitan dengan peralatan
elektronik atau peralatan canggih yang
mahal harganya. Anggapan
seperti itu merupakan
pandangan yang terlalu sempit
terhadap makna media
pembelajaran. Sesungguhnya ragam
dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang disampaikan. Bahkan dalam
pembelajaran IPA, media pembelajaran lebih banyak disarankan berupa benda asli
dari lingkungan ataupun pemanfaatan bahan sederhana.
Pembuatan
media ini dilakukan penulis dari pengalaman mengajar pada proses pembelajaran 1, pendidik menggunakan media asli bunga sepatu
untuk mempelajari bagian-bagian bunga sempurna. Pada pembelajaran 1 tersebut ternyata pemahaman konsep siswa
kurang optimal pada bagian proses pembuahan. Penulis belum mampu mengonkretkan
konsep pada halaman 5, Buku Tema 1 Selamatkan
Makhluk Hidup, Subtema 1 Tumbuhan Sahabatku. Terbukti masih banyak
pertanyaan dari peserta didik.
Permasalahan
yang paling mendasar adalah kurangnya pemanfaatan media pembelajaran berupa
proses penyerbukan dan pembuahan dalam penyajian konsep materi tersebut. Sehingga
siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep yang diajarkan serta hasil belajar yang rendah dan cenderung kurang
fokus terhadap proses pembelajaran. Padahal pada dasarnya pola berfikir siswa Madrasah
Ibtidaiyah dimulai dari yang kongkrit menuju yang abstrak. Sehingga dalam
menanamkan konsep diharapkan pendidik mampu memanfaatkan media pembelajaran yang relevan dengan
materi yang diajarkan.
Dengan
demikian dapat membantu siswa berfikir secara konkret dan mampu menerima konsep
materi dengan baik.
Tujuan pembuatan
utama pembauatan media pembelajaran diorama penyerbukan dan
pembuahan adalah untuk meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran IPA materi perkembangbiakan
tumbuhan. Terutama pada materi
tema 1 subtema 1 pada buku siswa revisi 2018. Pada halaman 5 yang membahas tentang
perkembangbiakan tumbuhan, masih sangat abstrak, dan berbunyi sebagai berikut:
1. Perkembangbiakan generatif (secara kawin) terjadi melalui proses penyerbukan dan
pembuahan.
2. Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan
diawali dengan penyerbukan, yaitu melekatnya atau jatuhnya benangsari ke kepala
putik.
3. Setelah terjadi penyerbukan, pada
serbuksari tumbuh bulu serbuk sari yang
menuju ke ruang biji. Kemudian serbuk sari akan masuk ke ruang bakal biji
melalui buluh serbuk sari.
4. Di dalam ruang bakal biji terjadi
pembuahan, yaitu peleburan serbuk sari (kelamin jantan atau spermatozoid) dengan kepala putik (sel
kelamin betina atau ovum)
5.
Hasil pembuahan adalah zygot.
6. Zigot berkembang menjadi lembaga,
lembaga berkembang menjadi bakal biji, bakal biji berkembang menjadi biji dan
bakal buah, kemudian bakal buah berkembang menjadi daging buah.
7.
Lembaga yang berada di dalam biji
merupakan calon tumbuhan baru.
8. Tumbuhan yang berkembangbiakbsecara
generatif antara lain: padi, mangga, durian dan jambu.
Beberapa
siswa bertanya tentang maksud dari materi tersebut, karena masih sangat abstrak.
Sehingga siswa kesulitan dalam memahami
materi tersebut. Pertanyaan tentang zygot, ovum, spermatozoit, lembaga masing
sulit dimengerti. Kemudian letak zygot, ovum, spermatozoit, lembaga pada
bunga juga masih menjadi bahan tanya jawab.
Proses pembuatan media diorama yang
terbuat dari styrofom untuk
menjelaskan proses penyerbukan dan pembuahan, sangat diperlukan. Karena ketika peserta didik
dijelaskan menggunakan bantuan gambar belum memahami secara keseluruhan. Siswa
hanya memahami proses penyerbukan saja. Oleh karena itu penulis berupaya untuk membuat media yang mampu
menjelaskan proses pembuahan di bagian dalam bunga. Media diorama ini, menggambarkan
proses penyerbukan dan pembuahan berupa relief dan bentuk 3 dimensi yang menempel
pada styrofom. Bagian yang berbentuk relief adalah:
1.
bunga
2.
hasil pembuahan
3.
calon tumbuhan baru
4.
daging buah (terdapat biji dalam daging
buah)
5.
biji
6.
kecambah
Sedangkan
bagian dari diorama yang berbentuk 3 dimensi yang berada pada bagian dasar
dioramam adalah:
1.
kecambah
2.
tumbuhan baru
Penulis memilih bahan dari styrofom karena
ringan dan mudah dibentuk. Namun adapula kelemahan menggunakan styrofom. Yakni
mudah rusak bila kurang cermat memilih cat yang tepat dengan struktur styrofom, maka styrofom akan mengkerut..
Apalagi membawanya ke sekolah sangat
rentan terpaan angin.
Sedangkan
untuk membuat media diorama membutuhkan bahan dan peralatan yang bisa diperoleh
dari peralatan yang ada di rumah. Kecuali beberapa peralatan khusus
yang tidak penulis miliki seperti styrofom, cat acrylic, pemotong styrofom dan amplas.
Untuk cat acrylic cukup empat warna
yakni putih, kuning, biru dan merah. Juga butuh cat pylog untuk menyemprot
pohon yang terbuat dari ranting dan kapas rias. Ketepatan dalam pemilihan bahan
dan alat sangat mempengaruhi kerapian diorama
Prosedur
Pembuatan
Tahap
I (Menyiapkan alat dan bahan)
Menyiapkan peralatan
dan bahan berupa : cutter, pensil, kuas, spidol, kuas, gunting, lem fox,
styrofom, ranting dan cat acrylic, cat pylog, ranting, kapas dan amplas. Untuk cat pylog hanya untuk memgecat pohon(tumbuhan
baru) dan cat pylog netral untuk
menyemprot kertas yang bertuliskan judul dan nama bagian-bagian tanaman agar
tidak luntur ketika diolesi lem fox.
Tahap
II (Membuat dasar /latar diorama)
Membuat dasar dari
diorama yang terbuat dari styrofom dengan bentuk tiga dimentasi, sisi tegak,
sisi samping dan sisi bawah. Bentuk tiga
dimensi diperoleh dengan cara merekatkan styrofom menggunakan lem fox. Kemudian
rekatannya dibiarkan mengering.
Bentuk tiga dimensi ini
digunakan untuk melindungi bagian-bagian dari diorama agar lebih aman dan lebih
menarik jika dilihat.
Tahap
III (Membuat bagian-bagian diorama )
Pada tahapan ini
penulis membuat gambar bagian bunga dengan detail yang tepat. Bagian ini digambar
pada styrofom dengan menggunakan pensil dan spidol. Bagian yang digambar pada
tahap ini adalah:
1.
bunga
2.
hasil pembuahan
3.
calon tumbuhan baru
4.
daging buah (terdapat biji dalam daging
buah)
5.
biji
6.
kecambah
7.
tumbuhan baru
Untuk
gambar bunga dibuat layaknya bunga sempurna, namun sudah tidak ada hiasan
bunganya seperti tangkai bunga, kelopak dan mahkota. Tujuannya untuk
menunjukkan bagian tangkai putik dan tangkai sari. Juga menunjukkan alur
langkah putik dan serbuk sari menuju bakal biji. Dan gambar hasil pembuhanan
digambarkan putik/ovum dan benang sari/sprematozoid sudah menyatu menjadi
zygot. Setelah digambar rapi, kemudian
dipotong menggunakan cuter dan bagian yang rumit menggunakan pemotong styrofom.
Tahap
IV (membuat pohon)
Setelah selesai proses
menggambar dan memotong bagian diorama, maka penulis membuat bagian lain yang
dicukup rumit proses membuatnya. Bagian itu adalah pohon. Pohon dibuat tiga dimensi menggunakan ranting dan kapas.
Tahap
V (pengecatan)
Tahap pengecatan yang pertama
adalah mengecat pohon menggunakan cat pylog. Sambil menunggu kering, melakukan
pengecatan pada bagian relief diorama yang terdiri dari bunga, hasil pembuahan,
kecambah, dll. Karena cat acrylic yang dimiliki penulis hanya 4 cat warna
putih, kuning, hijau dan merah. Maka untuk memperoleh warna hijau dan coklat,
dilakukan pencampuran warna.
Setelah pengecatan pada
bagian penting tersebut di atas selesai, maka dilanjutkan mengecat dasar/latar
diorama. Menggunakan cat biru muda dengan mencampur warna biru tua dengan warna
putih.
Tahap
VI (menempelkan bagian-bagian diorama)
Setelah
cat pada dasar diorama kering, maka proses selanjutnya adalah penempelan bagian
tubuh tumbuhan. Bagian yang ditempelkan pertama kali adalah bagian bunga
sempurna, hasil pembuahan, calon tumbuhan baru, daging buah (terdapat biji
dalam daging buah), biji yang berupa relief. Kemudian untuk kecambah dan
tumbuhan baru dibuat tiga dimensi agar diorama lebih menarik.
Tahap
VII (menempelkan keterangan gambar dan judul diorama)
Kemudian langkah
terakhir adalah memberi keterangan pada gambar dan memberi judul diorama.
Setelah selesai mengetik bagian-bagian keterangan gambar dan judul diorama.
Kemudian mengguntingnya, potongan-potongan keterangan di semprot pilog
netral/tanpa warna agar tahan lama dan ketika dilem fox tidak luntur tulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar