Pada tanggal 21 September
2020, Belajar Menulis Gelombang 14 mengikuti kuliah malam dengan Bapak Imam
Fitri Rahmadi. Beliau Dosen
Universitas Pamulang, kini
menjadi Mahasiswa
PhD Johannes Kepler Universität Linz Austria. Beliau kuliah S3 di Austria karena menerima beasiswa
Indonesia – Austria Scholarship Programme (IASP). Materi yang disampaikan sangat bagus, terkait teknik
menulis akademik.
Menurut Pak Imam menulis
untuk keperluan akademik banyak dilakukan oleh mahasiswa dan dosen di perguruan
tinggi. Begitu pula para
guru, akan menulis akademik untuk keperluan membuat penelitian tindakan kelas
untuk persyaratan kenaikan tingkat. Mahasiswa sering
mendapat tugas membuat makalah dan harus menyusun skripsi sekaligus menulis
artikel jurnal sebagai syarat kelulusan. Dosen menulis akademik dalam rangka menulis
laporan penelitian, artikel jurnal, modul pembelajaran, buku referensi, dan
keperluan lain.
Demikian keterampilan menulis akademik sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dan
dosen untuk menyelesaikan berbagai tugas dan pekerjaan akademik dengan baik.
Tulisan
ini membahas dasar menulis akademik meliputi pemilihan kata, penulisan kalimat,
dan penyusunan paragraf. Ketiganya merupakan keterampilan mendasar yang harus
dikuasai
untuk bisa menulis akademik dengan baik. Tulisan Beliau lebih lanjut membahas
secara lebih mendalam penyusunan paragraf terdiri dari pembasan tentang
kelogisan dan kepaduan paragraf, kata penghubung, serta bentuk dan jenis
paragraf. Sebetulnya topik tersebut sudah sering dijelaskan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia, pada tulisan ini lebih khusus dibahas dalam dan untuk
konteks penulisan akademik.
Setelah
membahas paragraf pada topik lebih umum, selanjutnya secara khusus diulas
bagaimana menyusun paragraf persuasif yang sangat dibutuhkan dalam menulis
akademik. Kesamaan antara paragraf, esai, dan artikel jurnal juga Beliau jelaskan secara
terperinci. Dalam
penjelasannya Beliau juga membandingkan antara makalah, artikel jurnal dari berbagai sisi.
Sebagian besar penjelasan disertai dengan contoh untuk melengkapi pemahaman
pembaca.
Materi
dalam tulisan ini disarikan dari pengalaman pribadinya selama belajar menulis akademik.
Demikian beberapa strategi dasar menulis akademik dalam tulisan diadaptasi dari
teori bahasa Inggris karena dirasa lebih sederhana dan mudah dipahami daripada
teori yang diambil dari Bahasa Indonesia.
Materi
dasar menulis akademik ini sengaja Beliau tulis lumayan panjang untuk menghantarkan pemahaman
komprehensif kepada guru di
group Belajar Menulis. Sebelum membahas dasar menulis
akademik Beliau terlebih
dahulu menyampaikan pengertian penulisan akademik. Pengertian paling sederhana
penulisan akademik atau academic writing adalah penulisan
non-fiksi yang ditulis sebagai bagian dari tugas atau pekerjaan akademik
seperti menulis makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal.
Sebagaimana
sudah umum diketahui bahwa sifat tulisan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fiksi dan non-fiksi. Karya fiksi lebih
mengedepankan imajinasi kreatif dengan kebenaran yang tidak harus selalu
sejalan dengan dunia nyata. Sebaliknya, karya non-fiksi ditulis berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi di dunia
nyata. Produk penulisan akademik masuk dalam klasifikasi karya non-fiksi di mana setiap informasi yang
disajikan harus akurat sesuai dengan fakta yang terjadi.
Penulisan
akademik bertujuan untuk menyampaikan pengetahuan dan pemahaman tentang suatu
topik secara persuasif, formal, dan objektif. Maka, produk penulisan akademik
selalu berfokus pada satu topik spesifik yang harus sudah ditentukan sebelum
proses menulis dilakukan. Topik berguna untuk membatasi ruang dan lingkup
pembahasan supaya fokus dan mendalam serta tidak melebar ke pembahasan lain.
Gaya
penulisan yang persuasif, formal, dan objektif sekaligus merupakan karakter
dari penulisan akademik. Menulis akademik bermaksud untuk membangun dan menyampaikan
argumen sesuai dengan fakta sehingga harus ditulis dengan gaya persuasif supaya
pembaca percaya dengan pendapat atau informasi yang disampaikan. Penulisan
karya akademik ditulis dengan gaya formal mengikuti kaidah-kaidah baku yang
berlaku. Menulis akademik tidak boleh emotif atau terlalu emosional, melainkan
harus objektif sesuai dengan data dan fakta yang ada.
Dasar
menulis akademik yang paling mendasar adalah terkait dengan pemilihan
kata. Pemilihan kata sangat menentukan rasa tulisan. Perihal
pilihan kata yang tepat dan selaras untuk menulis kalimat sesuai dengan tujuan
dan konteks penulisan disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal,
dan akademik, diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan
untuk mengungkapkan atau menggambarkan hal yang sama. Sebagai contoh, coba cermati tiga
kalimat di bawah ini:
Para guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah
Para guru sedang berbincang-bincang dengan
kepala sekolah
Para guru sedang berdiskusi dengan
kepala sekolah
Berbeda
satu kata saja dapat merubah rasa dari kalimat. Antara ngobrol-ngobrol, dan berbincang-bincang, maupun berdiskusi, ketiganya sama-sama menggambarkan
proses bertukar informasi antara para guru dengan kepala sekolah. Namun, kata
ngobrol-ngobrol terasa lebih personal, kata berbincang-bincang terasa lebih
formal, sedangkan kata berdiskusi terasa lebih akademik.
Jika
dalam bahasa Inggris sangat mudah untuk menemukan klasifikasi kelas kata karena
bahasa Inggris sendiri sudah jelas terbagai menjadi dua, yaitu general
English dan academic English. Selain itu, terdapat
banyak kamus yang khusus berisi kumpulan kosakata akademik atau academic
vocabulary. Ada juga kumpulan kosakata akademik dalam bahasa Inggris
atau biasa disebut academic word list yang dengan mudah
ditemukan di internet.
Pada bahasa Indonesia, sepertinya belum ada kamus atau daftar kosakata
akademik, jadi para guru
yang harus cermat mempertimbangkan diksi yang akan digunakan saat menulis
akademik. Contoh
sederhana lainnya, seperti kata ganti orang pertama: gue, aku, dan saya, yang
memiliki rasa tersendiri jika dipakai dalam sebuah kalimat. Gue dan aku terasa
sangat personal, sedangkan saya terasa lebih formal.
Pada
penulisan akademik, kata ganti personal baik orang pertama, kedua, atau ketiga
sebaiknya dihindari dengan merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan
menghilangkan kata gantinya. Misalkan, “saya melakukan penelitian ini untuk
mendeskripsikan . . .”, maka sebaiknya ditulis seperti ini: “penelitian ini
dilakukan untuk mendeskripsikan . . .” Penggunaan kalimat pasif merupakan
kaidah khas dalam penulisan akademik.
Penyusunan paragraf yang
baik dan benar merupakan dasar menulis akademik berikutnya. Kita pasti sudah sering mendengar atau
membaca tentang definisi paragraf. Betul, paragraf adalah kumpulan kalimat yang
mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide
pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat
penjelas (supporting sentences) sebagai detail yang
menjelaskan ide pokok. Dalam kata lain, sering disebut juga bahwa paragraf
memiliki satu induk kalimat dan beberapa anak kalimat. Kesimpulan bisa
ditambahkan pada setiap akhir paragraf jika dibutuhkan. Paragraf dapat
dikatakan baik dan benar jika sudah terdiri dari beberapa komponen tersebut.
Namun,
dalam penulisan akademik, paragraf lebih dilihat sebagai sebuat esai mini yang
bermula dan berakhir pada satu topik tertentu. Paragraf memiliki format serupa
layaknya sebuah esai meliputi pembuka, inti, dan penutup. Mengetahui kesamaan
antara paragraf dengan esai memberikan gambaran besar terhadap bentuk produk
penulisan akademik.
Cara
menyusun paragraf yang baik supaya tulisan asyik, menarik, dan terasa lebih
akademik dengan mulai menerapkan variasi bentuk kalimat. Caranya cukup
sederhana, yaitu tulis kalimat topik dalam bentuk kalimat sederhana, baru
kemudian lakukan variasi bentuk kalimat pada beberapa kalimat penjelasnya.
Jadi, kalimat topik yang berlaku sebagai gagasan utama harus ditulis dalam
bentuk sesederhana mungkin. Hindari menggunakan kalimat gabungan dan kompleks
untuk menuliskan gagasan utama. Sebaliknya, lakukan aneka variasi kalimat pada
beberapa kalimat penjelas dan diperhalus transisinya dengan konjungsi atau kata
penghubung.
Kalimat
topik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan.
Beberapa
kalimat penjelas:
Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas.
Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri.
Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit.
Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel.
Lebih banyak waktu untuk keluarga.
Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.
Menghemat biaya operasional kantor.
Apabila
dijadikan paragraf yang semuanya merupakan kalimat sederhana, maka jadinya akan
seperti ini:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Bekerja
dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas. Karyawan harus membuat
jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah
sempit. Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel. Lebih banyak
waktu untuk keluarga. Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi. Menghemat
biaya operasional kantor.
Namun,
jika kita
melakukan variasi bentuk kalimat dan menambahkan beberapa konjungsi, maka akan
lebih enak dibaca, dicermati
bahkan
terasa lebih akademik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu
sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak
begitu jelas sehingga karyawan harus
membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki
rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja
dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih
banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja
dari rumah bukan hanya dapat
menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat
biaya operasional kantor.
Sangat terasa sekali
perbedaannya. Bandingkan antara membaca paragraf yang isinya semua hanya
kalimat sederhana dengan paragraf yang berisi variasi kalimat gabungan dan
kompleks. Konjungsi yang berfungsi sebagai transisi antar kalimat membuat
setiap kalimat dalam paragraf mengalir dengan baik sehingga paragraf lebih enak
dibaca sekaligus terasa lebih akademik.
Berikutnya membahas
tentang penyusunan paragraf, seringkali
kita
kebingungan dalam membuat kalimat topik sebagai gagasan utama. Padahal caranya sangat gampang untuk
membuatnya, caranya kita
pastikan meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada
setiap kalimat topik. Contohnya seperti kalimat topik di atas: “Bekerja dari
rumah memiliki kekurangan dan kelebihan”, di sini kekurangan dan kelebihan bekerja
dari rumah menjadi ide pengontrolnya. Ada lagi misalnya: “Pencegahan virus
Corona dapat dilakukan dengan berbagai cara,” maka di sini berbagai cara
pencegahan virus dijadikan pengontrol paragraf sehingga kalimat penjelasnya
harus terdiri dari beberapa kalimat yang memberikan informasi apa saja berbagai
cara pencegahannya.
Membahas
penyusunan paragraf yang baik bersinggungan dengan konsep coherence
and cohesion atau kelogisan dan kepaduan sebuah
paragraf yang perlu sekalian dibahas. Selain itu, masih sering didapati
kebingungan dalam memahami konsep kelogisan dan kepaduan paragraf. Pertama, kelogisan dalam paragraf
yang dimaksud adalah logis idenya. Konsep ini berurusan dengan koneksi ide yang
ingin ditulis pada level ide suatu paragraf. Memperhatikan kelogisan ide banyak
memainkan aspek retoris dalam penulisan akademik. Aspek retoris yang digunakan
untuk menata ide pada paragraf biasanya terkait dengan organisasi dan kejelasan
ide, pengembangan dan dukungan argumen, serta sintesa dan integrasi rujukan. Kedua,
kepaduan dalam paragraf, mengarah pada bentuk kalimat dan
paragraf yang padu. Konsep ini berkaitan dengan koneksi ide yang ingin ditulis
pada level kalimat dan paragraf dengan berfokus terhadap aspek penggunaan tata
bahasa. Penggunaan tata bahasa yang dimaksud meliputi gramatika, pengulangan
kata atau ide dengan sinonim, dan penggunaan kata penghubung.
Supaya
lebih konkrit, terdapat beberapa contoh paragraf yang dibahas dari sisi kelogisan
dan kepaduannya. Berikut ini merupakan paragraf yang logis tetapi kurang padu:
Perguruan tinggi harus menerapkan
pembelajaran jarak jauh. Itu dilakukan karena pandemi virus Corona di
Indonesia. Virus Corona yang berbahaya menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Jadi memaksa dosen dan mahasiswa harus bertatap maya lebih dari satu semester.
Pembelajaran jarak jauh membutuhkan biaya untuk membeli kuota Internet. Banyak
yang beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh mahal.
Paragraf
yang logis di atas kurang padu karena koneksi kalimat dalam paragraf tidak
baik. Meski gramatika dan pengulangan kata sudah cukup baik, kata penghubung
belum digunakan untuk mengaitkan antara satu ide dengan ide lainnya.
Sedangkan paragraf berikut ini sebaliknya,
kurang logis tetapi cukup padu:
Perguruan tinggi harus menerapkan
pembelajaran jarak jauh selama pandemi virus Corona di Indonesia. Virus tidak
berbahaya yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia itu memaksa dosen dan
mahasiswa harus bertatap maya lebih dari satu semester. Pembelajaran yang
dilakukan secara berjauhan dalam jaringan membutuhkan biaya tersendiri untuk
membeli kuota Internet sehingga banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran
jarak jauh lebih murah.
Jelas
paragraf kurang logis karena menyebut virus Corona tidak berbahaya dan menilai
pembelajaran jarak jauh yang membutuhkan biaya untuk membeli kuota Internet
lebih murah. Namun, apabila dilihat dari unsur kepaduan, paragraf sudah cukup
padu karena sudah menggunakan kata penghubung untuk mengaitkan ide antar kalimat
dalam paragraf.
Jika kita benahi agar
paragraf di atas menjadi logis
dan padu:
Perguruan tinggi harus menerapkan
pembelajaran jarak jauh selama pandemi virus Corona di Indonesia. Virus
berbahaya yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia itu memaksa dosen dan
mahasiswa harus bertatap maya lebih dari satu semester. Pembelajaran yang
dilakukan secara berjauhan dalam jaringan membutuhkan biaya tersendiri untuk
membeli kuota Internet sehingga banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran
jarak jauh mahal.
Paragraf
cukup logis dan padu karena ide terkoneksi dengan baik pada level ide maupun
kalimat dalam keseluruhan paragraf. Organisasi dan kejelasan ide nampak logis
didukung dengan argumen relevan dan sintesa yang benar. Gramatika, pengulangan
kata dan ide dengan sinonim, serta kata penghubung sudah digunakan dengan baik
untuk mengaitkan semua ide menjadi satu kesatuan yang padu.
Kata penghubung atau dalam bahasa Inggris
disebut linking words adalah kata
atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan
kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat.
Kata penghubung dalam praktek penyusunan paragraf berfungsi untuk menghubungkan
ide dan kalimat dalam atau antar paragraf. Penempatan kata penghubung yang
tepat dalam atau antar paragraf membuat tulisan terasa logis dan padu.
Jika
dalam bahasa Inggris, contoh kata penghubung banyak bertebaran dan mudah
ditemukan di Internet. Agak berbeda dalam bahasa Indonesia materi tentang kata
penghubung atau konjungsi lebih susah ditemukan. Merujuk pada teori bahasa
Inggris, kata penghubung dikategorikan berdasarkan fungsi spesifik dalam
mengubungkan kalimat dan/atau paragraf. Fungsi spesifik yang dimaksud meliputi
penambahan, kontras, urutan, hasil, penekanan, perbandingan, ilustrasi,
kesimpulan, dan lainnya.
Ketika menulis
akademik sering muncul pertanyaan bagaimana cara memilih dan menggunakan kata
penghubung yang tepat? Jawabannya cukup sederhana, yaitu tergantung tujuan dan
kebutuhan kita
ketika merangkai kalimat dan paragraf. Jika bermaksud menambahkan informasi,
maka yang dibutuhkan kata penghubung penambahan seperti “selain itu”, “lebih
lanjut”, atau “bukan hanya, tetapi juga”. Apabila ingin mengurutkan, berarti
dibutuhkan kata penghubung urutan seperti “pertama, kedua, ketiga”,
“sebelumnya”, “setelahnya”, dan lain sebagainya.
Tentu
kita
tidak perlu menghafal semua kata penghubung, cukup hafalkan saja beberapa yang
sering dipakai. Teruntuk melakukan variasi, selebihnya bisa sesekali melihat
daftar kata penghubung, kemudian memilih salah satu atau dua di antaranya
sesuai tujuan dan kebutuhan.
Sejenak kita mengkaji
ulang materi pelajaran bahasa Indonesia. Bentuk
paragraf dibagi menjadi tiga, yaitu paragraf deduktif, induktif,
dan campuran. Paragraf
deduktif meletakkan gagasan utama pada kalimat pertama dalam paragraf dengan
penjelasan dari umum ke khusus. Paragraf induktif adalah sebaliknya, gagasan
utama pada kalimat terakhir dalam paragraf degan penjelasan dari khusus ke
umum. Sedangkan paragraf campuran merupakan gabungan antara paragraf deduktif
dan induktif yang lebih sering berpola deduktif terlebih dulu kemudian
disambung dengan pola induktif.
Ketika
akan
menulis akademik, sebaiknya gunakan bentuk paragraf yang pertama (paragraf deduktif) supaya tulisan mudah dipahami.
Gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama dalam sebuah paragraf
memudahkan pembaca untuk langsung mendapatkan ide pokok paragraf di awal.
Berbeda ketika gagasan utama diletakkan pada kalimat terakhir dalam sebuah
paragraf, pembaca harus menyelesaikan membaca sampai ujung paragraf dulu baru
mendapatkan ide pokoknya.
Paragraf
induktif dan campuran biasanya muncul dalam teks bacaan untuk keperluan tes
pemahaman membaca. Teruntuk tujuan tersebut memang tulisan dibuat dalam bentuk
paragraf yang lebih kompleks. Berbeda jika dalam konteks menulis terutama untuk
keperluan akademik, paragraf tidak harus dalam bentuk kompleks, justru yang
sederhana serta mudah dibaca dan dipahami itu lebih baik. Meskipun berbagai jenis
paragraf juga sudah sering dibahas dalam materi pelajaran Bahasa
Indonesia, namun perlu
kembali kita ulas
dalam konteks penulisan akademik.
Bahasan berikutnya tentang
fungsi dan posisi untuk menulis akademik. Kita semua pasti sudah mengetahui bahwa
terdapat 4 jenis paragraf meliputi paragraf deskriptif, naratif, ekspositori,
dan persuasif dengan fungsi masing-masing. Paragraf deskriptif berfungsi untuk
mendeskripsikan sesuatu atau seseorang seperti mengilustrasikan bentuk suatu
barang atau perawakan seseorang. Paragraf naratif digunakan untuk menarasikan
cerita atau runtutan peristiwa yang biasanya ditandai dengan adanya alur cerita
dari awal, tengah, hingga akhir. Paragraf ekspositori berguna untuk menunjukkan
alur proses atau prosedur melakukan sesuatu. Sementara paragraf persuasif
berperan meyakinkan pembaca untuk menerima atau memahami argumen berdasarkan
fakta dan data yang disampaikan menggunakan berbagai perangkat retoris.
Semua
jenis paragraf diperlukan untuk menulis akademik sesuai dengan fungsinya.
Menulis akademik, terutama untuk penulisan artikel jurnal, harus banyak
menggunakan paragraf persuasif. Artikel jurnal ditulis untuk menyampaikan ide
atau argumen baru dari fakta dan data sehingga penulisannya harus argumentatif,
terlebih untuk menulis bagian pengantar dan diskusi. Jenis paragraf lain tetap
diperlukan, seperti paragraf deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan
data, sedangkan paragraf naratif dan ekspositori berguna untuk menuliskan
bagian metodologi. Pada penulisan karya akademik lain seperti makalah dan
skripsi juga berlaku demikian mengingat sistematika yang serupa. Satu hal yang
perlu digarisbawahi sebagai penulis akademik untuk selalu sadar akan jenis
paragraf yang hendak ditulis sesuai isi informasi yang ingin disampaikan.
Materi berikutnya akan
mengulas lebih mendetail cara menyusun paragraf
persuasif disertai dengan contoh. Paragraf persuasif dalam
literatur bahasa Inggris lebih sering disebut sebagai argumentative
paragraph atau paragraf argumentatif. Menyusun
paragraf persuasif sedikit berbeda dengan menyusun paragraf lain pada umumnya
meski secara konsep hampir sama. Terdapat komponen khusus dalam paragraf jenis
tersebut yang harus dipenuhi.
Kalimat
topik dalam paragraf persuasif berisi klaim dan alasan rasional untuk
menunjukkan posisi. Kalimat penjelas berupa data sebagai bukti terdiri dari
informasi detail, contoh, fakta, atau statistik yang dipilih dengan selektif
dan spesifik. Pada paragraf argumentatif, sesekali harus menyuguhkan argumen
berlawanan atau counterclaim untuk menunjukkan bahwa penulis
sadar adanya posisi alternatif. Terakhir sebagai kesimpulan, terdapat warrant sebagai
penjelasan dan analisis untuk menarik kesimpulan spesifik dari klaim.
Sebagaimana kesimpulan, warrant bersifat opsional dan
terlalu banyak menggunakannya juga kurang baik.
Jadi
perumusan paragraf persuasif merupakan salah satu kunci menulis akademik. Kita pasti sering menemukan paragraf
dalam skripsi atau artikel jurnal mengutip teori, fakta, dan data hanya seperti
menempel puzzle. Penyebabnya jelas karena pengutipan dilakukan tanpa dibalut
dengan argumen sebagai klaim di awal dan penjelasan serta analisis di akhir
paragraf.
Pada paparan berikutnya Pak
Imam
menjelaskan kesamaan antara paragraf dengan esai.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, paragraf dalam sudut pandang
penulisan akademik lebih didefinisikan sebagai sebuah esai mini yang bermula
dan berakhir pada satu topik tertentu. Analogi paragraf dengan esai
mengindikasikan adanya kesamaan di antara keduanya. Melihat dari segi format paragraf
dan esai memang serupa terdiri dari pembuka, inti, dan penutup. Pola yang di awali dengan pembukaan, diisi
dengan inti, dan diakhiri dengan penutup berlaku baik pada paragraf maupun
esai. Paragraf dibuka dengan kalimat topik, diisi dengan kalimat penjelas,
kemudian diakhiri dengan kalimat penutup. Pola demikin juga terlihat pada esai
yang dibuka dengan paragraf topik, diisi dengan paragraf penjelas, terus
diakhiri dengan paragraf penutup.
Lebih
lanjut bahwa keduanya bermula dan berakhir pada satu topik spesifik yang sudah
ditentukan sebelumnya. Topik pada paragraf diungkapkan melalui kalimat topik (topic
sentence) yang dilengkapi dengan ide pengontrol (controlling
idea), sedangkan topik dalam esai berada pada paragraf topik yang di dalamnya berisi pernyataan
tesis (thesis statement) dan tujuan penulisan esai. Dalam
istilah lain seperti terlihat pada gambar, setiap paragraf atau esai yang baik
pasti memiliki bagian introduction atau disebut pengantar, body (tubuh
atau inti), dan conclusion (kesimpulan).
Ternyata
pola pembuka, inti, dan penutup berlaku juga pada artikel jurnal. Sistematika
pada makalah, skripsi, tesis, disertasi sepertinya juga menggunakan pola
tersebut. Sejatinya,
pola menulis itu serupa baik dari yang paling sederhana
dalam menulis paragraf hingga yang lebih kompleks seperti menulis skripsi dan
artikel jurnal. Contohnya
komponen artikel jurnal yang
pada umumnya terdiri dari bagian-bagian :
1.
introduction (pendahuluan)
2.
method (metode)
3.
results (hasil)
4.
discussion (pembahasan)
5.
conclusion (kesimpulan)
6.
references (referensi) disingkat IMRaD+CR. Menyerupai format paragraf dan esai, pendahuluan dan
metode merupakan pembuka, hasil dan pembahasan sebagai inti, serta kesimpulan
dan referensi adalah penutupnya.
Pola
pembuka-inti-penutup ini perlu terus diperhatikan setiap kali ingin menulis
akadamik. Apabila digambarkan pola tersebut berbentuk dua corong yang disatukan
secara terbalik. Bersifat deduktif pada corong pertama, kemudian menjadi
induktif pada corong kedua. Jadi, bermula dari hal yang umum ke khusus dari
pendahuluan ke metode, kemudian berbalik dari hal yang khusus ke umum dari
hasil ke pembahasan hingga kesimpulan.
Setelah
mencermati persamaan pada dua pembahasan sebelumnya, saatnya melihat sesuatu
yang beda, khususnya perbedaan antara makalah dengan artikel
jurnal. Kita
masih
sering menganggap keduanya sama, sebagaimana banyak ditemukan mereka menulis
artikel jurnal seperti menulis makalah biasa. Padahal dipandang dari berbagai
sisi antara makalah dengan artikel jurnal sangat berbeda.
Berdasarkan
tujuan, makalah ditulis sebatas sebagai upaya menginformasikan sesuatu,
sedangkan artikel jurnal bertujuan untuk meyakinkan pembaca. Penulisan makalah
berbasis topik, sementara artikel jurnal ditulis berbasis pertanyaan yang
biasanya diambil dari pertanyaan penelitian. Makalah hanya menyajikan diskusi
umum terkait suatu topik tertentu, artikel jurnal sebagaimana tujuannya
memiliki argumen spesifik yang diangkat ke permukaan.
Proses
penulisan makalah hanya merangkum informasi yang didapat dari berbagai
referensi, sedangkan artikel jurnal menggunakan data dan ide sebagai bukti
untuk mendukung argument spesifik yang ingin disampaikan. Pada tahap analisis,
makalah cenderung menyajikan analisis dan interpretasi terhadap penelitian
lain, sementara artikel jurnal menganalisis dan menginterpretasi temuan
sendiri. Sebagai hasilnya, makalah tidak menghasilkan pengetahuan baru, artikel
jurnal menyuguhkan perspektif dan kesimpulan unik yang dimungkinkan dapat
menjadi suatu pengetahuan baru.
Menulis akademik menjadi
asyik dan menarik apabila sudah mengetahui dasar-dasarnya. Tidak seperti yang
dibayangkan bahwa menulis akademik itu susah karena banyak kaidah yang harus
diikuti. Memang betul menulis akademik harus persuasif, formal, dan objektif,
namun bukan berarti penulisan karya akademik harus selalu menggunakan kalimat
dan paragraf yang kompleks.
Supaya
tulisan terasa lebih
akademik, pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf harus
diperhatikan dengan baik. Diksi yang dipilih sebaiknya merupakan kosakata
akademik. Kalimat ditulis secara bervariasi, bukan hanya berbentuk kalimat
sederhana, tetapi juga berupa kalimat gabungan dan kompleks. Sangat disarankan
paragraf berbentuk deduktif dan banyak menggunakan paragraf persuasif.
Terdapat
pola yang serupa dalam struktur paragraf, esai, dan artikel jurnal terdiri dari
pembuka, inti, dan penutup. Salah satu pembeda antara makalah dengan artikel
jurnal adalah makalah ditulis berbasis topik sedangkan artikel jurnal berbasis
pertanyaan. Tingkatan menulis dapat digolongkan dari yang terendah ke tingkat
tertinggi meliputi penulisan personal, penulisan formal, dan penulisan
akademik.
Langkah utama
adalah membiasakan
diri untuk memilah dan memilih diksi, menulis aneka variasi kalimat, dan
menyusun paragraf yang tidak monoton, menarik untuk dibaca, dan lebih terasa
akademik. Semakin banyak berlatih, semakin terampil menulis akademik.
Senang
untuk berbagi dan semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat. Apabila
terdapat pertanyaan, saran, atau hal lain silakan dapat ditulis pada kolom
komentar. Jika tulisan dirasa cukup bermanfaat, jangan lupa untuk membagikan ke
teman-teman anda supaya manfaat tersebar lebih luas. Slide sebagai gambar
pendukung tulisan dapat diunduh di sini. Saya sangat salut dan
berterima kasih atas waktu yang diluangkan untuk membaca tulisan sampai tuntas.
Dasar
menulis akademik selanjutnya berkaitan dengan penulisan
kalimat. Menulis kalimat yang baik sesuai dengan Subjek, Prediket,
Objek, dan Keterangan (SPOK) sudah dipelajari sejak di bangku Sekolah Dasar
(SD). Sebuah
kalimat sederhana atau tunggal yang setidaknya terdiri dari subjek dan
predikat, seperti “siswa diwajibkan membaca” atau yang lebih lengkap “siswa
diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia.” Namun, yang selama ini jarang
dipraktekkan dalam menulis akademik, bahwa juga terdapat aneka bentuk kalimat
majemuk yang perlu diterapkan dalam tulisan anda supaya tidak monoton, menarik
untuk dibaca, dan terasa lebih akademik.
Terdapat
4 macam kalimat majemuk: setara, rapatan, bertingkat, dan campuran. Sejatinya penerapan keempat rumusan kalimat majemuk
tersebut jarang dilakukan
karena
cukup rumit. Selain kalimat sederhana (simple sentence), dalam
bahasa Inggris terdapat dua bentuk kalimat lain, yaitu kalimat gabungan (compound
sentence) dan kalimat kompleks (complex sentence).
Kalimat gabungan dibuat dengan menambahkan salah satu kata dari singkatan
FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun),
but (tetapi), or (atau), yet (namun),
so (sehingga). Sedangkan kalimat kompleks dirangkai
dengan menambahkan kata seperti when (ketika),
after (setelah), because (karena), since (sejak),
although (meskipun), while (sementara), dan
lainnya.
Supaya lebih jelas, contohnya
seperti ini: Kalimat
sederhana:
Siswa diwajibkan
membaca buku paket Bahasa Indonesia.
Kalimat sederhana ini bisa
dikembangkan menjadi kalimat gabungan:
Siswa diwajibkan
membaca buku paket Bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan tentang
cara menulis kalimat.
Kalimat sederhana tersebut juga
bisa dijadikan kalimat kompleks:
Siswa diwajibkan
membaca buku paket Bahasa Indonesia ketika sedang belajar dari rumah.
Kalimat
gabungan juga dapat
disatukan dengan kalimat kompleks yang kemudian disebut sebagai kalimat
campuran:
Siswa diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia untuk menambah
pengetahuan tentang cara menulis kalimat ketika sedang
belajar dari rumah.
Jadi,
kita
harus menerapkan variasi kalimat dalam setiap paragraf supaya tulisan asyik,
menarik, dan terasa lebih akademik.
Mantap betul Bu Muslikah tulisannya. Jadi banyak ilmu yg saya dapatkan, juga sebagai bekal untuk nanti menyelesaikan tugas akhir kuliah.
BalasHapusTerimakasih Mas Alfin. Semoga S3 segera selesai dan kami doakan dapat beasiswa ke luar negeri
HapusMantul Bu. Syukron atas ilmunya
BalasHapusTerimakasih Pak atas komentar dan kunjungannya.
BalasHapusTerima kasih Bunda ilmu yang luar biasa.
BalasHapusSami-sami mbak Anis. Sebetulnya saya menunggu tulisan indah panjenengan
BalasHapus