Kamis, 17 September 2020

KETIKA BANG ROMA MASIH SANGGUP CLBK, MENGHASILKAN KARYA YANG LUAR BIASA

 


Malam itu sangat senang mendapatkan pencerahan dari Pak Yulius Patandean, Beliau akan berbagi pengalamannya menulis buku ajar, buku solo dan buku antologi. Beliau sering menulis apa yang dialami dan bahkan rencana proses penilaian yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Nama lengkapnya Yulius Roma Patandean, S.Pd.  Beliau lahir di Tana Toraja, pada tanggal 6 Juli 1984. Pendidikan yang Beliau tempuh sebagai berikut: masuk 1991 SDN No.144 Inpres Salubarani tahun 1991 lulus tahun 1996. Masuk SLTP Negeri 2 Mengkendek tahun 1996, lulus 1999. Kemudian belajar di SMU PGRI Ge’tengan tahun 2000 dan lulus tahun 2003. Kuliah S1 di UKI Toraja pada tahun 2003 berhasil lulus tahun 2007. Sekarang ini Beliau masih menempuh pendidikan S2 di IAKN Toraja.

Prestasi yang pernah Beliau raih antara lain: Guru Berprestasi Tingkat SMA Kabupaten Tanah Toraja pada tahun 2016 dan juara III Lomba Karya Tulis Porseni PGRI di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2017. Penghargaan yang pernah Beliau raih adalah: (1)Juri Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat SMA di Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2014, (2) Juri Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat SMA di Kabupaten Toraja Utara Tahun 2015, (3)Juri Lomba Story Telling Tingkat SMP Kabupaten Tanah Toraja Tahun 2015.

Pengalaman Beliau mengajar sebagai berikut: pada tahun 2007 sampai dengan 2015 mengajar di SMAN 2 Mengkendek/SMAN 9 Tana Toraja, pada tahun 2007 hingga tahun 2009 mengajar di SMK Teknologi Madania. Ketika itu tahun 2009 sampai 2015 mengajar di SMAN 1 Mengkendek/SMAN 3 Tana Toraja. Karena etos kerja yang bagus Beliau mendapat amanah untuk mengajar sebagai dosen tidak tetap di Fakultas Ekonomi UKI Toraja pada tahun 2015 hingga tahun 2017. Pada tahun 2016 beliau bertugas sebagai Tutor Universitas Terbuka sampai tahun 2019. Mulai tahun 2014 beliau bekerja sebagai Fasilitator Belajar Yayasan Trampil Indonesia hingga tahun 2019. Kegiatannnya yang padat dalam bidang mengajar Beliau lakukan dengan penuh ketekun Sedangkan sekarang ini beliau sebagai pengajar di SMAN 3 Makale/SMAN 5 Tana Toraja.

Pengalaman Beliau dalam berorganisasi sebagai Wakil Sekretaris PGRI Kabupaten Tana Toraja masa kerja 2019-2024. Selain itu juga sebagai Sekretaris Pengurus Perwakilan YPLP PGRI Kabupaten Tana Toraja masa pengabdian tahun 2019-2024. Karya tulis Beliau yang sudah dipublikasikan adalah(1)Buku Guru Menulis Guru Berkarya, Penerbit Eduvation (2020), (2) Buku Digital Transformation: Generasi Muda Indonesia Menghadapi Transformasi Dunia, Kolaborasi dengan Prof. Richardus Eko Indrajit, Penerbit ANDI (2020),(3)Buku Antologi Puisi Rona Korona Duka dan Ria, Penerbit Oase Pustaka (2020).

 Meskipun memiliki segudang pengalaman dan prestasi, Beliau tetap rendah hati dan bertutur apa adanya. Dengan rendah hati Pak Roma mengatakan bahwa Beliau masih belajar dalam ngeblog dan belajar menulis buku. Menurutnya menulis buku memiliki manfaat tersalurkannya ilmu, pengetahuan dan pengalaman ke dalam sebuah tulisan secara formal. Di samping itu, menulis merupakan sebuah kegiatan yang membutuhkan pembiasaan. Membiasakan diri menulis setiap hari perlu dilakukan. Dalam hal ini, menulis apa saja, semua topik bisa dituliskan. Terbitnya buku karya tulisan pertama dari Penerbit ANDI, hasil kolaborasi dengan Prof Richardus Eko Indrajit, telah memberi kebiasaan baru bagi Pak Roma, kebiasaan rutin menulis.

Kemudian Beliau membahas istilah CLBK, istilah yang telah populer di era milenial ini. Terutama di kalangan kawula muda yang sedang kasmaran dengan mantan. Dalam afmofsir asmara, Cinta Lama Bersemi Kembali itu sudah lazim kita dengar. Selama kedua sejoli menikmati proses dan tujuannya. Dan keduanya masih single, belum memiliki pasangan hidup, CLBK sah-sah saja. Yang berbahaya jika keduanya telah memiliki pasangan, tapi masih CLBK. Bisa runyam masa depan. Jadi CLBK dalam dunia percintaan baik –baik saja asal prosesnya positif dan tujuannya benar.

Sedangkan CLBK dalam atmosfir menulis adalah COBA, LAKUKAN, BUDAYAKAN dan KONSISTEN. Frase ini sederhana, namun sangat mengikat bagi kita sebagai guru. Beliau mengingatkan kembali pesan Omjay pada para guru “Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi”, maka Pak Roma memberikan motivasi senada “Tuailah hasil selama masih sanggup CLBK.” Pak Roma menjelaskan secara detail makna CLBK. Pertama, COBA. Menurut Beliau tak ada satu pun usaha yang berhasil jika tidak mencobanya lebih dahulu. Sama halnya dengan menulis, memulainya kadang susah, terutama dalam membangun ide lalu mencurahkannya kalimat demi kalimat. Sehingga kalimat tersebut menjadi sebuah paragraf yang padu. Mencoba merupakan tindakan berulang-ulang untuk melatih kita memproduksi untaian kata-kata yang menghasilkan kalimat bermakna.  Kedua, LAKUKAN. Ketika sudah  mencoba, telah menemukan rasa dan keunikan dalam menulis, maka harus terus dilakukan agar ide tidak mengendap seiring berlalunya waktu. Menulis harus dilakukan terus menerus sehingga ketagihan. Ketiga, BUDAYAKAN. Menulis harus menjadi budaya. Menjadi bagian dari cara hidup seorang guru. Menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Jadi, budayakan menulis, sehingga menjadi panggilan beraktivitas setiap hari. Keempat, KONSISTEN. Tak ada karya yang terselesaikan dengan baik tanpa konsistensi. Konsisten dalam menulis adalah misi untuk mencapai visi seorang penulis, yakni menghasilkan sebuah karya tulisan yang bisa memberi inspirasi bagi banyak orang. Jadi, jangan takut CLBK, namun nikmatilah prosesnya dan syukuri hasilnya.

Beliau memaparkan pengalamannya ketika mengajar materi ajar Bahasa dan Sastra Inggris di kelasnya terkait puisi. Waktu mengajar siswa menulis puisi, Beliau juga mengasah kemampuan untuk menulis puisi. Setiap sore Beliau menulis minimal 1 puisi. Temanya tentang apa saja yang terlintas di pikirannya. Hal di atas merupakan praktik terkait  COBA dan LAKUKAN. Selain itu, Beliau juga telah mengajak beberapa teman guru untuk mulai belajar menulis. Beliau dan teman-teman menulis yang diajarkan di kelas. Topik yang Beliau pilih seputar puisi. Hasilnya ada 2 orang guru bahasa Indonesia yang bersedia. Mereka bertiga sepakat untuk menuliskan minimal 40 puisi dengan tema PJJ selama sebulan, sepanjang bulan September. Selain menulis sejak PJJ diberlakukan karena pandemi virus covid-19. Beliau mengelola kelas  ajar dengan menggunakan kombinasi Zoom dan YouTube. Semua tatap muka sepanjang satu minggu mengajar Beliau dokumentasikan di YouTube Sehingga, menurut pak Roma lebih sibuk sebenarnya mengajar di masa PJJ ini. Beliau tetap masuk tepat waktu di kelas virtual seperti halnya di kelas tatap muka. Terkait buku ajar, Beliau pernah menulis buku ajar tapi sebatas digunakan untuk sekolah sendiri.

Dalam menulis, seringkali  kehabisan ide, Pak Roma mempunyai cara agar ide itu tidak mentok. Idenya ini dituliskan dalam blognya. Salah satu caranya dengan menuliskan apa yang dirasakan, dialami dan di depan penglihatan seorang guru. Contohnya ketika guru hendak melakukan Penilaian Akhir Semester, PAS bagi siswa siswinya. Maka tulis saja apapun yang akan dilakukan, kendalanya dan solusinya. Langkah awal yang ditulis adalah pelaksanaannya tentu berbeda dari biasanya. Secara reguler, tentu mengumpulkan siswa. Namun, kondisi saat ini tidak mengizinkan. Pandemi Covid-19 masih berlangsung. Entah kapan berakhirnya. Jika satuan pendidikan mengumpulkan siswa tidak dimungkinkan. Jika dipaksakan, akan membawa resiko. Resiko gelombang kedua penyebaran corona. Agar tidak menyebar, jangan berkumpul. Berkumpul sama saja memberi umpan corona. Sekali lagi, guru dan siswa wajib bersabar. Belum dimungkinkan berkumpul di sekolah. Demi kebaikan guru dan siswa. Kebaikan guru-guru dan keluarganya. Kebaikan para siswa dan keluarga mereka.

Selanjutnya ide apa yang harus dituliskan, yakni pelaksanaan PAS secara online. Exam From Home adalah jalan terbaik. Satuan pendidikan harus bersiap melaksanakannya. Guru dan siswa harus bersiap menjalaninya. Seperti apa persiapan sekolah agar maksimal? Sekolah memastikan kesiapan siswa ikut ujian. Kesiapan sumber daya pendukung yang utama. Smartphone, jaringan telekomunikasi, listrik dan data. Terkait kuota data, sekolah bisa memfasilitasi. Melalui pembagian kuota data ke siswa. Termasuk kepada guru yang membutuhkannya. Dari mana sumber dananya? Sekolah bisa menggunakan Dana BOS. Setelah sumber daya pendukung siap. Maka kita bisa menuliskan bentuk tesnya. Apakah bentuk soalnya PG atau essay? Sebelum dibahas, penting untuk diingat. BDR adalah pembelajaran kecakapan hidup. Ini sesuai pesan mas menteri, Nadiem. Jadi, bisa saja isi tes berbeda. Artinya tidak sama persis isi kurikulum. Baik PG atau essay, keduanya bagus. Bisa dilaksanakan, sesuai kesiapan guru. PG tentunya bisa dijadikan opsi pertama. Namun perlu dipertimbangkan masalah waktu. Apalagi kalau sehari 2 mapel uji. Apalagi pelaksanaannya online, banyak pertimbangan. PG berbentuk gamification bisa jadi solusi. Menggunakan Quizziz, misalnya. PG sebanyak 25 nomor bisa dimaksimalkan. Dalam artian soal selesai dalam sejam. Siswa tentu tertantang menyelesaikan lebih cepat. Tantangannya, lebih cepat selesai dan benar. Dengan demikian akan mendapat skor tertinggi. Artinya jadi pemenang. Dalam hal ini, Quizziz memberi solusi. Solusi mengefektifkan waktu. Selanjutnya, PAS menggunakan soal essay. Soal essay sebenarnya lebih ekonomis. Ekonomis karena jumlah nomor sedikit. 3 sampai 5 nomor dalam sejam. Kondisi sekarang essay paling sesuai. Apalagi berbicara konteks kecakapan hidup. Tambahan pula menghemat data. Essay bisa dilakukan lewat WA.

Setelah guru menuliskan betuk soal maka langsung saja dipaparkan tentang jawaban soal essay. Soal essay ini menggambarkan kecakapan. Karena siswa akan terbangun kreativitasnya. Kreativitas mencari jawaban dan menyimpulkannya. Entah bagaimana caranya, itulah kreativitas mereka. Jawaban mereka adalah gambaran capaian kognitif. Sikap dan keterampilan pun bisa dinilai. Guru pastinya bisa mengidentifikasi hasilnya. Mana jawaban berjamaah dan copy paste. Ini menggambarkan sikap. Kedalaman jawaban dan pengembangan gagasan. Ini menggambarkan keterampilan. Satu tes, 3 nilai terakumulasi.

Kemudian guru dapat memaparkan bagaimana dengan nilainya? Kembali lagi, kecakapan hidup. Sebagai guru yang profesional pastinya berbekal. Ada bekal untuk mendasari pemberian nilai. Berilah nilai sesuai kecakapan siswa. Nilai untuk mereka adalah nilai kehidupan. Jadi, berikanlah yang terbaik untuk kehidupan. Berikanlah nilai yang bersejarah. Nilai yang tercatat sepanjang masa. Nilai kehidupan di masa corona.Sekali lagi, berilah nilai kehidupan. Hidup kita saat ini dibatasi korona. Nilai yang diberikan adalah nilai mulia. Mulia karena itulah nilai kehidupan gurunya. Nilai kehidupan gurunya baik. Nilai siswanya pun akan demikian. Demikianlah jika guru kehabisan ide bisa menuliskan pengalamannya sehari-hari.

Kesimpulannya jika kesulitan menulis, rangkailah kalimat dengan sederhana dan singkat. Selain itu agar mampu menCOBA, meLAKUKAN, memBUDAYAKAN dan KONSISTEN; maka kita perlu menetapkan visi dan komitmen kita dalam menulis. Jangan biarkan waktu yang mengatur kita, tapi aturlah waktu itu. Dan jangan lupa tulislah yang kita alami dan yang dekat dengan diri kita, sebagai seorang guru.

 

2 komentar: