Malam itu sangat senang mendapatkan pencerahan dari Pak Yulius Patandean, Beliau akan berbagi pengalamannya menulis buku ajar, buku solo dan buku antologi. Beliau sering menulis apa yang dialami dan bahkan rencana proses penilaian yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Nama lengkapnya Yulius Roma Patandean, S.Pd. Beliau lahir di Tana Toraja, pada tanggal 6 Juli 1984. Pendidikan yang Beliau tempuh sebagai berikut: masuk 1991 SDN No.144 Inpres Salubarani tahun 1991 lulus tahun 1996. Masuk SLTP Negeri 2 Mengkendek tahun 1996, lulus 1999. Kemudian belajar di SMU PGRI Ge’tengan tahun 2000 dan lulus tahun 2003. Kuliah S1 di UKI Toraja pada tahun 2003 berhasil lulus tahun 2007. Sekarang ini Beliau masih menempuh pendidikan S2 di IAKN Toraja.
Prestasi yang pernah Beliau
raih antara lain: Guru Berprestasi Tingkat SMA Kabupaten Tanah Toraja pada tahun 2016 dan juara III Lomba Karya Tulis Porseni
PGRI di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2017. Penghargaan yang pernah Beliau raih adalah: (1)Juri Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat SMA di Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2014, (2) Juri Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat SMA di Kabupaten Toraja Utara Tahun 2015, (3)Juri Lomba Story Telling Tingkat
SMP Kabupaten
Tanah
Toraja Tahun 2015.
Pengalaman
Beliau mengajar sebagai berikut: pada tahun 2007 sampai dengan 2015 mengajar di SMAN 2 Mengkendek/SMAN
9 Tana Toraja, pada tahun 2007 hingga tahun 2009
mengajar di SMK
Teknologi Madania. Ketika
itu tahun 2009
sampai 2015
mengajar di SMAN
1 Mengkendek/SMAN 3 Tana Toraja.
Karena etos kerja yang bagus Beliau mendapat amanah untuk mengajar sebagai dosen
tidak
tetap
di Fakultas
Ekonomi UKI Toraja pada tahun
2015 hingga tahun 2017. Pada tahun 2016 beliau bertugas sebagai Tutor
Universitas Terbuka sampai
tahun 2019. Mulai tahun 2014 beliau bekerja sebagai Fasilitator
Belajar Yayasan Trampil Indonesia
hingga tahun 2019.
Kegiatannnya yang padat dalam bidang mengajar Beliau lakukan dengan penuh
ketekun Sedangkan sekarang ini beliau sebagai pengajar di SMAN
3 Makale/SMAN 5 Tana Toraja.
Pengalaman Beliau dalam berorganisasi sebagai Wakil Sekretaris PGRI Kabupaten Tana Toraja masa kerja 2019-2024. Selain itu juga sebagai Sekretaris Pengurus Perwakilan YPLP PGRI Kabupaten Tana Toraja masa pengabdian tahun 2019-2024. Karya tulis Beliau yang sudah dipublikasikan adalah(1)Buku Guru Menulis Guru Berkarya, Penerbit Eduvation (2020), (2) Buku Digital Transformation: Generasi Muda Indonesia Menghadapi Transformasi Dunia, Kolaborasi dengan Prof. Richardus Eko Indrajit, Penerbit ANDI (2020),(3)Buku Antologi Puisi Rona Korona Duka dan Ria, Penerbit Oase Pustaka (2020).
Meskipun memiliki segudang pengalaman dan prestasi,
Beliau tetap rendah hati dan bertutur apa adanya. Dengan rendah hati Pak Roma mengatakan bahwa Beliau
masih belajar dalam ngeblog dan belajar menulis buku. Menurutnya menulis buku memiliki manfaat
tersalurkannya ilmu, pengetahuan dan pengalaman ke dalam
sebuah tulisan secara formal. Di samping itu, menulis merupakan sebuah kegiatan
yang membutuhkan pembiasaan. Membiasakan diri menulis setiap hari perlu
dilakukan. Dalam hal ini, menulis apa saja, semua topik bisa dituliskan. Terbitnya buku karya tulisan
pertama dari Penerbit ANDI, hasil kolaborasi dengan Prof Richardus Eko
Indrajit, telah memberi kebiasaan baru bagi Pak Roma, kebiasaan rutin menulis.
Kemudian Beliau membahas istilah CLBK, istilah yang
telah populer di era milenial ini. Terutama di kalangan kawula muda yang sedang kasmaran
dengan mantan. Dalam
afmofsir asmara, Cinta Lama Bersemi Kembali itu sudah lazim kita dengar. Selama kedua sejoli menikmati proses dan tujuannya. Dan keduanya
masih single, belum memiliki pasangan hidup, CLBK sah-sah saja. Yang berbahaya
jika keduanya telah memiliki pasangan, tapi masih CLBK. Bisa runyam masa depan.
Jadi CLBK dalam dunia percintaan baik –baik saja asal prosesnya positif dan
tujuannya benar.
Sedangkan CLBK dalam atmosfir menulis adalah COBA, LAKUKAN, BUDAYAKAN dan
KONSISTEN. Frase ini sederhana, namun sangat mengikat bagi kita sebagai guru. Beliau mengingatkan kembali pesan Omjay pada para guru “Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi”,
maka Pak
Roma memberikan motivasi senada “Tuailah
hasil selama masih sanggup CLBK.” Pak Roma menjelaskan secara detail makna CLBK. Pertama, COBA. Menurut Beliau tak ada satu pun usaha yang berhasil jika tidak mencobanya lebih dahulu. Sama halnya
dengan menulis, memulainya kadang susah, terutama dalam membangun ide lalu
mencurahkannya kalimat demi kalimat. Sehingga kalimat tersebut menjadi
sebuah paragraf yang padu.
Mencoba merupakan tindakan
berulang-ulang untuk melatih kita memproduksi untaian kata-kata yang
menghasilkan kalimat bermakna. Kedua, LAKUKAN. Ketika sudah mencoba, telah
menemukan rasa dan keunikan dalam menulis, maka harus terus dilakukan agar ide tidak mengendap seiring berlalunya waktu. Menulis harus dilakukan terus
menerus sehingga ketagihan. Ketiga, BUDAYAKAN. Menulis harus
menjadi budaya. Menjadi bagian dari cara hidup seorang guru. Menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita.
Jadi, budayakan menulis, sehingga menjadi panggilan beraktivitas setiap hari. Keempat, KONSISTEN. Tak ada karya yang terselesaikan dengan baik tanpa
konsistensi. Konsisten dalam menulis adalah misi untuk mencapai visi seorang
penulis, yakni menghasilkan sebuah karya tulisan yang bisa memberi inspirasi
bagi banyak orang. Jadi, jangan takut CLBK, namun nikmatilah prosesnya dan
syukuri hasilnya.
Beliau memaparkan pengalamannya
ketika mengajar materi ajar Bahasa dan
Sastra Inggris di kelasnya terkait puisi. Waktu mengajar siswa menulis puisi, Beliau juga mengasah kemampuan untuk menulis puisi. Setiap sore Beliau menulis
minimal 1 puisi. Temanya tentang apa saja yang terlintas di pikirannya. Hal di atas merupakan praktik terkait COBA dan
LAKUKAN. Selain itu, Beliau juga telah mengajak beberapa teman guru untuk mulai
belajar menulis. Beliau dan teman-teman menulis yang
diajarkan di kelas. Topik yang Beliau pilih
seputar puisi. Hasilnya ada 2 orang guru bahasa
Indonesia yang bersedia. Mereka bertiga sepakat
untuk menuliskan minimal 40 puisi dengan tema PJJ selama sebulan, sepanjang
bulan September. Selain
menulis sejak PJJ diberlakukan karena pandemi virus covid-19. Beliau mengelola
kelas ajar dengan menggunakan kombinasi
Zoom dan YouTube. Semua tatap muka sepanjang satu minggu mengajar Beliau dokumentasikan di YouTube Sehingga,
menurut
pak Roma lebih sibuk sebenarnya mengajar di masa PJJ ini. Beliau tetap masuk tepat waktu di kelas virtual seperti halnya
di kelas tatap muka. Terkait buku ajar, Beliau pernah menulis buku ajar tapi sebatas digunakan untuk sekolah
sendiri.
Dalam menulis, seringkali
kehabisan ide, Pak Roma mempunyai cara
agar ide itu tidak mentok. Idenya ini dituliskan dalam blognya. Salah satu
caranya dengan menuliskan apa yang dirasakan, dialami dan di depan penglihatan seorang
guru. Contohnya ketika guru hendak melakukan Penilaian
Akhir Semester, PAS bagi siswa siswinya. Maka tulis
saja apapun yang akan dilakukan, kendalanya dan solusinya. Langkah awal yang ditulis adalah pelaksanaannya tentu berbeda dari biasanya. Secara
reguler, tentu mengumpulkan siswa. Namun, kondisi saat ini tidak mengizinkan.
Pandemi Covid-19 masih berlangsung. Entah kapan berakhirnya. Jika satuan pendidikan mengumpulkan siswa tidak dimungkinkan.
Jika dipaksakan, akan membawa resiko. Resiko gelombang kedua penyebaran corona. Agar tidak menyebar, jangan berkumpul. Berkumpul
sama saja memberi umpan corona. Sekali
lagi, guru dan siswa wajib bersabar. Belum dimungkinkan
berkumpul di sekolah. Demi kebaikan guru dan siswa. Kebaikan guru-guru dan
keluarganya. Kebaikan para siswa dan keluarga mereka.
Selanjutnya ide apa
yang harus dituliskan, yakni pelaksanaan PAS
secara online. Exam From Home adalah jalan
terbaik. Satuan pendidikan harus bersiap melaksanakannya. Guru dan siswa harus
bersiap menjalaninya. Seperti apa persiapan sekolah agar maksimal? Sekolah
memastikan kesiapan siswa ikut ujian. Kesiapan sumber daya pendukung yang
utama. Smartphone, jaringan telekomunikasi, listrik dan data. Terkait kuota
data, sekolah bisa memfasilitasi. Melalui pembagian kuota data ke siswa.
Termasuk kepada guru yang membutuhkannya. Dari mana sumber dananya? Sekolah
bisa menggunakan Dana BOS. Setelah sumber
daya pendukung siap. Maka kita bisa menuliskan bentuk
tesnya. Apakah bentuk soalnya PG atau essay? Sebelum dibahas, penting untuk
diingat. BDR adalah pembelajaran kecakapan hidup. Ini sesuai pesan mas menteri,
Nadiem. Jadi, bisa saja isi tes berbeda. Artinya tidak sama persis isi
kurikulum. Baik PG atau essay, keduanya bagus. Bisa dilaksanakan,
sesuai kesiapan guru. PG tentunya bisa dijadikan opsi pertama. Namun perlu
dipertimbangkan masalah waktu. Apalagi kalau sehari 2 mapel uji. Apalagi
pelaksanaannya online, banyak pertimbangan. PG berbentuk gamification bisa
jadi solusi. Menggunakan Quizziz, misalnya. PG sebanyak 25 nomor bisa
dimaksimalkan. Dalam artian soal selesai dalam sejam. Siswa tentu tertantang
menyelesaikan lebih cepat. Tantangannya, lebih cepat selesai dan benar. Dengan
demikian akan mendapat skor tertinggi. Artinya jadi pemenang. Dalam hal ini,
Quizziz memberi solusi. Solusi mengefektifkan waktu. Selanjutnya,
PAS menggunakan soal essay. Soal essay sebenarnya lebih ekonomis. Ekonomis
karena jumlah nomor sedikit. 3 sampai 5 nomor dalam sejam. Kondisi sekarang
essay paling sesuai. Apalagi berbicara konteks kecakapan hidup. Tambahan pula
menghemat data. Essay bisa dilakukan lewat WA.
Setelah guru
menuliskan betuk soal maka langsung saja dipaparkan tentang jawaban soal essay. Soal essay ini menggambarkan kecakapan. Karena siswa akan
terbangun kreativitasnya. Kreativitas mencari jawaban dan menyimpulkannya. Entah bagaimana
caranya, itulah kreativitas mereka. Jawaban mereka adalah
gambaran capaian kognitif. Sikap dan keterampilan pun bisa dinilai. Guru pastinya bisa mengidentifikasi
hasilnya. Mana jawaban berjamaah dan copy paste. Ini menggambarkan sikap.
Kedalaman jawaban dan pengembangan gagasan. Ini menggambarkan keterampilan.
Satu tes, 3 nilai terakumulasi.
Kemudian guru dapat
memaparkan bagaimana dengan nilainya?
Kembali lagi, kecakapan hidup. Sebagai guru yang profesional pastinya berbekal.
Ada bekal untuk mendasari pemberian nilai. Berilah nilai sesuai kecakapan
siswa. Nilai untuk mereka adalah nilai kehidupan. Jadi, berikanlah yang terbaik
untuk kehidupan. Berikanlah nilai yang bersejarah. Nilai yang tercatat
sepanjang masa. Nilai kehidupan di masa corona.Sekali
lagi, berilah nilai kehidupan. Hidup kita saat ini dibatasi korona. Nilai yang
diberikan adalah nilai mulia. Mulia karena itulah nilai kehidupan gurunya.
Nilai kehidupan gurunya baik. Nilai siswanya pun akan demikian. Demikianlah jika guru
kehabisan ide bisa menuliskan pengalamannya sehari-hari.
Kesimpulannya jika
kesulitan menulis, rangkailah kalimat dengan sederhana dan singkat. Selain itu
agar mampu menCOBA, meLAKUKAN, memBUDAYAKAN dan KONSISTEN; maka kita perlu
menetapkan visi dan komitmen kita dalam menulis. Jangan biarkan waktu yang
mengatur kita, tapi aturlah waktu itu. Dan jangan lupa tulislah yang kita alami
dan yang dekat dengan diri kita, sebagai seorang guru.
Inspiratif bu
BalasHapusTerima kasih Pak Imam
BalasHapus