September ceria. Di bulan ini banyak kenikmatan yang Allah berikan kepadaku. Baik nikmat sehat maupun nikmat kebahagian yang mewarnai awal September ini. Hari ini bangun lebih awal dari biasanya. Bangun ketika detak jam dinding masih
terdengar keras. Belum terkontaminasi bunyi mesin pemotong padi. Aku selalu
belajar dari jam dinding, dilihat atau diabaikan orang tetap bekerja sepanjang
hari. Jam dinding tidak memperdulikan pujian maupun celaan. Menggerakkan jarum penunjuk waktu agar manusia bisa bekerja tepat waktu. Setelah rutinitas sepertiga malam dan menunggu adzan subuh. Ku coba merenungkan
sekilas instrument observasi kelas whatsApp, siapa tahu mendapat ide cemerlang
untuk melengkapi lampiran RPP 1 lembar kelas WhatsApp. Ada beberapa point yang harus difikirkan bukti fisiknya. Dan harus siap ketika waktu supervisi tiba. Ketika waktu ibadah
subuh usai segera ke dapur memasak
sambil mencuci baju. Dengan harapan dua pekerjaan selesai bersamaan.
Tepat pukul 06.00 hidangan sarapan sudah rapi,
terdengar deru mesin pemotong padi. Anehnya mesin tidak segera turun ke sawah. Perkiraanku
menunggu embun menguap, biar padi kering tidak lembab. Ternyata dugaanku salah.
Pemilik mesin belum berani turun menunggu komando dari ketua kelompok tani.
Pemilik mesin pemotong taat pada banner himbauan untuk tidak sembarang mesin
bisa turun ke sawah. Wah, mulai ada sedikit arogansi. Beberapa petani terdengar
tidak suka dengan aturan ini. Menunggu satu mesin yang bekerja sangat lama,
persediaan beras sudah menipis. Ghibah ala Bu Tedjo semakin menghangat,
sebaiknya aku segera berlalu dari situ.
Segera mempersiapkan sepeda menuju ke arah barat,
menuju desa Gembleb, desa Ngulan dan kembali ke rumah. Sampai rumah pukul
07.50, mesin pemotong padi mulai menderu. Celoteh para among tani terdengar riuh.
Burung pipit bernyanyi riang, terbang dari satu ranting ke ranting yang lain.
Asyiknya punya rumah MEWAH (MEpet saWAH). Segera menjemur cucian sambil
menikmati keriuhan suasana panen padi. Setelah keringat mengering segera mandi dan
menuju rumah ibuku. Untuk bertemu saudara-saudara pada acara rutinan bulanan.
Entah mengapa ketika hendak berkunjung ke rumah ibu, aku layaknya seorang anak
yang diajak ke tempat rekreasi. Sangat bahagia, apalagi hari ini bisa
bertandang ke rumah ibu dengan formasi lengkap.
Sampai di rumah ibu ternyata kakak-kakakku belum
datang. Ini tentunya hal yang terjadi diluar perkiraan. Ternyata kakakku yang pekerjaannya
sebagai pedagang tidak bisa datang hari ini. Karena pada hari Minggu banyak
pembeli di tokonya. Pertemuan ini biasanya tidak dilaksanakan pada hari Minggu.
Sedikit kecewa, tapi harus memakluminya karena mata pencahariannya dari situ,
berdagang. Akhirnya aku rebahan di samping ibuku. Dan inilah hal yang paling
membahagiakan. Setelah cukup waktu aku bersama keluarga pamit untuk belanja ke
pasar. Belanja bumbu dapur untuk seminggu ke depan. Melihat kuda besi yang
penuh debu segera ngantri di tempat cucian di desa Ngetal. Hari Minggu ternyata
cukup banyak orang ngantri di sana. Dengan sabar menunggu selesai kendaraan
dicuci, membuka group WA belajar menulis. Mendengarkan dan melihat video yang
pematerinya Profesor Eko. Dengan materi DIGITAL MINDSET DALAM ERA NEW NORMAL.
Belum tuntas video kulihat kendaraan selesai dicuci,
waktu menunjukkan pukul 12.10. Anakku berbisik lapar, padahal rumah tidak jauh
dari situ. Saya mencoba membujuk untuk makan di rumah. Tapi ia merengek untuk
makan di kota Trenggalek. Bocil menawarkan 2 pilihan warung makan fenomenal, Soto
Dok Kelutan atau Warung Pecel Konter Perut. Sambil melaju ke barat belum ada
kepastian berkunjung ke warung mana. Akhirnya biar segera cepat pulang dan beristirahat,
memilih warung Soto Dok Cak Ji Kelutan Trenggalek.
Padahal aku lebih menyukai masakan Warung Pecel Konter
Perut. Tapi untuk ke sana cukup jauh juga. Warung Pecel Konter Perut ada tiga cabang, satu bertempat di dekat kios bunga, yang kedua di
dekat BRI Surondakan dan cabang ketiga dekat Masjid Al Askar. Sebagai penyuka pecel
bagiku ketiga cabang Warung Pecel Konter Perut enak semua, namun yang paling istimewa
itu dekat kantor BRI Surondakan Trenggalek. Di Warung Pecel Konter Perut Malidi
I ini ada gorengan ikan wader mini serba kriuk. Di sana minuman legendarisnya
jamu beras kencur yang terdapat sensasi jeruk nipis.
Ketika sampai di Warung Soto Dok Cak Ji, pengunjung
cukup banyak. Karena ini waktu makan siang. Sebetulnya keluargaku lebih
menyukai masakan rumah. Namun pada waktu tertentu terkadang datang ke warung
Cak Ji. Di sinilah ada sedikit kisah lucu ketika anak bungsuku selalu menolak
makan di sini. Ia enggan makan di sini mulai Paud sampai kelas 3 SD. Ketika
masih Paud ia menangis minta pulang padahal soto sudah disajikan dan siap di
santap. Tangisannya yang keras menghebohkan pengunjung warung beserta pemiliknya. Karena dekat
Taman Makam Pahlawan perkiraanku ia melihat sesuatu yang ghaib. Ternyata
setelah sampai di rumah ia baru mau mengatakan ketidaksukaan di warung itu
karena kerasnya pemilik warung meletakkan botol bumbu ke meja. Ya memang bunyi ‘dokk’
yang cukup keras. Memang saat itu terlihat anakku kaget mendengar bunyi botol
yang dihentakkan di meja, ia menangis saangat keras. Makanya warung tersebut dinamakan Warung Soto Dok Cak
Ji. Bunyi ‘dok’ yang sering mengagetkan pengunjung warung.
Masuk ke warung ini cukup nyaman, karena semua
pelayannya cowok berseragam. Yang kegantengannya ala pemain FTV, ramah dan
sabar melayani pembeli. Sambil menunggu pesanan, kulihat beberapa foto pemilik
warung (Cak Ji) dengan para tokoh dan artis popular. Para tokoh dan artis popular
yang pernah singgah di warung ini antara lain: Sang Bapak Broken Heart (Didi
Kempot), Penyanyi bersuara emas (Bunda Rita Sugiarto), Ketua Umum Insinyur
Indonesia (Hermanto Dardak), Artis Awet Muda (Wulan Guritno), Pelawak dan
Presenter (Indra Bekti), Wakil Gubernur (Emil Dardak dan Bunda Paud Arumi
Bachcin), Penyanyi Kondang (Duta dan Adelia Lontoh), Tokoh Nasional (Din
Syamsudin), Mubaligh Kondang JTV(KH. Imam Kambali beserta Abah Topan) dan masih
banyak lagi. Para tokoh yang berkunjung ke Trenggalek atau melewati kota
Trenggalek, mampir ke sini karena memang masakannya sangat enak, dagingnya empuk dan ciri khas
soto lamongan sangat terasa sensasinya.
Hehe, Jadi teringat waktu magang di Trenggalek kemarin saya Bu. Biasanya kalau pagi sering mampir ke warung nasi pecel H. Malidi itu. Dengan lauk bakwan atau tempe kriuknya, sebagai favorit saya. Plus es beras kencurnya.
BalasHapusHehehe
Terakhir ke sana, waktu buka bersama dengan rekan" yg ada di Trenggalek. Sudah satu tahunan lebih.
Hhh...betul ada tiga cabang Mas Alfin nanti kalau ke Trenggalek di coba 2 cabang lainnya.
Hapushehe, Inggih Bu.
HapusMantab
BalasHapusTerimakasih motivasinya Pak Imam, bisa dicoba kuliner Trenggalek
HapusKuliner Trenggalek tidak kalah enaknya dengan kuliner kota-kota lain
BalasHapusBetul Mbak Momo. Silahkan dicoba
BalasHapusJadi pingin nyoba Bu soto dok nya. Saya sering ke trenggalek
BalasHapus