Minggu, 06 September 2020

AKTIVITAS HARI MINGGU DI BULAN SEPTEMBER CERIA.

 


September  ceria. Di bulan ini banyak kenikmatan yang Allah berikan kepadaku. Baik nikmat sehat maupun nikmat kebahagian yang mewarnai awal September ini. Hari ini bangun lebih awal dari biasanya. Bangun ketika detak jam dinding masih terdengar keras. Belum terkontaminasi bunyi mesin pemotong padi. Aku selalu belajar dari jam dinding, dilihat atau diabaikan orang tetap bekerja sepanjang hari. Jam dinding tidak memperdulikan pujian maupun celaan. Menggerakkan jarum penunjuk waktu agar manusia bisa bekerja tepat waktu. Setelah rutinitas sepertiga malam dan menunggu adzan subuh. Ku coba merenungkan sekilas instrument observasi kelas whatsApp, siapa tahu mendapat ide cemerlang untuk melengkapi lampiran RPP 1 lembar kelas WhatsApp. Ada beberapa point yang harus difikirkan bukti fisiknya. Dan harus siap ketika waktu supervisi tiba. Ketika waktu ibadah subuh usai segera ke dapur  memasak sambil mencuci baju. Dengan harapan dua pekerjaan selesai bersamaan.

Tepat pukul 06.00 hidangan sarapan sudah rapi, terdengar deru mesin pemotong padi. Anehnya mesin tidak segera turun ke sawah. Perkiraanku menunggu embun menguap, biar padi kering tidak lembab. Ternyata dugaanku salah. Pemilik mesin belum berani turun menunggu komando dari ketua kelompok tani. Pemilik mesin pemotong taat pada banner himbauan untuk tidak sembarang mesin bisa turun ke sawah. Wah, mulai ada sedikit arogansi. Beberapa petani terdengar tidak suka dengan aturan ini. Menunggu satu mesin yang bekerja sangat lama, persediaan beras sudah menipis. Ghibah ala Bu Tedjo semakin menghangat, sebaiknya aku segera berlalu dari situ.

Segera mempersiapkan sepeda menuju ke arah barat, menuju desa Gembleb, desa Ngulan dan kembali ke rumah. Sampai rumah pukul 07.50, mesin pemotong padi mulai menderu. Celoteh para among tani terdengar riuh. Burung pipit bernyanyi riang, terbang dari satu ranting ke ranting yang lain. Asyiknya punya rumah MEWAH (MEpet saWAH). Segera menjemur cucian sambil menikmati keriuhan suasana panen padi. Setelah keringat mengering segera mandi dan menuju rumah ibuku. Untuk bertemu saudara-saudara pada acara rutinan bulanan. Entah mengapa ketika hendak berkunjung ke rumah ibu, aku layaknya seorang anak yang diajak ke tempat rekreasi. Sangat bahagia, apalagi hari ini bisa bertandang ke rumah ibu dengan formasi lengkap.

Sampai di rumah ibu ternyata kakak-kakakku belum datang. Ini tentunya hal yang terjadi diluar perkiraan. Ternyata kakakku yang pekerjaannya sebagai pedagang tidak bisa datang hari ini. Karena pada hari Minggu banyak pembeli di tokonya. Pertemuan ini biasanya tidak dilaksanakan pada hari Minggu. Sedikit kecewa, tapi harus memakluminya karena mata pencahariannya dari situ, berdagang. Akhirnya aku rebahan di samping ibuku. Dan inilah hal yang paling membahagiakan. Setelah cukup waktu aku bersama keluarga pamit untuk belanja ke pasar. Belanja bumbu dapur untuk seminggu ke depan. Melihat kuda besi yang penuh debu segera ngantri di tempat cucian di desa Ngetal. Hari Minggu ternyata cukup banyak orang ngantri di sana. Dengan sabar menunggu selesai kendaraan dicuci, membuka group WA belajar menulis. Mendengarkan dan melihat video yang pematerinya Profesor Eko. Dengan materi DIGITAL MINDSET DALAM ERA NEW NORMAL.

Belum tuntas video kulihat kendaraan selesai dicuci, waktu menunjukkan pukul 12.10. Anakku berbisik lapar, padahal rumah tidak jauh dari situ. Saya mencoba membujuk untuk makan di rumah. Tapi ia merengek untuk makan di kota Trenggalek. Bocil menawarkan 2 pilihan warung makan fenomenal, Soto Dok Kelutan atau Warung Pecel Konter Perut. Sambil melaju ke barat belum ada kepastian berkunjung ke warung mana. Akhirnya biar segera cepat pulang dan beristirahat,  memilih warung Soto Dok  Cak Ji Kelutan Trenggalek.

Padahal aku lebih menyukai masakan Warung Pecel Konter Perut. Tapi untuk ke sana cukup jauh juga. Warung Pecel Konter Perut  ada tiga cabang, satu  bertempat di dekat kios bunga, yang kedua di dekat BRI Surondakan dan cabang ketiga  dekat Masjid Al Askar. Sebagai penyuka pecel bagiku ketiga cabang Warung Pecel Konter Perut enak semua, namun yang paling istimewa itu dekat kantor BRI Surondakan Trenggalek. Di Warung Pecel Konter Perut Malidi I ini ada gorengan ikan wader mini serba kriuk. Di sana minuman legendarisnya jamu beras kencur yang terdapat sensasi jeruk nipis.

Ketika sampai di Warung Soto Dok Cak Ji, pengunjung cukup banyak. Karena ini waktu makan siang. Sebetulnya keluargaku lebih menyukai masakan rumah. Namun pada waktu tertentu terkadang datang ke warung Cak Ji. Di sinilah ada sedikit kisah lucu ketika anak bungsuku selalu menolak makan di sini. Ia enggan makan di sini mulai Paud sampai kelas 3 SD. Ketika masih Paud ia menangis minta pulang padahal soto sudah disajikan dan siap di santap. Tangisannya yang keras menghebohkan pengunjung warung beserta pemiliknya. Karena dekat Taman Makam Pahlawan perkiraanku ia melihat sesuatu yang ghaib. Ternyata setelah sampai di rumah ia baru mau mengatakan ketidaksukaan di warung itu karena kerasnya pemilik warung meletakkan botol bumbu ke meja. Ya memang bunyi ‘dokk’ yang cukup keras. Memang saat itu terlihat anakku kaget mendengar bunyi botol yang dihentakkan di meja, ia menangis saangat keras. Makanya warung tersebut dinamakan Warung Soto Dok Cak Ji. Bunyi ‘dok’ yang sering mengagetkan pengunjung warung.

Masuk ke warung ini cukup nyaman, karena semua pelayannya cowok berseragam. Yang kegantengannya ala pemain FTV, ramah dan sabar melayani pembeli. Sambil menunggu pesanan, kulihat beberapa foto pemilik warung (Cak Ji) dengan para tokoh dan artis popular. Para tokoh dan artis popular yang pernah singgah di warung ini antara lain: Sang Bapak Broken Heart (Didi Kempot), Penyanyi bersuara emas (Bunda Rita Sugiarto), Ketua Umum Insinyur Indonesia (Hermanto Dardak), Artis Awet Muda (Wulan Guritno), Pelawak dan Presenter (Indra Bekti), Wakil Gubernur (Emil Dardak dan Bunda Paud Arumi Bachcin), Penyanyi Kondang (Duta dan Adelia Lontoh), Tokoh Nasional (Din Syamsudin), Mubaligh Kondang JTV(KH. Imam Kambali beserta Abah Topan) dan masih banyak lagi. Para tokoh yang berkunjung ke Trenggalek atau melewati kota Trenggalek, mampir ke sini karena memang masakannya sangat enak, dagingnya empuk dan ciri khas soto lamongan sangat terasa sensasinya.

 

 

 

8 komentar:

  1. Hehe, Jadi teringat waktu magang di Trenggalek kemarin saya Bu. Biasanya kalau pagi sering mampir ke warung nasi pecel H. Malidi itu. Dengan lauk bakwan atau tempe kriuknya, sebagai favorit saya. Plus es beras kencurnya.
    Hehehe

    Terakhir ke sana, waktu buka bersama dengan rekan" yg ada di Trenggalek. Sudah satu tahunan lebih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhh...betul ada tiga cabang Mas Alfin nanti kalau ke Trenggalek di coba 2 cabang lainnya.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terimakasih motivasinya Pak Imam, bisa dicoba kuliner Trenggalek

      Hapus
  3. Kuliner Trenggalek tidak kalah enaknya dengan kuliner kota-kota lain

    BalasHapus
  4. Jadi pingin nyoba Bu soto dok nya. Saya sering ke trenggalek

    BalasHapus