Beberapa hari ini teman-teman sedang memperbincangkan Prof. Dr. Ir. R. Eko
Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA. Penulis kondang yang sering memberi tantangan menulis kepada para guru di WA Group guru belajar menulis. Maka kucoba membuka kembali materi diskusi tanggal 26 Agustus 2020 pada group menulis
gelombang 14. Ternyata perbincangan di group pada tanggal 26 sangat menarik. Selama ini Beliau telah menerbitkan 50 buku yang sebagian ditulis
dalam Bahasa Indonesia dan beberapa dalam Bahasa Inggris. Untuk artikel populer
dan jurnal sudah banyak sekali ditulis dan dishare secara gratis ke mana-mana.
Beliau menulis sejak semester 1 di ITS tahun 1988. Beliau menulis karena
kesepian, jauh dari orang tua, pengalaman pertama menjadi anak kos. Beliau kuliah mengambil jurusan teknik komputer maka sering
menulis di majalah-majalah komputer, artikel pertama dimuat di majalah Mikrodata.
Prof. Ekoji senang menulis
karena waktu kecil hobi membaca. Buku-buku favorit yang pernah dibacanya adalah
karya Karl May, RA Kosasih, Album Cerita
Ternama, Cerita Lima Benua, Alfred Hitchcock dan lain-lain. Majalah anak-anak
yang digemarinya adalah Bobo, Kuncung, Kawanku
dan lain sebagainya. Ketika memasuki jenjang SMP dan SMA sekolahnya mewajibkan
membaca buku karya sastra Indonesia dan membuat sinopsis. Buku yang
Beliau baca ketika itu adalah karya para pujangga lama dan pujangga baru
seperti Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun,
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dan lain sebagainya. Ketika SMA selama 3 tahun
studinya telah sukses membuat 113 sinopsis dari karya-karya sastra Indonesia. Membaca
karya sastra sama halnya belajar keindahan dan kosa kata baru. Dengan
keindahan, suara hati menjadi terasah. Jika seorang anak membaca karya sastra maka
jadilah anak-anak yang mendapatkan benih-benih karakter yang baik.
Karena hobi membaca karya
sastra baik dari pujangga lama dan pujangga baru, maka Beliau menjadi terampil membuat puisi, pantun dan gurindam. Karyanya membuat puisi dan pantun digunakan untuk menggoda dan mendekati calon
istrinya. Alhasil mampu
memperistri seorang artis. Ternyata Bu Ekoji (Lisa A. Riyanto) klepek-klepek kena
jurus The Power of Word. Beliau juga menceritakan ketika membuka pameran tahun
2008, Presiden Megawati pernah menyampaikan ‘tulislah apa saja yang sudah ada
di kepalamu, niscaya pasti ada manfaatnya bagi sejumlah orang di tanah air’.
Sebetulnya yang hobbi menulis adalah ayah Prof.
Ekoji. Ayahnya menulis karena tuntutan pekerjaan sebagai pegawai pemerintah.
Setelah 35 tahun berkarya ayahnya pensiun dan mengajak Profesor Eko untuk
membuat tulisan bersama. Tulisan bersama ayahnya sekitar 10 judul buku. Sampai
usia menginjak 79, ayahnya sudah menulis kurang lebih 20 buku dan telah
diterbitkan di mana-mana. Ayahnya gemar menulis dengan alasan agar tidak pikun
dan mencari kesibukan. Selain tujuan tersebut juga memberikan kontribusi kepada
masyarakat sekitarnya.
Moto hidup Profesor Ekoji
sangat sederhana: ‘cara menabung paling mudah adalah dengan cara berbagi’. Dengan
menulis, maka Beliau bisa memberikan pikirannya walaupun sederhana kepada orang
lain. Dengan demikian tabungan jumlah teman dan jejaring semakin meluas. Dari
situ Beliau mendapatkan warna-warni kehidupan yang tak terfikirkan sebelumnya.
Cita-cita Beliau bisa keliling Indonesia menjadi kenyataan, dibeayai orang lain.
Kepandaiannya menulis, berdampak positif Beliau keliling Indonesia. Pengalaman Beliau yang paling menarik adalah ketika lahir
dan dibesarkan di Dumai Riau. Di mana Beliau hidup di depan hutan
bersama-teman-temannya dengan rumah tanpa pagar. Beliau bersama laskar pelanginya
sekolah dan bermain sampai maghrib.
Beliau menyampaikan orang
yang gemar mengobrol berarti memiliki bakat menulis. Karena yang
diperbincangkan bisa ditulis. jika kita senang berfikir berarti mempunyai modal menulis. Karena apa yang
kita pikirkan dapat ditorehkan ke dalam tulisan. Ketika Prof. Eko dimintai kiat
cara menyelaraskan kegiatan menulis dengan aktivitas lain yang cukup banyak.
Beliau mengatakan tekniknya menulisnya adalah satu halaman sebelum tidur. Jika 1 hari satu halaman, berarti tiga
bulan 100 halaman. Barulah diterbitkan
dalam bentuk bunga rampai pikiran sebelum tidur. Menulis yang paling
mudah adalah yang paling kita SUKAI dan KUASAI, apapun itu. Memang menyusun
kalimat pertama sulit, tetapi ketika sudah berhasil, akan mengalir dengan sendirinya dan lama-lama menjadi
ketagihan.
Ketika ada seorang penanya
yang membahas tentang proses menuju Indonesia Digital Learning (IDL). Penanya
memaparkan kendala dan fakta otentiknya adalah: (a) Hanya 2,5% guru yang
menguasai teknologi/melek IT (menurut pengamat pendidikan Indra Charismiadji),
(b) Layanan internet yang belum merata terutama di daerah 3T, (c) Sebagian
Masyarakat menganggap internet masih mahal. Terbukti di banyak sekolah,
terutama di daerah, kehadiran siswa dalam pembelajaran daring masih minim.
Alasan utamanya terkendala saran dan prasarana kuota internet. Beliau
memaparkan pemerintah akan berusaha keras agar semua daerah dilalui internet
broadband dengan beaya terjangkau. Tetapi kalau kita menunggu baru berkarya
terlampau lama. Seyogyanya marilah berkarya dalam keterbatasan.
Kadang kita berfikir bahwa
seorang profesor tidak pernah terpuruk. Sebetulnya Profesor Ekoji pernah
terpuruk berkali-kali. Tapi Beliau selalu berfikir bahwa masih ada jutaan orang
yang tidak seberuntung dirinya. Maka segera instospeksi dan senantiasa bersyukur dengan segala yang Allah
telah berikan kepada dirinya. Ketika sakit agar terbentuk antibodi dalam tubuh dengan
cara bangkit dan berfikir positif. Begitupun dalam kondisi terpuruk, agar kuat
dalam menghadapi persoalan kehidupan. Tidak penting berapa kali kita jatuh,
yang jauh lebih penting adalah berapa kali kita berani bangun dari keterpurukan
dan move on untuk memberikan apapun yang terbaik bagi orang lain. Baginya
keluarga adalah nomor satu. Keluarga adalah sumber inspirasi, motivasi dan energi.
Melalui kehadiran mereka kita bisa menemukan cinta Allah SWT yang sangat luar
biasa. Dan menurut Beliau menanamkan karakter positif sangat sederhana karena
pendidikan karakter dimulai dari keluarga yang diperkuat oleh sekolah dan
masyarakat.
Mantab Ibu, sangat inspiratif.
BalasHapusTerimakasih Mbak Anis
HapusInspiratif 👍👍👍 Semoga bisa mengikuti semangat menulis beliau.
BalasHapusBetul sekali. Berharap bisa menulis satu hari satu halaman
BalasHapusMencerahkan.. .
BalasHapusTerimakasih Mas Fahru
BalasHapus