Jumat, 18 September 2020

KEBERKAHAN SEORANG PEMIMPIN

 



           Nun jauh di sana, seorang kepala dusun yang memimpin dusun. Dusun/dukuh merupakan wilayah kecil bagian dari sebuah desa. Sering dijuluki si pahit lidah, ia senang mengatakan sesuatu yang negatif dari pada hal-hal yang positif. Karakternya sedikit arogan, kadang gemar membunuh karakter stafnya. Karakter seorang pemimpin yang berbeda dengan stafnya. Bak bumi dengan langit. Stafnya adalah seorang pembantu kepala dusun, seorang lelaki paroh baya yang menjadi imam masjid. Karakternya santun, islami dan senantiasa memberi nasehat kepada temannya. Suatu ketika bapak staf kasun mencalonkan diri sebagai kepala desa. Dan menjabat dua periode, dengan nuansa kerja yang harmonis tenang dan menyejukkan. Namun dari segi kemampuan administrasi pemerintahan memang kurang mumpuni. Tapi dari segi kewibawaan memimpin, pola kepemimpinannya cukup menenteramkan warga. Tidak ada konflik yang muncul di masyarakat yang ia pimpin. Itulah pengalaman temanku yang diceritakan sore ini.

Ketika memasuki periode ketiga, kepala dusun yang dulu jadi atasannya ikut berkompetisi dalam pemilihan kepala desa. Berbagai cara ia lakukan sampai akhirnya sang kepala dusun lebih unggul dalam kancah pilkades tersebut. Petahana kalah telak. Terjadi euforia kemenangan. Ketika pemenang mengadakan syukuran, paha kerbau yang masih memerah di tarik dengan sepeda motor bolak-balik di depan rumah incumbent yang kalah tadi. Permusuhan yang dulu masih skala dusun, kini merebak lebih luas ke desa. Sang petahana, seorang tokoh agama hanya diam diri. Menurut temanku ia hanya pasrahkan kehidupannya pada Allah SWT. Yang selalu melindungi hambanya.

Telah dua tahun ini kepala desa baru menjabat, karakternya yang dulu belum luntur. Siapapun yang diduga sebagai orang dekat kades lama, maka ia anggap sebagai musuhnya. Ia menyewakan tanah untuk beberapa orang yang bertugas sebagai tangan kanannya. Yang mencari berita, menekan orang-orang yang sekiranya kritis di desa tersebut. Merusak ladang rakyat dengan dalih untuk saluran irigasi. Melarang mesin pemanen padi selain mesin yang ia tentukan. Padahal hama wereng menyerang dan tikus merusak tanaman padi yang siap dipanen. Jika hanya satu mesin pemanen, hasil panen berkurang. Petani resah. Temanku kadang berfikir apa yang menjadi penyebab perseteruan dua orang bertetangga sampai tertanam bertahun-tahun. Antara Kasun dan stafnya.

 Aku jadi teringat dulu ketika masih kecil, ketika sekolah dasar diajak kakakku untuk tidur di langgar. Anak-anak kecil setelah sholat isya tidak pulang tidur di langgar milik Pak Kyai. Jumlahnya sekitar 10-15 anak remaja putri. Setelah sorogan, Pak Kyai akan menceritakan sebuah kisah yang membuat anak-anak sangat senang sekali. Kadangkala cerita yang lucu dan sering pula tentang keteladanan Rosulullah. Ingat sekali kala itu ceritanya tentang kepemimpinan Rosulullah. Beliau, Mbah Imam Rohimi menceritakan kepemimpinan Muhammad SAW, senantiasa mendatangkan tambahan kebaikan. Baik bagi diri Rosulullah, keluarga, para sahabatnya maupun masyarakat. Bukti bahwa kepemimpinan Rosulullah memiliki nilai tambah berupa kebaikan adalah Muhammad mampu menolong diri sendiri, keluarga, para sahabat dan masyarakat menjadi lebih sejahtera, adil, makmur baik lahir maupun batin. Kekuasaan yang dapat menolong manusia keluar dari zaman kegelapan menuju zaman pencerahan.

Mbah Imam selalu menceritakan bahwa hubungan Rosulullah dengan umatnya  sangat harmonis. Tidak membedakan satu kaum dengan kaum lainnya. Namun jika menilik cerita temanku tadi. Seorang pemimpin yang memperoleh kepercayaan kemudian ia takabur. Orang lain dianggap sebagai musuh. Menebarkan riak-riak perselisihan, terutama kepada kaum duafa. Entahlah apa Allah akan mendatangkan peringatan kepadanya? Temanku berharap yang terbaik kepada Allah. Seyogyanya ketika ia terpilih hendaknya bersyukur pada Allah. Karena syukur berarti membuka nikmat. Seorang pemimpin yang syukur terhadap nikmat akan terlihat kepemimpinannya yang transparan dan akuntabel. Kepemimpinannya nampak dikelola secara transparan dan akuntabel sejak perencanaan, pelaksanaan sampai pertanggungjawaban. Sehingga semasa kepemimpinannya akan melahirkan kepercayaan dan partisipasi publik. Pemimpin tersebut kekuasaannya mendatangkan banyak kebaikan baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Pemimpin yang berkah tidak perlu mengutus orang untuk menjadi intel pribadinya. Cukup menjalin hubungan yang harmonis dengan rakyatnya. Pemimpin yang bijak senantiasa kerja keras, kerja cerdas dan ikhlas untuk kesejahteraan rakyatnya. Otomatis rakyatnya akan membantu dengan pengawasan dan doa yang tulus. Hubungan yang harmonis antara pemimpin dan rakyatnya akan menumbuhkan sikap terbuka, saling menolong, dan mencintai, maka tercipta sebuah desa yang adil, makmur, berlimpah ampunan illahi.

Dulu Mbah Imam juga pernah menceritakan kisah negeri Saba’. Negeri Saba’ adalah tanda-tanda keksuasaan Allah. Sebuah negeri yang dicukupkan rakyatnya baik sandang maupun pangan. Dalam Alquran surat Saba’ ayat 15, Allah SWT berfirman: “Makanlah olehmu dari rezeki  yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersykurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” Semoga desa temanku segera pulih kembali ketenteramannya seperti pada masa pemimpin yang dulu. Ada hubungan yang harmonis dan kecukupan kebutuhan warganya baik kebutuhan lahir maupun batin.

Kesimpulannya seorang pemimpin jangan memanfaatkan kekuasaanya untuk membalas  dendam pada warganya. Kepemimpinan bukan hanya memenuhi tuntutan hawa nafsunya berupa kepopuleran, penghormatan dari orang lain, kedudukan dan status sosial. Kepemimpinan yang berkah seharusnya sebuah usaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan warganya, mewujudkan desa yang sejahtera, aman dan tidak ada tekanan dari fihak manapun.

 

6 komentar: