Kemarin
diajak Bu Akmal makan siang di warung Bu Sur yang legendaris bagi warga
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Warung itu menyediakan makanan khas
Trenggalek nasi pecel, rawon dan soto ayam. Warung ini berada di di dekat
jembatan kecamatan Durenan. Untuk lebih asyik berbincang-bincang kami mojok di ujung warung. Sambil menunggu hidangan disajikan Bu Akmal
menceritakan putranya yang sedang bekerja di Jakarta. Beliau mulai menetes air
mata. Aku ikut terbawa kondisi psikis Beliau, ikut trenyuh dan berkaca-kaca.
Sekarang ini Jakarta dinyatakan dalam kondisi lebih darurat dari pada awal
wabah corona masuk ke Indonesia. Setelah menyusut airmatanya, Beliau
menceritakan awal mula putra nekat bekerja di Jakarta.
Teringat
kala itu setelah selesai wisuda, anaknya ikut pulang ke Trenggalek. Namun
beberapa hari kemudian, putra sulungnya kembali ke Malang untuk menyelesaikan
beberapa kepentingan. Bu Akmal mengira putranya segera pulang dalam satu atau
dua minggu. Namun ia tidak pulang selama dua bulan. Sering Bu Akmal menelepon
untuk segera pulang dan mencari pekerjaan di kota Trenggalek. Ia tetap
bersikukuh untuk tinggal beberapa minggu lagi di kota Malang, tanpa memberitahu
alasan yang sebenarnya. Padahal semua barang sudah dibawa pulang dan sudah
pamit kepada ibu kosnya.
Beberapa
waktu kemudian putranya menelepon menceritakan pengalamannya, mencari kerja di
kota Malang. Bu Akmal mendengarnya sedikit lega. Ia mengikuti job fair di
kampusnya namun belum ada kejelasan dari perusahan tempat mengajukan lamaran. Karena
batas waktu menunggu sudah berakhir ia
mencoba kembali mengikuti job fair di kampus lain. Kemudian mencoba ikut
bursa kerja atau job fair yang diadakan kampus Universitas Brawijaya. Dan akhirnya
diterima bekerja di sebuah perusahaan. Dalam teleponnya menceritakan perusahaan
itu berada di kota besar. Azis, putra Bu Akmal tidak berani mengatakan pada
ibunya, kota besar mana tempat ia diterima kerja. Takut ibunya khawatir dan
tidak mengizinkannya. Dua hari kemudian Azis pulang, membawa perjanjian kontrak
kerja. Betapa terkejut ibunya membaca kontrak kerja. Ternyata Azis diterima di
sebuah perusahaan di Jakarta, dan dalam kontrak tersebut akan di training
selama 3 bulan. Selama menjalani kontrak 2 tahun, jika mengundurkan diri harus
mengembalikan kerugian perusahaan sebesar Rp25.000.000.
Bu Akmal
akhirnya mengizinkan dan ikut menandatangani kontrak kerja itu sebagai bentuk
persetujuan orang tua. Hatinya terketuk melihat keyakinan Aziz untuk mencoba
hidup di Jakarta. Ia pemuda yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Dan
sebagai ibu, Beliau harus menerapkan amanat gelora Sumpah Pemuda. Yang kala itu
pada rapat ke II sumpah pemuda di gedung Oost-Java Bioscoop, dua pembicara Poernomo
Woelan dan Sarmidi Mangoensarkoro memaparkan tentang pendidikan yang
demokratis. Maka Bu Akmal ihklas mengizinkannya. Itulah pilihan hati anaknya.
Jiwa muda yang berkobar dan semangat juang untuk mandiri dan bekerja. Bekerja
sesuai dengan jurusan yang ia pilih ketika kuliah. Sebagai bentuk tanggung
jawab pada orang tuanya.
Aku jadi
ingat akan sosok Azis ini. Azis ini berperawakan tinggi jangkung dan sedikit
kurus. Hobinya membaca buku selain juga hobi berlama-lama di depan laptopnya.
Sejak dari sekolah dasar hobinya membaca Majalah Bobo, Panjebar Semangat, Jaya
baya, Koran Jawa Pos dan beberapa buku cerita bergambar. Ibunya telaten
mengajaknya pergi ke toko Buku atau bazar buku. Ketika kuliah ia sering pinjam
buku Ayahnya, baru dibawa pulang ke Trenggalek ketika sudah selesai dibaca.
Bila ada sisa uang bulanan ia akan membeli buku di pertokoan sekitar Malang.
Bu Akmal
kembali melanjutkan ceritanya, putranya akhirnya berangkat ke Jakarta. Azis
diterima bekerja di PT Mitra Integrasi Informatika sebagai Junior
developer. Yang membuatnya gembira putranya kos di rumah salah satu ketua RT di
dekat kantornya. Dengan harapan ada pengganti orang tua yang membimbinganya. Bahkan
Pak RT menganggapnya sebagai anggota keluarga. Awal Bulan Mei, Aziz mulai
mengikuti training. Kelihatannya ia mulai menyukai proses pembelajaran di sana,
dapat ilmu baru. Ilmu untuk memperdalam pengetahuan yang ia peroleh di bangku
kuliah. Banyak sekali ilmu terapan yang banyak membantunya belajar mengoding. Namun
di pertengahan kegiatan base camp, Azis tersandung kerikil yang membuat ibunya
terkejut. Ia minta ijin pulang ke Trenggalek.
Bu Akmal
menduga Azis belum berpengalaman bekerja dalam sebuah team work. Maka beliau menasehati putranya untuk kembali membangun
kepercayaan dalam timnya. Agar Azis tidak terlalu dominan dalam timnya. Belajar
mengutarakan gagasan santun tapi tegas, agar materi yang disampaikan mudah
dipahami klinnya. Belajar menghindari dan menahan diri untuk tidak mematahkan
pendapat orang lain. Hal lain yang Ibunya hafal dari karakter Azis adalah
kebiasaan hemat. Tidak suka mengikuti kegiatan bersama di luar kerja. Untuk ini
ibunya menyarankan agar sesekali untuk bergabung dengan anggota timnya, di luar
jam kerja. Karena ini dapat mendekatkan sesama anggota tim.
Ibunya juga
menasehati agar Azis bisa berjalan beriringan dengan anggota timnya. Kebiasaan
bekerja keras, sehingga kemungkinan selesai lebih dahulu tanpa menghiraukan
temannya. Inilah yang akan merenggangkan hubungan. Maka ini harus diperbaiki,
melakukan komunikasi dengan anggota lainnya, saling membantu dan meringankan
kendala yang dihadapi anggota timnya. Sehingga tidak timbul kesan mencari muka
dengan para mentor. Memulai bersama selesaipun juga bersamaan. Kebersamaan
harus dijaga agar tim menjadi harmonis.
Karena dunia
kerja tak semudah menempuh bangku kuliah yang terasa manis. Di kampus
diterapkan etika bertutur kata, berprilaku santun dan berkata bijak. Di dunia
kerja yang di hadiri pemuda dari berbagai suku, tentu karakter, logat bicara
dan etika beraneka ragam. Persaingan untuk mendapat job paling awal sangat
menantang diperebutkan. Gejolak muda muncul dalam sebuah kompetisi kerja. Bagi
Azis ini hal baru. Namun Azis telah patah sayapnya karena dibully teman satu
ruangan. Karena nampak menonjol di banding anggota tim lainnya. Jika emosi Azis
memuncak dan keinginan pulang tidak bisa dibendung, dampaknya harus mengganti beaya
training selama 3 bulan. Karena selama training sudah mendapat gaji dari
perusahaan,
Sebagai guru
sekolah dasar uang Rp25.000.000 nominalnya cukup besar. Selain itu sebagai
pemuda, Azis harus mewarisi jiwa tangguh para pendahulunya. Para pemuda yang
merintis persatuan bangsa. Dahulupun para pemuda lekat dengan kesukuannya,
namun akhirnya demi Indonesia mereka bersatu
padu mengikrarkan Sumpah Pemuda. Siang malam Bu Akmal berdoa agar putra
kembali rukun dengan para kompetitornya.
Hampir satu bulan Bu Akmal mengirimkan kalimat motivasi via WhatsApp, agar
kesedihan putranya terobati. Azis segera move on, bangkit dari keterpurukannya.
Dan memberi solusi agar belajar melakukan pendekatan kepada temannya. Dan
berlatih menyiapkan presentasi dengan baik. Agar dapat meyakinkan para audien
dan mereka bisa menerima hasil pekerjaannya.
Masa kritis
akhirnya dapat dilalui dan Azis mulai bekerja di MII seiring berakhirnya masa
training. Setelah berkali-kali presentasi, akhirnya Azis mulai dipekerjakan di
BNI Penjompongan. Dengan kontrak kerja selama 5 bulan. Beberapa hari bisa
bekerja dengan nyaman, namun ada sedikit kendala. Terjadi demo besar-besaran
yang di lakukan oleh mahasiswa dan kelompok masyarakat. Untuk menuju ke tempat
kerja harus berbaur dengan para demonstran. Harus berjalan cukup jauh karena
angkutan umum menghindari massa yang sedang demo mendekati gedung DPR. Dan
kejadian itu berlangsung berhari-hari.
Setelah
kontraknya terselesaikan Azis kembali ke MII. Ia mencoba ikut lowongan menjadi
pegawai intern MII. Apalagi kala itu pertama kalinya wabah corona masuk ke
Indonesia. Ternyata diterima sebagai pegawai intern. Namun ketika ada
permintaan pegawai untuk kantor anak cabang Astra, maka ia dipilih dan
ditugaskan bekerja di sana. Harus belajar berdampingan dengan covid-19. Sampai
hari ini masih bekerja di perusahaan tersebut. Dengan sistem kerja 1 minggu WFO
satu minggu berikut WFH. Karena pandemi ini semakin merajalela penularannya,
akan diadakan PSBB lagi. Jadi mulai Senin depan sudah Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) total. Berarti harus bekerja dan beribadah dari rumah
kembali.
Sejak putra
Bu Akmal bekerja meninggalkan Trenggalek menuju Jakarta, Beliau menjadi gemar
menulis. Menulis menurutnya dapat melupakan kesedihan yang bersemayam dalam
hati. Terutama ketika malam menjelang tidur, kerinduan kepada anak sulungnya
tak tertahankan. Apalagi di masa pandemi covid-19. Dengan berurai air mata
beliau berharap semoga anaknya diberikan kesehatan dan keteguhan iman. Dan pandemi
ini segera berakhir. Menjelang
peringatan sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 2020, Beliau berharap pandemi ini
segera musnah. Karena covid-19 ini menghambat
kinerja pemuda Indonesia.
Seringkali
Bu Akmal menasehati putranya, kerja di Ibu kota sangat kental dengan
keberagaman. Baik dari segi budaya maupun agama. Maka para pemuda hendaknya
saling menghargai. Berkompetisi secara positif. Menggelorakan kembali semangat sumpah pemuda dalam mengahadapi pandemi yang semakin meningkat di Ibu kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar