Jumat, 11 September 2020

MENGGELORAKAN SEMANGAT SUMPAH PEMUDA MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

 


Kemarin diajak Bu Akmal makan siang di warung Bu Sur yang legendaris bagi warga Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Warung itu menyediakan makanan khas Trenggalek nasi pecel, rawon dan soto ayam. Warung ini berada di di dekat jembatan kecamatan Durenan. Untuk lebih asyik berbincang-bincang kami mojok di ujung warung. Sambil menunggu hidangan disajikan Bu Akmal menceritakan putranya yang sedang bekerja di Jakarta. Beliau mulai menetes air mata. Aku ikut terbawa kondisi psikis Beliau, ikut trenyuh dan berkaca-kaca. Sekarang ini Jakarta dinyatakan dalam kondisi lebih darurat dari pada awal wabah corona masuk ke Indonesia. Setelah menyusut airmatanya, Beliau menceritakan awal mula putra nekat bekerja di Jakarta.

Teringat kala itu setelah selesai wisuda, anaknya ikut pulang ke Trenggalek. Namun beberapa hari kemudian, putra sulungnya kembali ke Malang untuk menyelesaikan beberapa kepentingan. Bu Akmal mengira putranya segera pulang dalam satu atau dua minggu. Namun ia tidak pulang selama dua bulan. Sering Bu Akmal menelepon untuk segera pulang dan mencari pekerjaan di kota Trenggalek. Ia tetap bersikukuh untuk tinggal beberapa minggu lagi di kota Malang, tanpa memberitahu alasan yang sebenarnya. Padahal semua barang sudah dibawa pulang dan sudah pamit kepada ibu kosnya.

Beberapa waktu kemudian putranya menelepon menceritakan pengalamannya, mencari kerja di kota Malang. Bu Akmal mendengarnya sedikit lega. Ia mengikuti job fair di kampusnya namun belum ada kejelasan dari perusahan tempat mengajukan lamaran. Karena batas waktu menunggu sudah berakhir ia  mencoba kembali mengikuti job fair di kampus lain. Kemudian mencoba ikut bursa kerja atau job fair yang diadakan kampus Universitas Brawijaya. Dan akhirnya diterima bekerja di sebuah perusahaan. Dalam teleponnya menceritakan perusahaan itu berada di kota besar. Azis, putra Bu Akmal tidak berani mengatakan pada ibunya, kota besar mana tempat ia diterima kerja. Takut ibunya khawatir dan tidak mengizinkannya. Dua hari kemudian Azis pulang, membawa perjanjian kontrak kerja. Betapa terkejut ibunya membaca kontrak kerja. Ternyata Azis diterima di sebuah perusahaan di Jakarta, dan dalam kontrak tersebut akan di training selama 3 bulan. Selama menjalani kontrak 2 tahun, jika mengundurkan diri harus mengembalikan kerugian perusahaan sebesar Rp25.000.000.

Bu Akmal akhirnya mengizinkan dan ikut menandatangani kontrak kerja itu sebagai bentuk persetujuan orang tua. Hatinya terketuk melihat keyakinan Aziz untuk mencoba hidup di Jakarta. Ia pemuda yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Dan sebagai ibu, Beliau harus menerapkan amanat gelora Sumpah Pemuda. Yang kala itu pada rapat ke II sumpah pemuda di gedung Oost-Java Bioscoop, dua pembicara Poernomo Woelan dan Sarmidi Mangoensarkoro memaparkan tentang pendidikan yang demokratis. Maka Bu Akmal ihklas mengizinkannya. Itulah pilihan hati anaknya. Jiwa muda yang berkobar dan semangat juang untuk mandiri dan bekerja. Bekerja sesuai dengan jurusan yang ia pilih ketika kuliah. Sebagai bentuk tanggung jawab pada orang tuanya.

Aku jadi ingat akan sosok Azis ini. Azis ini berperawakan tinggi jangkung dan sedikit kurus. Hobinya membaca buku selain juga hobi berlama-lama di depan laptopnya. Sejak dari sekolah dasar hobinya membaca Majalah Bobo, Panjebar Semangat, Jaya baya, Koran Jawa Pos dan beberapa buku cerita bergambar. Ibunya telaten mengajaknya pergi ke toko Buku atau bazar buku. Ketika kuliah ia sering pinjam buku Ayahnya, baru dibawa pulang ke Trenggalek ketika sudah selesai dibaca. Bila ada sisa uang bulanan ia akan membeli buku di pertokoan sekitar Malang.

Bu Akmal kembali melanjutkan ceritanya, putranya akhirnya berangkat ke Jakarta. Azis diterima bekerja di PT Mitra Integrasi Informatika sebagai Junior developer. Yang membuatnya gembira putranya kos di rumah salah satu ketua RT di dekat kantornya. Dengan harapan ada pengganti orang tua yang membimbinganya. Bahkan Pak RT menganggapnya sebagai anggota keluarga. Awal Bulan Mei, Aziz mulai mengikuti training. Kelihatannya ia mulai menyukai proses pembelajaran di sana, dapat ilmu baru. Ilmu untuk memperdalam pengetahuan yang ia peroleh di bangku kuliah. Banyak sekali ilmu terapan yang banyak membantunya belajar mengoding. Namun di pertengahan kegiatan base camp, Azis tersandung kerikil yang membuat ibunya terkejut. Ia minta ijin pulang ke Trenggalek.

Bu Akmal menduga Azis belum berpengalaman bekerja dalam sebuah team work. Maka beliau menasehati putranya untuk kembali membangun kepercayaan dalam timnya. Agar Azis tidak terlalu dominan dalam timnya. Belajar mengutarakan gagasan santun tapi tegas, agar materi yang disampaikan mudah dipahami klinnya. Belajar menghindari dan menahan diri untuk tidak mematahkan pendapat orang lain. Hal lain yang Ibunya hafal dari karakter Azis adalah kebiasaan hemat. Tidak suka mengikuti kegiatan bersama di luar kerja. Untuk ini ibunya menyarankan agar sesekali untuk bergabung dengan anggota timnya, di luar jam kerja. Karena ini dapat mendekatkan sesama anggota tim.

Ibunya juga menasehati agar Azis bisa berjalan beriringan dengan anggota timnya. Kebiasaan bekerja keras, sehingga kemungkinan selesai lebih dahulu tanpa menghiraukan temannya. Inilah yang akan merenggangkan hubungan. Maka ini harus diperbaiki, melakukan komunikasi dengan anggota lainnya, saling membantu dan meringankan kendala yang dihadapi anggota timnya. Sehingga tidak timbul kesan mencari muka dengan para mentor. Memulai bersama selesaipun juga bersamaan. Kebersamaan harus dijaga agar tim menjadi harmonis.

Karena dunia kerja tak semudah menempuh bangku kuliah yang terasa manis. Di kampus diterapkan etika bertutur kata, berprilaku santun dan berkata bijak. Di dunia kerja yang di hadiri pemuda dari berbagai suku, tentu karakter, logat bicara dan etika beraneka ragam. Persaingan untuk mendapat job paling awal sangat menantang diperebutkan. Gejolak muda muncul dalam sebuah kompetisi kerja. Bagi Azis ini hal baru. Namun Azis telah patah sayapnya karena dibully teman satu ruangan. Karena nampak menonjol di banding anggota tim lainnya. Jika emosi Azis memuncak dan keinginan pulang tidak bisa dibendung, dampaknya harus mengganti beaya training selama 3 bulan. Karena selama training sudah mendapat gaji dari perusahaan,

Sebagai guru sekolah dasar uang Rp25.000.000 nominalnya cukup besar. Selain itu sebagai pemuda, Azis harus mewarisi jiwa tangguh para pendahulunya. Para pemuda yang merintis persatuan bangsa. Dahulupun para pemuda lekat dengan kesukuannya, namun akhirnya demi Indonesia mereka  bersatu padu mengikrarkan Sumpah Pemuda. Siang malam Bu Akmal berdoa agar putra kembali  rukun dengan para kompetitornya. Hampir satu bulan Bu Akmal mengirimkan kalimat motivasi via WhatsApp, agar kesedihan putranya terobati. Azis segera move on, bangkit dari keterpurukannya. Dan memberi solusi agar belajar melakukan pendekatan kepada temannya. Dan berlatih menyiapkan presentasi dengan baik. Agar dapat meyakinkan para audien dan mereka bisa menerima hasil pekerjaannya.

Masa kritis akhirnya dapat dilalui dan Azis mulai bekerja di MII seiring berakhirnya masa training. Setelah berkali-kali presentasi, akhirnya Azis mulai dipekerjakan di BNI Penjompongan. Dengan kontrak kerja selama 5 bulan. Beberapa hari bisa bekerja dengan nyaman, namun ada sedikit kendala. Terjadi demo besar-besaran yang di lakukan oleh mahasiswa dan kelompok masyarakat. Untuk menuju ke tempat kerja harus berbaur dengan para demonstran. Harus berjalan cukup jauh karena angkutan umum menghindari massa yang sedang demo mendekati gedung DPR. Dan kejadian itu berlangsung berhari-hari.

Setelah kontraknya terselesaikan Azis kembali ke MII. Ia mencoba ikut lowongan menjadi pegawai intern MII. Apalagi kala itu pertama kalinya wabah corona masuk ke Indonesia. Ternyata diterima sebagai pegawai intern. Namun ketika ada permintaan pegawai untuk kantor anak cabang Astra, maka ia dipilih dan ditugaskan bekerja di sana. Harus belajar berdampingan dengan covid-19. Sampai hari ini masih bekerja di perusahaan tersebut. Dengan sistem kerja 1 minggu WFO satu minggu berikut WFH. Karena pandemi ini semakin merajalela penularannya, akan diadakan PSBB lagi. Jadi mulai Senin depan sudah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total. Berarti harus bekerja dan beribadah dari rumah kembali.

Sejak putra Bu Akmal bekerja meninggalkan Trenggalek menuju Jakarta, Beliau menjadi gemar menulis. Menulis menurutnya dapat melupakan kesedihan yang bersemayam dalam hati. Terutama ketika malam menjelang tidur, kerinduan kepada anak sulungnya tak tertahankan. Apalagi di masa pandemi covid-19. Dengan berurai air mata beliau berharap semoga anaknya diberikan kesehatan dan keteguhan iman. Dan pandemi  ini segera berakhir. Menjelang peringatan sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 2020, Beliau berharap pandemi ini segera musnah. Karena covid-19 ini  menghambat kinerja pemuda Indonesia.

Seringkali Bu Akmal menasehati putranya, kerja di Ibu kota sangat kental dengan keberagaman. Baik dari segi budaya maupun agama. Maka para pemuda hendaknya saling menghargai. Berkompetisi secara positif. Menggelorakan kembali semangat sumpah pemuda dalam mengahadapi pandemi yang semakin meningkat di Ibu kota. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar