Paparan
covid-19 telah berakar ke ujung dusun. Hampir separoh lebih warga dusun
merasakan demam, batuk, pilek, kehilangan kemampuan membau, dan kehilangan
nafsu makan. Beberapa hari yang lalu, keponakan yang memiliki penyakit bawaan lambung dan autoimun juga mengalaminya. Merasakan hal yang sama, gejala paparan covid tahap sedang. Semakin lama semakin turun stamina.
Akhirnya dibawa ke RSU, selang beberapa jam dinyatakan positif dan meninggal.
Berita ini meluluh lantakkan semua semangat. Meskipun berusaha untuk tawakal.
Keesokan harinya suami dari ibu kepala madrasah, juga meninggal dunia. Setelah
Beliau sakit muntah-muntah, stamina menurun dan nafsu makan hilang. Setengah
jam masuk ruang ICU, Beliau dinyatakan meninggal. Berita duka ini benar-benar
mengendorkan semangat. Meskipun yakin bahwa semua adalah takdir dari
Allah.
Beberapa
hari yang lalu, di pagi buta. Dibangunkan oleh
seorang Bapak yang nampak menahan
kesedihan yang mendalam. Istrinya dinyatakan positif covid-19. Merasa bahwa perawatan
di rumah sakit kurang baik akhir-akhir ini. Beliau merawat istrinya di rumah,
ISOMAN. Pagi ini istrinya merasakan sesak, terpaksa harus dibawa ke rumah
sakit. Beliau hubungi kepala desa agar mengantarkan istrinya. Namun kepala desa
tidak bersedia. Kepala desa menyarankan untuk melaporkan ke kepala dusun
setempat. Kepala dusun yang dimintai bantuan juga tidak bersedia. Akhirnya ia
minta bantuan bidan desa. Bidan desa menyanggupi nanti ketika sudah siang. Beliau akan mengusahakan ambulan, namun si pasien dalam kondisi makin darurat.
Akhirnya ia meminta bantuan tetangga terdekat untuk mengantar ke rumah sakit. Untung tetangga dekat bersedia. Meskipun ia secara jujur mengatakan istrinya positif covid-19. Namun tetangga yang baik itu bersedia mengantar, walau hanya sampai depan rumah sakit. Tidak bisa membantu mengusahakan kamar. Segerelah diantar sampai rumah sakit. Di depan rumah sakit ada seorang pasien yang terpapar covid-19 dalam kondisi parah sekali dan tidak bisa diterima. Akhirnya dibawa pulang. Beruntung ibu tersebut bisa diterima meskipun belum dapat alat bantu pernapasan dan kamar. Yang penting sudah dalam penanganan dokter.
Bidan desa dan fihak babinkamtibmas datang ke rumah pasien pada pukul 12.00. Dengan menggunakan APD lengkap. Mereka datang setelah pasien diantar orang awam ke rumah sakit. Mungkin mereka takut terpapar atau memang begitu aturan protokol kesehatan. Bagaimana nasib keluarga penolong yang terketuk hatinya mengantar pasien? Sementara semua satgas yang dihubungi enggan memberi bantuan. Semoga Allah menolong tetangga yang telah ikhlas memberikan bantuan. Karena keluarga pasien dalam kondisi kebingungan, hendak mencari bantuan.
Semoga segera sembuh
BalasHapusTerimakasih Prof.
BalasHapus