Senin, 02 Agustus 2021

Bagaimana Nasib Sang Penolong?

 

Paparan covid-19 telah berakar ke ujung dusun. Hampir separoh lebih warga dusun merasakan demam, batuk, pilek, kehilangan kemampuan membau, dan kehilangan nafsu makan. Beberapa hari yang lalu, keponakan yang memiliki penyakit bawaan lambung dan autoimun juga mengalaminya. Merasakan hal yang sama, gejala paparan covid tahap sedang. Semakin lama semakin turun stamina. Akhirnya dibawa ke RSU, selang beberapa jam dinyatakan positif dan meninggal. Berita ini meluluh lantakkan semua semangat. Meskipun berusaha untuk tawakal. Keesokan harinya suami dari ibu kepala madrasah, juga meninggal dunia. Setelah Beliau sakit muntah-muntah, stamina menurun dan nafsu makan hilang. Setengah jam masuk ruang ICU, Beliau dinyatakan meninggal. Berita duka ini benar-benar mengendorkan semangat. Meskipun yakin bahwa semua adalah takdir dari Allah.

Beberapa hari yang lalu, di pagi buta. Dibangunkan  oleh  seorang Bapak yang  nampak menahan kesedihan yang mendalam. Istrinya dinyatakan positif covid-19. Merasa bahwa perawatan di rumah sakit kurang baik akhir-akhir ini. Beliau merawat istrinya di rumah, ISOMAN. Pagi ini istrinya merasakan sesak, terpaksa harus dibawa ke rumah sakit. Beliau hubungi kepala desa agar mengantarkan istrinya. Namun kepala desa tidak bersedia. Kepala desa menyarankan untuk melaporkan ke kepala dusun setempat. Kepala dusun yang dimintai bantuan juga tidak bersedia. Akhirnya ia minta bantuan bidan desa. Bidan desa menyanggupi nanti ketika sudah siang. Beliau akan mengusahakan ambulan, namun si pasien dalam kondisi makin darurat.

Akhirnya ia meminta bantuan tetangga terdekat untuk mengantar ke rumah sakit. Untung tetangga dekat bersedia. Meskipun ia secara jujur mengatakan istrinya positif covid-19. Namun tetangga yang baik itu bersedia mengantar, walau hanya sampai depan rumah sakit. Tidak bisa membantu mengusahakan kamar. Segerelah diantar sampai rumah sakit. Di depan rumah sakit ada seorang pasien yang terpapar covid-19 dalam kondisi parah sekali dan tidak bisa diterima. Akhirnya dibawa pulang. Beruntung ibu tersebut bisa diterima meskipun belum dapat alat bantu pernapasan dan kamar. Yang penting sudah dalam penanganan dokter. 

Bidan desa dan fihak babinkamtibmas datang ke rumah pasien pada pukul 12.00. Dengan menggunakan APD lengkap. Mereka datang setelah pasien diantar orang awam ke rumah sakit. Mungkin mereka takut terpapar atau memang begitu aturan protokol kesehatan. Bagaimana nasib keluarga penolong yang terketuk hatinya mengantar pasien? Sementara semua satgas yang dihubungi enggan memberi bantuan. Semoga Allah menolong tetangga yang telah ikhlas memberikan bantuan. Karena keluarga pasien dalam kondisi kebingungan, hendak mencari bantuan. 

2 komentar: