Mentari
pagi mulai menyengat. Terkesima melihat dari dekat. Para veteran berkumpul di
sebuah rumah, berseragam coklat. Coklat
pekat. Di kecamatan Pogalan sebanyak itu veteran. Gumamku penuh kebanggaan.
Sepanjang jalan menuju ke rumah, melamunkan perjuangan mereka melawan
penjajah. Seperti pejuang lainnya mempertahankanmu, Ibu Pertiwi. Mereka pernah
diadu domba, disiksa, ataupun dipenjara. Bahkan hasil bumipun pun tak bisa mereka nikmati kala itu. Rempah-rempah dijarah. Jikalaupun dibeli dengan harga murah. Mereka bangkit dari sikap kesukuan, bersatu dalam organisasi nasional pertama. Bangkit dan berjuang. Para pejuang juga bergerilya, meski hanya bersenjata bambu runcing. Suatu ketika Negara Matahari Terbit,
terjepit oleh Sekutu. Merupakan titik terang menuju negara berdaulat. Pelan
tapi pasti persiapan menuju kemerdekaan mulai bersinar. Meski sedikit terseok,
diujung keretakan. Akibat kalimat yang tercantum dalam Piagam Jakarta.
‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’.
Nilai-nilai kecintaan para pejuang terhadap persatuan bangsa mampu meredakan
keretakan ini. Dengan penuh kebijakan mengubah bunyi dasar negara.
Ibu
Pertiwi… Semangat mereka membahana ketika proklamasi dibacakan di jalan
Pegangsaan. Ibu Pertiwiku telah merdeka. Makna proklamasi begitu mendalam
bagimu. Sebagai puncak perjuangan. Karena telah dijajah selama bertahun-tahun
oleh negara-negara Eropa hingga negara Jepang. Para pahlawan berhasil
mewujudkan proklamasi kemerdekaan. Mampu menaikkan martabat Ibu Pertiwi.
Sebagai negara yang bermartabat dan mandiri. Tidak bergantung pada negara lain.
Kemerdekaan merupakan tonggak sejarah, Ibu pertiwi terbebas dari belenggu
penjajahan. Meskipun sesudah pembacaan proklamasi masih banyak yang harus dipertahankan.
Mempertahankan
lebih sulit dari pada memperjuangkannya. Perjuangan melalui pertempuran maupun
diplomasi. Ketika Belanda berupaya menumpang tentara sekutu, AFNEI. Surabaya
terkoyak, timbul pertempuran 10 November. Ribuan rakyat Surabaya gugur dalam pertempuran
tersebut. Ambarawa melakukan perlawanan gigih ketika sekutu ingin mengambil
alih kota tersebut. Pertempuran Medan Area bergolak ketika sekutu mulai
menjarah di kota tersebut. Bandung lautan berkobar. Rakyat Bandung melakukan
pembakaran terhadap gedung-gedung penting agar tidak dapat digunakan sebagai
markas pertahanan tentara sekutu. Perjuangan melalui diplomasi menghasilkan beberapa
perundingan, mulai dari Linggarjati, Renville, KMB. Hingga akhirnya dunia
mengakui Ibu Pertiwi menjadi NKRI.
Sebagai
bangsa yang besar selalu menghargai jasa pahlawannya. Setiap 17 Agustus warga
merayakannya dengan gegap gempita. Namun kini sudah dua tahun, merayakannya
dengan dengan sederhana. Berlinang air mata. Karena Ibu Pertiwi sedang bersusah
hati. Pandemi telah mengoyak kenyamanan kami. Banyak anak-anak yang menjadi
yatim piatu. Banyak yang kehilangan suami/istri. Kami, anak bangsamu sedang
tidak baik-baik saja. Bertahan dalam kesedihan. Mencoba untuk tangguh dan
pantang menyerah. Meneruskan perjuangan para pendiri bangsa. Dirgahayu Ibu Pertiwi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar