Selasa, 17 Agustus 2021

Tulisan untuk Ibu Pertiwi

 

Mentari pagi mulai menyengat. Terkesima melihat dari dekat. Para veteran berkumpul di sebuah rumah, berseragam  coklat. Coklat pekat. Di kecamatan Pogalan sebanyak itu veteran. Gumamku penuh kebanggaan. Sepanjang jalan menuju ke rumah, melamunkan perjuangan mereka melawan penjajah. Seperti pejuang lainnya mempertahankanmu, Ibu Pertiwi. Mereka pernah diadu domba, disiksa, ataupun dipenjara. Bahkan hasil bumipun pun tak bisa mereka nikmati kala itu. Rempah-rempah dijarah. Jikalaupun dibeli dengan harga murah. Mereka bangkit dari sikap kesukuan, bersatu dalam organisasi nasional pertama. Bangkit dan berjuang. Para pejuang juga bergerilya, meski hanya bersenjata bambu runcing. Suatu ketika Negara Matahari Terbit, terjepit oleh Sekutu. Merupakan titik terang menuju negara berdaulat. Pelan tapi pasti persiapan menuju kemerdekaan mulai bersinar. Meski sedikit terseok, diujung keretakan. Akibat kalimat yang tercantum dalam Piagam Jakarta. ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’. Nilai-nilai kecintaan para pejuang terhadap persatuan bangsa mampu meredakan keretakan ini. Dengan penuh kebijakan mengubah bunyi dasar negara.

Ibu Pertiwi… Semangat mereka membahana ketika proklamasi dibacakan di jalan Pegangsaan. Ibu Pertiwiku telah merdeka. Makna proklamasi begitu mendalam bagimu. Sebagai puncak perjuangan. Karena telah dijajah selama bertahun-tahun oleh negara-negara Eropa hingga negara Jepang. Para pahlawan berhasil mewujudkan proklamasi kemerdekaan. Mampu menaikkan martabat Ibu Pertiwi. Sebagai negara yang bermartabat dan mandiri. Tidak bergantung pada negara lain. Kemerdekaan merupakan tonggak sejarah, Ibu pertiwi terbebas dari belenggu penjajahan. Meskipun sesudah pembacaan proklamasi masih banyak yang harus dipertahankan.

Mempertahankan lebih sulit dari pada memperjuangkannya. Perjuangan melalui pertempuran maupun diplomasi. Ketika Belanda berupaya menumpang tentara sekutu, AFNEI. Surabaya terkoyak, timbul pertempuran 10 November. Ribuan rakyat Surabaya gugur dalam pertempuran tersebut. Ambarawa melakukan perlawanan gigih ketika sekutu ingin mengambil alih kota tersebut. Pertempuran Medan Area bergolak ketika sekutu mulai menjarah di kota tersebut. Bandung lautan berkobar. Rakyat Bandung melakukan pembakaran terhadap gedung-gedung penting agar tidak dapat digunakan sebagai markas pertahanan tentara sekutu. Perjuangan melalui diplomasi menghasilkan beberapa perundingan, mulai dari Linggarjati, Renville, KMB. Hingga akhirnya dunia mengakui Ibu Pertiwi menjadi NKRI.

Sebagai bangsa yang besar selalu menghargai jasa pahlawannya. Setiap 17 Agustus warga merayakannya dengan gegap gempita. Namun kini sudah dua tahun, merayakannya dengan dengan sederhana. Berlinang air mata. Karena Ibu Pertiwi sedang bersusah hati. Pandemi telah mengoyak kenyamanan kami. Banyak anak-anak yang menjadi yatim piatu. Banyak yang kehilangan suami/istri. Kami, anak bangsamu sedang tidak baik-baik saja. Bertahan dalam kesedihan. Mencoba untuk tangguh dan pantang menyerah. Meneruskan perjuangan para pendiri bangsa. Dirgahayu Ibu Pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar