Sudah 2 minggu ini, si kecil meminta dibuatkan bakso. Ia tahu ada beberapa kotak yang berisi daging dalam lemari es. Minggu kemarin setelah gowes saya bawa satu kotak ke tukang giling daging. Tukang giling di daerah Bandung, dekat perempatan. Sesampai di sana tukang giling telah membersihkan peralatannya, sehingga tidak bersedia. Ia menyarankan untuk datang besok pagi sebelum pukul 08.00 WIB. Hari itu saya datang pukul 11.00. Ia menyarankan untuk menggilingkan daging ke daerah Suwaru, sebuah rumah yang ada patung sapinya. Setelah menuju ke sana, juga sudah tutup. Pemilik gilingan meminta saya datang besok pagi antara pukul 02.00 dini hari sampai pukul 09.00. Akhirnya menuju gilingan Bendorejo, di sanapun juga telah tutup. Demi menyenangkan anak. Namun karena minggu ini, setiap pagi hari hujan deras maka enggan untuk pergi ke tukang giling daging.
Alhamdulillah
pagi ini cuaca bersahabat. Maka segera berangkat ke tukang giling yang berada
di depan pasar Bendo. Pukul 06.30 WIB
sampai di sana banyak tukang bakso yang sedang mengantri. Ada yang mengaduk
adonan, ada pula yang mengiris daging menjadi bagian yang lebih kecil. Saya
menuju tukang giling daging. Langsung dilihat, ternyata dagingnya membatu.
Maklum baru keluar dari lemari es. Tukang giling meminta daging itu
dipotong-potong sambil menunggu esnya mencair. Ia mempersilahkan saya meminta
bantuan seorang bapak yang sedang menggunakan topi terbalik. Perkiraan saya ia
karyawan tukang giling daging. Karena sejak tadi sibuk memotong daging ayam.
Ternyata ia tukang bakso. Ia berkenan memotong daging, meskipun agak sulit
karena membatu. Setelah dipotong-potong saya bawa mendekat tukang giling. Si
tukang giling mengatakan potongan daging kurang kecil. Agar tidak merepotkan
orang lain, saya potong sendiri. Meminjam pisau milik tukang giling.
Setelah
daging terpotong kecil-kecil, tukang giling meminta saya membeli kebutuhan
untuk campuran daging. Ada toko yang menyiapkan kebutuhan buat bakso. Toko itu
tidak jauh dari tempat giling daging. Si Penjual bertanya bakso mau dibuat enak
atau biasa. Saya jawab dibuat enak. Penjual menyiapkan 2 tepung yang berbeda
merk, 1 sachet royco daging, 1 sachet ladaku, 3 telur ayam, beberapa siung bawang
putih dan garam. Setelah itu si tukang giling memasukkan sebagian bahan ke dalam daging yang
telah digiling. Sebagian lagi dimasukkan ketika daging hendak dimasukkan dalam mesin
pengaduk. Sehingga menjadi adonan yang lembut dan lentur. Untuk 1,5 kg daging
membutuhkan beaya Rp 36.000. Dengan rincian untuk membeli bahan Rp26.000, sedangkan beaya selip hanya Rp10.000.
Adonan
saya masukkan ke dalam lemari es. Saya
dan suami berangkat buwuh ke Pule.
Sepulang dari Pule adonan hendak diolah menjadi bakso. Memanaskan air dalam panci.
Setelah mendidih adonan diletakkan ke dalam tangan. Ditekan dengan mengepalkan telapak tangan. Dikeluarkan
di antara lingkar ibu jari dan telunjuk.
Setelah adonan menempel di atas kepalan tangan diambil dengan sendok. Adonan
dimasukkan dalam air mendidih. Selang beberapa menit, bakso mengapung dan
ditiriskan. Waktunya membuat kuah bakso. Saya minta si kecil browsing cara
membuat kuah bakso. Ia telah menemukan resep membuat kuah bakso dengan bahan: 8
siung bawang putih, 7 butir kemiri, dan mrica. Semua bahan disangrai. Setelah
dilembutkan dimasukkan ke dalam air, sebanyak 5 liter air. Kuah yang mendidih ditambahkan gula
dan garam secukupnya. Ditaburi bawang goreng, daun bawang pre dan sledri.
Karena
perjalanan ke Pule yang melelahkan, sayapun tidur siang. Namun semua sajian yang
terkait bakso sudah rapi di meja makan. Seperti irisan kol, sledri, mi yang
telah direbus, saus tomat, kecap dan sambal. Setelah saya bangun, si kecil nampak
menikmati bakso dengan lahapnya. Saya tanya,” Enak, Le?” Dengan manyun ia menjawab, “ Enak Buk, tapi baksonya nggak
bulat. Lonjong seperti telur. Dengan tergesa-gesa saya ambil bakso, dipanci.
Lha dalah…baksonya menyerupai telur ayam, berbentuk oval. Tiga buah bakso saya
masukkan dalam mangkok dengan bumbu dan kuahnya. Hemmm…mantab badai. Enak
sekaali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar