Hari
ini tanggal 25 Agustus 2021, melaksanakan pembelajaran tatap muka. Meskipun
hanya 90 menit. Berangkat pukul 07.00 ke
MIM Kamulan. Anak-anak rajin sekali, sudah siap di sekolah. Maka segera membuka
pintu kantor, dan mengambil kunci kelas VI. Betapa terkejut kelas VI nampak berantakan. Padahal di awal tahun ajaran baru telah
saya tata rapi dengan jumlah bangku 19. Setelah menengok ke kelas V ternyata bangku
tersebut pindah ke kelas tersebut. Bangku kelas V menumpuk di depan papan tulis
kelas VI. Rasa ingin tahu saya terjawab, mungkin bangku kelas VI dipakai untuk membuat
video praktik pembelajaran (peerteaching) guru yang sedang PLPG virtual. Maka
dengan ikhlas menata bangku lagi bersama anak laki-laki. Sedangkan anak-anak
perempuan membersihkan kelas.
Pembelajaran
hari ini membahas tema 2 subtema 1 tentang persatuan dalam perbedaan.
Menceriterakan kehidupan warga di sebuah kampung yang bernama Kampung Cempaka. Kampung
ini merupakan kampung transmigran. Seorang siswa kelas VI yang bernama Alfaroq
menanyakan makna transmigran. Maksudnya mengapa Kampung Cempaka dinamakan kampung
transmigran? Kemudian siswa lain menjawab karena kampung tersebut warganya
berasal dari beberapa daerah padat di Pulau Jawa. Adanya perpindahan penduduk dari suatu provinsi ke provinsi lainnya. Diskusi makin asyik ketika
ada siswa yang menanyakan perbedaan apa saja yang terdapatkan pada kehidupan
warga Kampung Cempaka tersebut? Siswa
lainnya saya persilahkan menemukan jawabannya dengan membaca pemahaman teks
yang berjudul ‘Perbedaan yang Menguatkan'.
Ketika
siswa mulai mencari perbedaan yang terdapat di kampung tersebut. Saya sambil
berkeliling kelas, tapi tetap jaga jarak dan memakai masker. Beberapa siswa telah
mencatat dibukunya beberapa temuan jawaban. Ingatan saya melayang beberapa
tahun lalu ketika ikut kakak di desa Rawan Condong, Ogan Komering, Sumatera
Selatan. Desa Cempaka mirip dengan desa Rawan Condong. Warganya berasal dari Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Mereka hidup rukun saling membantu
sama lainnnya. Setelah siswa mencatat semua perbedaan, beberapa diantaranya
membacakan temuannya. Ternyata mereka mudah menemukan jawabannya. Bahkan mampu menemukan
cara menyikapi perbedaan dan mampun memberi pendapat manfaat hidup rukun
meskipun dalam perbedaan.
Diskusi
dilanjutkan dengan membahas tarian Lego-Lego. Sebuah tarian dari Kabupaten Alor
Nusa Tenggara Timur. Tarian yang semula merupakan tarian perang ini, akhirnya
digunakan sebagai upacara untuk menyambut tamu. Tarian ini memiliki pola lantai
melingkar. Rasa ingin tahu anak-anak tentang pola lantai melingkar sangat
tinggi. Mereka bertanya tentang pola lantai lain dalam sebuah tarian. Karena seorang
penari harus menguasai perpindahan, pergerakan dan pergeseran posisi saat
menari. Pola lantai sejatinya adalah pola denah yang harus dikuasai oleh
seorang penari dan berfungsi untuk membuat posisi dalam sebuah ruang pertunjukan/pagelaran tari.
Siswa mendiskusikan juga bentuk-bentuk pola lantai tarian. Seperti pola lantai
lurus, diagonal dan melengkung. Karena contoh dalam pembahasan tersebut
kebanyakan pola lantai tarian dari daerah luar Jawa Timur. Maka seorang siswa
bertanya tentang tari dari daerah Jawa Timur dan jenis pola lantainya. Seperti
pola lantai tari Reog Ponorogo, tari Remo, dan tari jaranan.
Diskusi
sangat menarik, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 dan saya harus
menghadiri rapat rutin ASN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar