Rabu, 11 Agustus 2021

Ronda Thethek Penangkal Pageblug

 

Beberapa hari yang lalu dikejutkan oleh tetabuhan tengah malam. Entahlah! Puluhan  warga membawa peralatan untuk dipukul. Sejenis alat musik perkusi tradisional. Karena terdengar dari beberapa arah, maka saya mencari informasi ke beberapa teman. Ternyata Bapak-Bapak Kepala Dusun menyerukan kepada warganya untuk ikut meronda. Selain untuk menjaga keamanan ronda ini digunakan untuk menangkal pageblug. Dengan membunyikan alat perkusi diharapkan pandemi segera berakhir. Akhir-akhir ini hampir semua warga kampung merasakan gejala ringan paparan covid-19. Beberapa dari mereka ada yang mengalami gejala kronis. Setiap hari ada saja warga yang meninggal karena virus ini. Warga yang semula tidak percaya dengan covid-19, akhirnya menyadari betapa menakutkannya virus ini.

Ronda thethek keliling kampung seperti itu, tentunya menimbulkan tanda tanya bagi anak kecil. Mungkinkah pandemi berakhir dengan tetabuhan seperti itu? Secara logika memang tidak ada hubungannya. Pandemi akan berakhir jika semua warga mematuhi protokol kesehatan. Mematuhi aturan 5 M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menghindari kerumanan. Juga mengonsumsi makanan yang sehat. Jika masyarakat masih saja berkerumun, meskipun terpapar masih mengikuti kegiatan. Masih masuk kerja, tidak mau menjaga keselamatan orang lain. Tentunya akan menyebabkan virus mudah berkembangbiak dengan cepat. Bahkan ada informasi satu kantor, hampir semua pegawainya terpapar covid-19.

Agar anak-anak puas, maka saya mencoba menceritakan pengalaman Christopher Columbus pada tanggal 29 Pebruari 1504. Kisah ini pernah diceritakan oleh dosen saya kala masih kuliah di UMM. Penjelajah dunia Christopher Columbus kehabisan bekal dalam perjalanannya. Maka ia menepi di dekat Pantai Utara Jamaica. Christopher Columbus meminta bantuan kepada penduduk setempat. Supaya berkenan memberikan hasil panennya kepada awak kapalnya. Namun ditolak oleh penduduk setempat. Sampailah pada malam hari terjadi gerhana bulan total. Suku Indian sangat panik dan membunyikan tetabuhan, dengan cara seperti itu mereka percaya bahwa naga raksasa segera memutahkan bulan yang sedang ditelannya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Christopher Columbus untuk meminta imbalan kepada suku Indian. Jika suku Indian memberikan sebagian hasil panennya, maka Christopher Columbus dapat memaksa naga memuntahkan bulan.

Maka suku Indian bergegas memberikan hasil panennya kepada anak buah Christopher Columbus. Christopher Columbus mempersilahkan suku indian menunggu dalam waktu 5 jam. Dalam kurun waktu itu bulan purnama akan muncul, karena naga memuntahkannya dari mulutnya. Ternyata benar! Setelah kurang lebih 5 jam, bulan yang semula lenyap kini muncul kembali. Berdasarkan mitos suku indian gerhana bulan terjadi akibat bulan ditelan naga. Maka harus membunyikan tetabuhan. Mungkin inilah yang menyebabkan Kepala Dusun meminta warganya membunyikan tetabuhan. Padahal gerhana bulan akan terjadi jika matahari, bumi dan bulan dalam satu garis lurus. Atau bulan bergerak menuju umbra bumi. Ketika bulan keluar dari umbra dan penumbra, maka akan terjadi bulan purnama. Waktu yang dibutuhkan bulan bergerak dari penumbra, umbra dan penumbra kurang lebih 4 sampai dengan 5 jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar