Kemarin,
tepat pukul 16.05 WIB saya mendapat ajakan dari Ibu Kanjeng Sri Sugiastuti
untuk berpartisipasi membuat buku antologi dalam rangka menyambut Hari Ibu
tahun 2020. Tulisan berupa puisi dengan tema ‘ Bundaku’. Terhenyak
sesaat, teringat ibuku yang terbaring sakit. Jadi teringat ketika saya masih
sekolah dasar, Beliau selalu ada untuk anak-anaknya. Mulai membangunkan pagi,
sholat subuh, menyiapkan sarapan bahkan mengingatkan buku yang hendak dibawa ke sekolah. Begitu
pula ketika saya memasuki Sekolah Pendidikan Guru. Beliau tetap melakukan
pendampingan sampai ingat betul waktu bis ‘Sahabat’ berhenti di depan rumah.
Siswa sekolah dengan ekonomi menengah ke bawah lebih suka naik bis Sahabat.
Karena harga karcisnya lebih murah dari bis Harapan Jaya. Sampai pada awal saya
hijrah ikut mertua, Beliau setiap sepekan sekali, mengantar belanjaan dapur
dititipkan pada tetangga yang jualan di pasar Durenan. Ibuku tempat
menyandarkan kepala ketika lelah dan gelisah.
Begitu
pula ibu temanku yang selalu ada dan siap mendampingi putranya yang positif
covid-19. Ia tidak pulang ke rumah mertua, tapi ia pulang, berada di pangkuan ibunya. Ibunya yang
selalu menerima putranya dalam keadaan apapun. Saya melihat senyumnya yang
meneduhkan, kala itu pula air mata saya menetes. Ibu selalu ada untuk
anak-anaknya. Dalam keadaan suka atau menderita. Beliau sebagai single parent
membesarkan putra putrinya dengan tangguh, sampai dewasa dan mandiri. Raut
wajahnya yang cantik dan meneduhkan lebih memilih sendiri membesarkan buah
hatinya. Padahal banyak pria yang ingin mengajaknya berumah tangga. Semoga
Beliau diberi kesehatan dan kekuatan menerima ujian dari Allah.
Sejenak
ingat pesan Ayahku, dalam hidup kita berpedoman padan Alquran dan As-sunnah.
Namun ada ayat Allah yang tersirat di alam yang dapat diteladani. Misalnya
kebajikan yang dilakukan orang lain, kearifan sikap para ulama, perjuangan para
kepala keluarga mencari nafkah dan lain-lain. Dari ayat Allah yang tersirat di
alam, perilaku negatif wargapun bisa jadi ilmu untuk segera ditelaah. Perilaku
negatif tersebut tidak perlu diikuti karena sejatinya kelak mereka akan
menerima azab baik di dunia maupun akhirat, bila benar – benar direnungkan.
Misalnya banyak para ibu yang menjajakan diri demi kesenangan belaka, enggan bekerja.
Mencari jalan pintas untuk mendapatkan harta berlimpah. Namun akhirnya hidup
mereka terpuruk dalam kenistaan. Untuk itu saya akan membuat beberapa puisi
untuk para Bunda di luar sana, terutama ibuku yang sangat kucintai. Ibu-ibu
yang gigih memperjuangkan masa depan buah hatinya baik dalam mencari nafkah,
membimbing, dan memberi teladan tentang selaksa kebajikan.
Syair untuk Bunda
Bundaku,
tempatku merebahkan kepala
Kini
tubuhmu terbaring tak berdaya
Tiada
mampu kubertutur kata
Pipi
ini berurai air mata
Jemarimu
lemas
Tiada
mampu membalas
Rengkuhanku
nan antusias
Kemarin
ragamu penuh totalitas
Gigih
bekerja, handal selalu tangkas
Kini
jadi melemah lumpuh layuh
Ke
mana kuhendak bersimpuh
Sedang
dadaku bergemuruh
Hendak
meluapkan keluh
Benar
benar rapuh
Seketika
daku tersadar
Hanya
Allah Sang Maha Besar
Tempatku
layak bersujud pun bersandar
Sang
Khalik Maha Penyabar, ya Rabulgafar
Trengalek, 03 Desember 2020
Ibu adalah sosok yang luar biasa dalam hidup saya dan mayoritas orang termasuk njenengan. Semoga Ibu njenengan segera diberikan kesehatan. Dan dapat menjadi peneduh hati njenengan. Amiin
BalasHapusTerimakasih doanya.
BalasHapus