Rabu, 02 Desember 2020

SYAIR UNTUK BUNDA MENJELANG HARI IBU

 


Kemarin, tepat pukul 16.05 WIB saya mendapat ajakan dari Ibu Kanjeng Sri Sugiastuti untuk berpartisipasi membuat buku antologi dalam rangka menyambut Hari Ibu tahun 2020. Tulisan berupa puisi dengan tema ‘ Bundaku’. Terhenyak sesaat, teringat ibuku yang terbaring sakit. Jadi teringat ketika saya masih sekolah dasar, Beliau selalu ada untuk anak-anaknya. Mulai membangunkan pagi, sholat subuh, menyiapkan sarapan bahkan mengingatkan  buku yang hendak dibawa ke sekolah. Begitu pula ketika saya memasuki Sekolah Pendidikan Guru. Beliau tetap melakukan pendampingan sampai ingat betul waktu bis ‘Sahabat’ berhenti di depan rumah. Siswa sekolah dengan ekonomi menengah ke bawah lebih suka naik bis Sahabat. Karena harga karcisnya lebih murah dari bis Harapan Jaya. Sampai pada awal saya hijrah ikut mertua, Beliau setiap sepekan sekali, mengantar belanjaan dapur dititipkan pada tetangga yang jualan di pasar Durenan. Ibuku tempat menyandarkan kepala ketika lelah dan gelisah.

Begitu pula ibu temanku yang selalu ada dan siap mendampingi putranya yang positif covid-19. Ia tidak pulang ke rumah mertua, tapi ia  pulang, berada di pangkuan ibunya. Ibunya yang selalu menerima putranya dalam keadaan apapun. Saya melihat senyumnya yang meneduhkan, kala itu pula air mata saya menetes. Ibu selalu ada untuk anak-anaknya. Dalam keadaan suka atau menderita. Beliau sebagai single parent membesarkan putra putrinya dengan tangguh, sampai dewasa dan mandiri. Raut wajahnya yang cantik dan meneduhkan lebih memilih sendiri membesarkan buah hatinya. Padahal banyak pria yang ingin mengajaknya berumah tangga. Semoga Beliau diberi kesehatan dan kekuatan menerima ujian dari Allah.

Sejenak ingat pesan Ayahku, dalam hidup kita berpedoman padan Alquran dan As-sunnah. Namun ada ayat Allah yang tersirat di alam yang dapat diteladani. Misalnya kebajikan yang dilakukan orang lain, kearifan sikap para ulama, perjuangan para kepala keluarga mencari nafkah dan lain-lain. Dari ayat Allah yang tersirat di alam, perilaku negatif wargapun bisa jadi ilmu untuk segera ditelaah. Perilaku negatif tersebut tidak perlu diikuti karena sejatinya kelak mereka akan menerima azab baik di dunia maupun akhirat, bila benar – benar direnungkan. Misalnya banyak para ibu yang menjajakan diri demi kesenangan belaka, enggan bekerja. Mencari jalan pintas untuk mendapatkan harta berlimpah. Namun akhirnya hidup mereka terpuruk dalam kenistaan. Untuk itu saya akan membuat beberapa puisi untuk para Bunda di luar sana, terutama ibuku yang sangat kucintai. Ibu-ibu yang gigih memperjuangkan masa depan buah hatinya baik dalam mencari nafkah, membimbing, dan memberi teladan tentang selaksa kebajikan.

Syair untuk Bunda

Bundaku, tempatku merebahkan kepala

Kini tubuhmu terbaring tak berdaya

Tiada mampu kubertutur kata

Pipi ini berurai air mata

Jemarimu lemas

Tiada mampu membalas

Rengkuhanku nan antusias

Kemarin ragamu penuh totalitas

Gigih bekerja, handal selalu tangkas

Kini jadi melemah lumpuh layuh

Ke mana kuhendak bersimpuh

Sedang  dadaku bergemuruh

Hendak meluapkan keluh

Benar benar rapuh

Seketika daku tersadar

Hanya Allah Sang Maha Besar

Tempatku layak bersujud pun bersandar

Sang Khalik Maha Penyabar, ya Rabulgafar

                                                                    



Trengalek, 03 Desember 2020

 

 

2 komentar:

  1. Ibu adalah sosok yang luar biasa dalam hidup saya dan mayoritas orang termasuk njenengan. Semoga Ibu njenengan segera diberikan kesehatan. Dan dapat menjadi peneduh hati njenengan. Amiin

    BalasHapus