Selasa, 15 Desember 2020

MENENGOK KINERJA SEKURITI BRI




Hari ini pukul 08.00 WIB sudah ambil antrian di BRI. Mendapat intruksi dari Bapak Kepala Madrasah untuk mengambil nomor antrian terlebih dahulu. Karena Beliau masih mempersiapkan berkas sekaligus menggandakannya di kios foto kopi. Dapat nomor antrian 008, tapi kepala madrasah belum juga datang di BRI Durenan. Tak apalah. Untung oleh sekuriti di perbolehkan menunggu di dalam ruangan. Alhamdulillah, tempat duduk di luar telah habis. Sambil menunggu kedatangan Bapak Kamad saya menulis setoran sunah blogg Sahabat Pena Kita. 

Duduk di dalam ruangan ber-AC tangan saya serasa membeku. Sambil melihat giat Bapak Sekuriti. Pria berperawakan gagah dan gesit itu, telah siap memantau nasabah di pintu masuk. Menanyai satu persatu keperluan nasabah. Melakukan cek suhu, dan menyemprotkan handzanitizer. Mempersilahkan mengambil nomor antrian bagi yang memenuhi standar protokol kesehatan. Beliau yang mengatur siapa yang boleh masuk ruangan. Jika dua orang dalam satu keluarga/satu instansi mempunyai keperluan sama. Maka hanya satu orang yang boleh masuk, mewakili. Bahkan Pak Sekuriti inipun dengan tegas, mempersilahkan keluar nasabah yang nyelonong masuk. Santun tapi tegas.

Saya melihat Beliau menjelaskan cara mengisi blanko maupun formulir. Yang sering minta bantuan biasanya ibu-ibu. Ibu-ibu paling senang meminta bantuan Bapak Sekuriti. Selain orangnya ganteng, smart dan ramah. Kemungkinan ibu-ibu juga takut pengisian formulirnya salah. Pak Sekuriti juga terlihat bersusah payah meminta ibu sepuh yang memaksa masuk ruangan padahal harus ngantri. Ibu sepuh dengan suara lantang minta diperbolehkan masuk, padahal di dalam sudah penuh nasabah. Sekuriti itupun memohon kepada  seorang nasabah untuk berdiri, karena ia menduduki tempat yang diberi tanda silang. Sesekali Beliau duduk menggantikan petugas Customer Service yang sedang break siang. Mungkin seorang sekuriti bank, memiliki pengetahuan yang memadai terkait perbankan.

Berkas diterima dan layak untuk dicek teller pukul 12.00. Setelah urusan dengan teller selesai, saya mengingatkan kepala madrasah meminta rekening Koran. Setelahnya saya dan kepala sekolah pulang ke arah yang berbeda. Saya ke barat dan Beliau ke timur. Sampai di rumah pukul 12.30 segera menunaikan ibadah. Sekujur tubuh terasa dingin akibat duduk di tempat ber-AC selama 4 jam. Menggigil kedinginan sampai pulas ketiduran. Giat Senin yang melelahkan.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar