Kemarin,
tanggal 22 Desember 2020 mengikuti kegiatan ‘Evaluasi dan Pembinaan 10 Program Pokok
PKK Desa tahun 2020’. Kegiatan tersebut diadakan di kecamatan Pogalan. Sebenarnya
kegiatan dibuka pukul 08.30 WIB, yang dipimpin ketua PKK kecamatan Pogalan. Pada pembukaan kegiatan evaluasi tersebut diikuti oleh lima desa yakni Pogalan,
Ngulankulon, Ngulanwetan, Gembleb dan Ngadirenggo. Lima desa tersebut merupakan
desa yang mengikuti pembinaan dan evaluasi
tahap pertama. Sedangkan tahap kedua, desa Bendorejo,
Kedunglurah, Ngadirejo, Ngetal, dan Wonocoyo. Untuk tahap kedua dimulai pukul
12.00 berdasarkan undangan rapat.
Untuk
itu segera berkemas dan berangkat pukul 12.30, dengan pemikiran tentunya
petugas yang melakukan pembinaan masih istirahat, makan dan melakukan ibadah
sholat dhuhur. Setelah sampai di sana beberapa Kelompok Kerja (Pokja) sudah
mulai melakukan pembinaan. Sedangkan di meja Pokja III belum dimulai pembinaan, masih
Ishoma (Istirahat, sholat dan makan). Bisa saya gunakan untuk istirahat sejenak,
berkenalan dan saling sapa. Istirahat sejenak, karena hormon adrenalinku memacu
detak jantung terlalu cepat akibat kewaspadaan di jalan raya yang padat oleh
arus pengguna jalan. Pengguna jalan yang saling mendahului setelah mereka
pulang kerja. Ketika hendak belok kanan menuju kecamatan Pogalan, saya sudah
turun dari jalan beraspal, namun sebuah mobil avanza melaju kencang dengan
jarak yang sangat dekat. Saya cukup terkejut hanya mampu melafalkan takbir dan
istighfar. Jadi teringat nasehat para sesepuh: jika ingin menguji kesabaran
tingkat tinggi, silahkan mencobanya di jalan raya.
Setelah
gempa tremor di dada agak reda, segera saling sapa dengan ketua pokja tiga dari
desa lain karena sebagian sudah saling kenal. Terutama dari desa Ngetal dan
Kedunglurah. Sedangkan dari desa Wonocoyo kelihatannya petugas baru sehingga harus
berkenalan terlebih dahulu. Biar nanti diskusi menjadi nyaman dan enak. Para Pembina
10 Program PKK Kecamatan khususnya Pokja III masih khusuk beribadah di mushola
kecamatan. Karena Beliau hampir pensiun dan baru saja menunaikan ibadah haji
tahun lalu. Maka nampak sangat khusuk dalam menunaikan ibadah sholat dhuhur,
kami berempat (wakil dari bendorejo ijin ) harus sabar menunggu. Dalam perbincangan waktu itu tidak membahas
hasil lembur mengerjakan buku-buku pokja III yang berjumlah 13 buku. Mungkin
karena terlalu jenuh menghitung jumlah penduduk, jumlah rumah, dibandingkan
pemanfaatan pekarangan, lumbung hidup, warung hidup, penanaman toga, pemanfaatan
pekarangan untuk perikanan dan peternakan.
Apalagi
jika harus mendata persentase ketrampilan kader dalam menjahit, pemberian
bantuan sarana dan alat ketrampilan jahit. Ini membutuhkan waktu
berminggu-minggu untuk mencari data di kantor desa, rumah bapak kepala dusun. Begitupula
jika harus menghitung persentase kader sandang, jumlah home industri, konveksi
dan jumlah penyuluhan kader pangan tiap tahun. Tingkat tersulitnya adalah
menghitung rumah layak huni, mendata kegiatan composting dan pilah sampah.
Menghitung jumlah rumah yang dipugar dengan arisan bahan bangunan masyarakat
dan PKK. Apalagi jika harus mendata jumlah rumah yang menanam toga, tanaman
keras dan warung hidup. Kegiatan tersebut memerlukan waktu dan tenaga yang luar
biasa. Sampai lupa bahwa harus setoran nulis wajib dan sunah di group SPK Tulungagung. Sebetulnya jika dasa wisma jalan data juga mudah diperoleh.
Akhirnya
perbincangan mereka tentang kegiatan ibu-ibu mengambil rapor di sekolah
anaknya. Saya hanya sebagai pendengar karena menyangkut pekerjaan sehari-hari
sebagai guru daring. Mungkin dari perbincangan tersebut, saya dapat ilmu untuk
membaiki kinerja sebagai guru. Ternyata di sekolah putranya ada beberapa siswa yang
tidak menerima rapor karena banyak tugas yang tidak dikerjakan. Wali kelas akan
membagikan rapor kepada siswa tersebut jika tugasnya sudah dikerjakan. Dilema
pembelajaran daring memang, terutama jika ibunya harus bekerja di pasar, atau
garda depan yang berangkat pagi pulang sore. Bahkan ketika jam daring,
dicarikan guru privat juga tidak membantu anak-anak. Mungkin wali kelas harus
luring ke rumah beberapa siswa tersebut agar rapor bisa dibagikan. Jadi teringat
hari ini saya dapat piagam penghargaan dari sekolahnya Daffa. Dengan predikat “Guru
Terbaik” bagi anak saya. Kelihatan semua wali yang tuntas mengirim tugas
anaknya mendapat piagam tersebut. Karena hari ini penentuan ketuntasan tugas
siswa dari mengerjakan modul, ketrampilan, hafalan Alquran, hafalan Hadits dan doa-doa
sehari-hari.
Perbincangan
kami terhenti ketika Ibu Hajjah Tini dan Ibu Dedeh memasuki ruangan dengan
sambutan yang hangat. Kalimat sapaan dan gestur yang hangat, kami berempat membalas dengan
senyum hangat pula. Mulailah para Pembina Pokja III mengawali tugasnya dengan
memberikan 3 bendel tugas: (1) Data Kegiatan Pokja III PKK, (2)Kriteria evaluasi
pelaksanaan terbaik 10 program pokok PKK
(3) Indikator Penilaian 10 Program Pokok
PKK. Untuk data kegiatan Pokja III PKK ini harus koordinasi dengan Pokja IV
karena ada keterkaitan data. Supaya datanya valid, terutama tentang jumlah
penduduk dan data rumah warga yang digolongkan rumah layak huni. Sedangkan
Kriteria evaluasi dan indikator penilaian 10 program pokok PKK harus
didiskusikan terlebih dahulu dengan bidan desa dan pokja IV.
Kesimpulan dari kegiatan kemarin adalah ujian kesabaran terberat salah satunya di jalan raya, meskipun data hanya untuk pokja PKK harus diisi dengan data riil, data yang tepat bisa diperoleh dengan berkolaborasi dengan kelompok lain, guru bisa belajar dengan mendengarkan pengalaman orang lain, meskipun tugas menunggu ibadah harus tetap dilakukan dengan khusuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar