Seorang
ibu berlari ke luar rumah menuju gang sambil menjawab panggilan telpon. Ia
menunggu seorang laki-laki muda, yang mencari rumahnya dengan bantuan google map. Setelah ditunggu di ujung
gang, pemuda itu berbelok. Ternyata ia seorang seorang sopir yang akan
mengantar keluarga tersebut ke Jakarta. Lelaki muda yang ramah. Setelah semua
barang tertata rapi di mobil. Tak lupa mempersiapkan hasil rapid test antigen.
Empat buah surat keterangan negatif covid-19. Segeralah mobil melaju dengan
kencang. Kesepakatan melewati kota Nganjuk yang agak longgar cek pointnya.
Sampai di perbatasan Trenggalek Tulungagung tidak menemukan cek point covid-19 di
pinggir jalan.
Dari
Trenggalek pukul 13.21 sampai Sragen pukul 14.51 berhenti di rest area untuk
menunaikan sholat asyar dan sekaligus menunggu adzan maghrib. Sampai di Kendal
Semarang ada WA masuk meminta untuk keluar tol Tegal menuju Slawi. Masih ragu
mungkin ajakan tersebut hanya abang-abang
lambe. Permintaan keluar tol ditunda, dengan harapan jika keesokan harinya permintaan singgah masih ditawarkan, akan mampir ke Slawi Tegal. Mobil
melaju kencang sampai di Jakarta pukul 03.00 dini hari. Mbak Yani yang bertanggung
jawab di lantai 5 sedang tidak di tempat. Terpaksa cari tempat parkir yang
nyaman sambil menunggu waktu menunaikan sholat subuh. Selesai beribadah menuju
kembali ke rumah kos, namun Mbak Yani belum membalas permintaan untuk
menyerahkan kunci. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, sopir diminta untuk
mencari warung untuk makan. Ia memilih warung nasi uduk, yang terletak
dipinggir jalan. Duduk di kursi plastik, sambil makan nasi gurih (uduk) dengan bawang goreng, sambal goreng tempe, sambal goreng mihun, balado telur
dan krupuk. Terasa enak karena persyaratan terpenuhi, lapar.
Karena
Mbak Yani belum merespon, segera jalan-jalan keliling Jakarta. Melihat monas
dan istana negara. Monas masih ditutup, hanya bisa melihat dari kejauhan. Ada telphon dari Mas Rizal, untuk segera menuju kos sedang
ditunggu Mbak Yani. Mobil menuju ke kosan, di sambut ramah mbak Yani. Setelah
bertegur sapa istirahat sejenak, mandi berganti pakaian dan bergegas pulang. Dalam
perjalanan Mas Rizal menanyakan posisi mobil sampai di mana. Dan menghendaki
bertemu di exit tol Tegal. Beliau sharelok tempat kami bertemu. Hujan sangat
lebat kala itu. Sejak dari Jakarta hingga Tegal. Yang sering membuat terkejut
ketika cipratan air hujan dari aspal mengenai
kaca depan mobil berkali-kali. Dan dalam jumlah cukup banyak, sangat menganggu. Ketika ke luar
dari tol Tegal hujan semakin deras, disertai petir dan angin kencang. Tetap
menuju tempat yang disepakati menggunakan panduan google map. Hujan belum juga
reda, angin bertiup makin kencang, ranting pohon berjatuhan diiringi petir yang
menggelegar. Di depan puskesmas rute yang ditunjuk google map mati. Namun Mas
Rizal belum muncul. Mas Rizal menghubungi kembali dan sharelok ulang, ternyata Beliau
sedang menunggu dicucian Mobil Bianglala. Ternyata ada bianglala di kala hujan petir.
Mobil
berbalik arah menuju lokasi dekat SMAN Slawi, dekat perumahan Bupati Tegal. Tepatnya di Cucian Mobil Bianglala. Sampai di dekat SMAN 1, Beliau memandu untuk
lurus berjalan. Namun tidak menemukan name
board Cucian Mobil Bianglala. Beliau menelepon dan mengatakan sedang
melambaikan tangan. Ternyata cucian mobil itu tidak memasang name board, hanya tulisan
graffiti di dinding gedung. Sampai di ruangan tunggu cucian, ibu tersebut hanya
menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bimbingan kepada anaknya. Dengan
rasa malu yang membuncah ibu tersebut meminta izin agar anaknya diperbolehkan
resign. Namun Beliau tidak mengizinkan karena kerjanya masih bagus. Sedangkan
lowongan kerja seperti itu adanya cuma di kota besar. Beliau siap melakukan
pendampingan dan mencari solusi untuk diskusi dengan fihak managemen. Setelah mengucapkan terimaksih ijin
untuk meneruskan perjalanan. Menuju kota tercinta Trenggalek. Ketika sampai di
ibukota Semarang, sopir nampak menguap. Untuk itu dimohon berhenti di rest area
Ungaran. Sampai di sana hendak melaksanakan sholat jamak maghrib dan isya.
Sopir tidur amat lelap, begitu pula bocah kecil yang ikut dalam perjalanan
tersebut.
Ketika
sampai di masjid sangat takjub, bangunan
paling megah di rest area Ungaran dengan warna dominan putih, meneduhkan. Cukup
banyak para pejalan yang beribadah di sana. Dengan khusuk menghadap Sang Maha
Penyayang. Hujan masih rintik-rintik, turun dari masjid mengelilingi rest area. Sampailah
di kedai Kopi Kenangan. Minuman yang dijual beraneka ragam mulai dari Kopi Kenangan Mantan, Kopi Kenangan Masa Lalu,
Kopi Mantan Menikah. Suami istri itu memilih Kopi Kenangan Mantan dua cup
dengan harga Rp36.000. Sangat lezat dengan aroma yang menyegarkan karena mampu
melenyapkan hawa dingin. Malam yang syahdu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar