Senin, 28 Desember 2020

MENCARI BIANGLALA DI TENGAH HUJAN DERAS DISERTAI PETIR


Seorang ibu berlari ke luar rumah menuju gang sambil menjawab panggilan telpon. Ia menunggu seorang laki-laki muda, yang mencari rumahnya dengan bantuan google map. Setelah ditunggu di ujung gang, pemuda itu berbelok. Ternyata ia seorang seorang sopir yang akan mengantar keluarga tersebut ke Jakarta. Lelaki muda yang ramah. Setelah semua barang tertata rapi di mobil. Tak lupa mempersiapkan hasil rapid test antigen. Empat buah surat keterangan negatif covid-19. Segeralah mobil melaju dengan kencang. Kesepakatan melewati kota Nganjuk yang agak longgar cek pointnya. Sampai di perbatasan Trenggalek Tulungagung tidak menemukan cek point covid-19 di pinggir jalan.

Dari Trenggalek pukul 13.21 sampai Sragen pukul 14.51 berhenti di rest area untuk menunaikan sholat asyar dan sekaligus menunggu adzan maghrib. Sampai di Kendal Semarang ada WA masuk meminta untuk keluar tol Tegal menuju Slawi. Masih ragu mungkin ajakan tersebut hanya abang-abang lambe. Permintaan keluar tol ditunda, dengan harapan jika keesokan harinya permintaan singgah masih ditawarkan, akan mampir ke Slawi Tegal. Mobil melaju kencang sampai di Jakarta pukul 03.00 dini hari. Mbak Yani yang bertanggung jawab di lantai 5 sedang tidak di tempat. Terpaksa cari tempat parkir yang nyaman sambil menunggu waktu menunaikan sholat subuh. Selesai beribadah menuju kembali ke rumah kos, namun Mbak Yani belum membalas permintaan untuk menyerahkan kunci. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, sopir diminta untuk mencari warung untuk makan. Ia memilih warung nasi uduk, yang terletak dipinggir jalan. Duduk di kursi plastik, sambil makan nasi gurih (uduk) dengan bawang goreng, sambal goreng tempe, sambal goreng mihun, balado telur dan krupuk. Terasa enak karena persyaratan terpenuhi, lapar.

Karena Mbak Yani belum merespon, segera jalan-jalan keliling Jakarta. Melihat monas dan istana negara. Monas masih ditutup, hanya bisa melihat dari kejauhan. Ada telphon dari Mas Rizal, untuk segera menuju kos sedang ditunggu Mbak Yani. Mobil menuju ke kosan, di sambut ramah mbak Yani. Setelah bertegur sapa istirahat sejenak, mandi berganti pakaian dan bergegas pulang. Dalam perjalanan Mas Rizal menanyakan posisi mobil sampai di mana. Dan menghendaki bertemu di exit tol Tegal. Beliau sharelok tempat kami bertemu. Hujan sangat lebat kala itu. Sejak dari Jakarta hingga Tegal. Yang sering membuat terkejut ketika cipratan air hujan dari aspal mengenai kaca depan mobil berkali-kali. Dan dalam jumlah cukup banyak, sangat menganggu. Ketika ke luar dari tol Tegal hujan semakin deras, disertai petir dan angin kencang. Tetap menuju tempat yang disepakati menggunakan panduan google map. Hujan belum juga reda, angin bertiup makin kencang, ranting pohon berjatuhan diiringi petir yang menggelegar. Di depan puskesmas rute yang ditunjuk google map mati. Namun Mas Rizal belum muncul. Mas Rizal menghubungi kembali dan sharelok  ulang, ternyata Beliau sedang menunggu dicucian Mobil Bianglala. Ternyata ada bianglala di kala hujan petir.

Mobil berbalik arah menuju lokasi dekat SMAN Slawi, dekat perumahan Bupati Tegal. Tepatnya  di Cucian Mobil Bianglala. Sampai di dekat SMAN 1, Beliau memandu untuk lurus berjalan. Namun tidak menemukan name board Cucian Mobil Bianglala. Beliau menelepon dan mengatakan sedang melambaikan tangan. Ternyata cucian mobil itu tidak memasang name board, hanya tulisan graffiti di dinding gedung. Sampai di ruangan tunggu cucian, ibu tersebut hanya menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bimbingan kepada anaknya. Dengan rasa malu yang membuncah ibu tersebut meminta izin agar anaknya diperbolehkan resign. Namun Beliau tidak mengizinkan karena kerjanya masih bagus. Sedangkan lowongan kerja seperti itu adanya cuma di kota besar. Beliau siap melakukan pendampingan dan mencari solusi untuk diskusi dengan fihak  managemen. Setelah mengucapkan terimaksih ijin untuk meneruskan perjalanan. Menuju kota tercinta Trenggalek. Ketika sampai di ibukota Semarang, sopir nampak menguap. Untuk itu dimohon berhenti di rest area Ungaran. Sampai di sana hendak melaksanakan sholat jamak maghrib dan isya. Sopir tidur amat lelap, begitu pula bocah kecil yang ikut dalam perjalanan tersebut.

Ketika sampai di masjid  sangat takjub, bangunan paling megah di rest area Ungaran dengan warna dominan putih, meneduhkan. Cukup banyak para pejalan yang beribadah di sana. Dengan khusuk menghadap Sang Maha Penyayang. Hujan masih rintik-rintik, turun dari masjid mengelilingi rest area. Sampailah di kedai Kopi Kenangan. Minuman yang dijual beraneka ragam mulai dari Kopi Kenangan Mantan, Kopi Kenangan Masa Lalu, Kopi Mantan Menikah. Suami istri itu memilih Kopi Kenangan Mantan dua cup dengan harga Rp36.000. Sangat lezat dengan aroma yang menyegarkan karena mampu melenyapkan hawa dingin. Malam yang syahdu.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar