Jumat, 27 November 2020

PERSIAPAN MENJELANG PESTA PERNIKAHAN

 


Tahun depan banyak saudara dekat yang akan mengadakan hajatan pernikahan anaknya. Ada yang unik dan patut saya pelajari dari perencanaan mereka. Mungkin itu adalah warisan leluhur mereka yang tidak kita temukan dalam perencanaan pernikahan kalangan menengah ke atas. Hal tersebut menjadi ilmu bagi saya, karena ilmu tidak selalu diperoleh dari buku. Bisa juga dari pengamatan kejadian yang ada di lingkungan. Justru ilmu yang diperoleh dari lingkungan sekitar tergolong kontekstual, bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kala empat orang ibu akan menikahkan anaknya, dan mereka bertemu. Perbincangan yang seringkali menghangat tentang kiat-kiat menyiapkan pesta pernikahan anak-anak mereka. Di sinilah saya banyak belajar dari mereka. Keempatnya ibu muda yang akan menyiapkan hajatan pada tahun yang sama untuk anak pertama mereka. Meskipun tanggal dan bulannya berbeda.

Ibu-ibu  muda ini kelihatannya mempersiapkan kebutuhan pesta nikah dengan sistem mempersiapkan segala sesuatu yang bisa dilakukan sendiri (mencicil). Sehingga kelak semuanya tidak harus beli ketika pesta nikahan akan tiba. Mereka kompak menumbangkan kayu untuk bahan bakar. Suami mereka blandong kayu yang meliputi menebang, mengangkut ke rumah, membelah dan mengeringkannnya. Kebutuhan kayu ini sampai beberapa kubik, ditata rapi di belakang rumah. Kemudian menanam kedelai, kedelai yang sudah tua dikeringkan dan di masukkan dalam beberapa blek. Agar tidak berjamur/membusuk setiap satu bulan sekali kedelai ini dipanaskan di halaman. Kedelai ini nantinya akan diolah menjadi tempe. Tempe akan dimasak menjadi sayur basah dan sayur kering (sambal goreng) untuk dikemas dibawa pulang tamu undangan. Biasanya satu paket dengan nasi dan jajanan. Pada musim tanam padi mereka sengaja menanam ketan dalam jumlah banyak. Ketan ini nantinya hendak dibuat jenang, jadah, madu mangsa dan wajik.

Ketika salah satu dari mereka ada yang berkebun di lereng gunung Campurdarat Tulungagung, dan memiliki tanaman singkong. Mereka berempat sepakat membuat krupuk dari singkong. Yang lain membeli dari saudaranya tersebut dengan harga murah. Cara membuatnya singkong diparut kemudian dikasih air dan garam. Adonan diratakan pada daun pisang dan dikukus. Setelah masak adonan dikeringkan. Setelah agak kering sebagian dipotong segiempat dan sebagian dipotong mirip stik. Yang persegi untuk krupuk singkong dan yang bentuk stik untuk sambal goreng. Bila sudah mendekati hari pernikahan merekapun akan membuat kacang telor, kacang klici dan kripik pisang dari hasil bercocok tanam. Bahkan salah satu dari mereka sudah mulai menyiapkan mangkok untuk souvenir dari mencicil membeli setiap minggu belanja di pasar. Sungguh emak-emak yang kreatif.



Sedangkan bagi beberapa kawan yang memperoleh rezeki lebih, para golongan menengah ke atas. Mereka tidak akan bersusah payah seperti itu. Seharian di dapur membuat opak lempeng, telaten mengeringkan kedelai agar tidak berjamur. Dalam beberapa perbincangan kalangan ini ketika menjelang hajatan adalah photo prewedding, fotografer, tempat nikah (gedung/rumah sendiri/hotel), catering, souvenir, MUA, musik pengiring dan sound system. Banyak ilmu yang diperoleh dari cara mereka menyiapkan acara hajatan. Meskipun mereka masih dibatasi protokol kesehatan untuk hajatan pernikahan di masa pandemi ini.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar