Malam
ini saya akan menuturkan kisah inspiratif Anak Bugis, Makassar. Dilahirkan
10 Agustus 1960 ini bernama Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Beliau memiliki nama
pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara pasangan
Haji Muhammad Bakri Puang Boko dengan Hajjah Sitti Maryam Puang Mene. Tahun
2015 Beliau menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta, program S2
ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan
Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang S1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan Hukum. Sementara
Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar. Pak Nur menjalani profesi wartawan
daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit
(Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 1984 hijrah ke Jakarta bergabung
jadi reporter kemudian redaktur. Tahun 2014 saat koran tempatnya bekerja
"dijual", Pak Nur pensiun dini tapi tetap menulis dan jadi redaktur
media online www.possore.com sampai saat ini.
Pengalaman
jurnalis Pak Nur sebagai pemegang kartu Wartawan Utama dari Dewan Pers - PWI
Pusat ini, antara lain : Wartawan/Editor Surat Kabar Harian Terbit (Pos Kota
Grup) 1980 sampai 2014. Pemred Vonis Tipikor versi
majalah dan online 2014 sampai 2017. Pemred Corong versi majalah dan online
2019 sampai 2020. Pemred Telescope versi majalah dan online 2020. Redaktur Eksekutif
Possore.com 2015 sampai Sekarang. Redaktur/Admin tamu sejumlah media online, majalah,
tabloid 2014 sampai sekarang. Prestasi menulis antara lain : Dua kali
berturut-turut Juara Lomba Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan
Umum Tingkat Nasional 2011 dan 2013, yang digelar Kwarnas Pramuka. Juara Lomba
Menulis Pengalaman Mudik Asyik Republika Online. Juara di beberapa lomba
menulis blog antara lain: Online Shop Kudo, Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas,
Lomba Blog Teacher Writing Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa,
Asuransi Raksa Online, Online Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo,
BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), Tokoh Populer, Suara Konsumen.
Di
tengah kesibukannya itu, Pak Nur sebagai blogger masih sempat menulis di blog
pribadi www.nurterbit.com, Kompasiana, Kumparan, Viva, Blogdetik (alm),
PepNews, Tokoh Populer, Suara Konsumen, Risalah Misteri, Terbitkan Buku Gratis,
bahkan aktif membuat konten video di channelnya YouTube.com/nurterbit. Tahun
2019 Pak Nur meraih Juara Utama Lomba Video YouTube Asuransi Mobil Raksa
Online. Berbekal pendidikan formal dan pengalamannya meliput berita hukum
selama jadi wartawan, Pak Nur juga sesekali bersidang mendampingi kliennya di
pengadilan sebagai lawyer (pengacara). Buku "Wartawan Bangkotan"
adalah karya kedua Pak Nur mengenai dunia pers. Sebelumnya kumpulan tulisannya
"Lika-Liku Kisah Wartawan" diterbitkan PWI Pusat memperingati Hari
Pers Nasional (HPN) 2020.
Menulis
berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Atau istilah
jurnalistiknya reportase. Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari
TKP (istilah kepolisian tempat kejadian perkara) ke kantor redaksi koran/media.
Kebetulan media Pak Nur waktu itu (1980 sampai 2014) adalah media cetak (koran). Baik
ketika masih wartawan daerah di Makassar, maupun setelah bergabung di Jakarta
sebagai reporter di Harian Terbit (Pos Kota Grup). Sejatinya ada perbedaan pola
penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas untuk artikel di media. Tentu
beda lagi jika menulis untuk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau
disertasi. Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tidak boleh
(dilarang) memasukkan opini penulisnya atau wartawannya.
Tapi
jika seorang wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja. Ada
tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name. Untuk rubrik artikel di
media, sudah disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dan lain-lain. Selain
wartawan sebagai tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar.
Maksudnya pembaca, sesuai keahlian dan bidang yang dikuasainya. Untuk tulisan
ini, ada kompensasi dari redaksi media tersebut, berupa honorarium yang
besarnya tergantung kemampuan media. Mereka yang ahli/pakar satu bidang ilmu,
bahkan menjadi penulis tetap, yang tentu honornya juga lumayan. Saat ini media
besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa
majalah menerapkan standar honor. Dengan datangnya era digital
ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang gulung tikar.
Kini
era berganti dengan online. Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi lain
membuka peluang baru sebagai netizen, atau citizen journalism. Media Informasi pun
makin banyak pilihan. Dulu harus ke lapak K5, lampu merah, pengecer, agen untuk
dapat membeli koran/majalah, sekarang cukup dengan gadget atau hp, dunia sudah
terbentang luas. Itu sekedar perkenalan sekitar dunia yang Pak Nur geluti
selama ini sejak 1980-an. Menulis, sudah mulai Pak Nur lakukan sewaktu masih di
Sekolah Dasar. Kebetulan ayah kerja di Dinas P dan K Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Dulu ada
namanya buku inpres, berbagai jenis buku bacaan, pelajaran, dongeng, cerita
petualangan. Termasuk majalah anak-anak Si Kuncung. Mungkin ada yang masih
ingat, tapi majalah Si Kuncung sudah
tidak terbit, diteruskan majalah Bobo dan rekan-rekannya. Ayah Pak Nur
bertanggungjawab membagikan buku-buku ke sekolah-sekolah, terutama Dikdas,
pendidikan dasar di daerah tersebut.
Dari
sinilah Pak Nur terbiasa membaca buku-buku. Di mana kemudian sangat
berguna pada kehidupan selanjutnya saat
mulai belajar menulis. Jadi benar kata orang, agar mahir menulis harus banyak
membaca. Minimal membaca ulang tulisan sendiri untuk mengetahui di mana
kekurangannya dan ejaannya. Di bangku SD itu pula, Pak Nur mulai berani
mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah tempat Pak Nur tinggal di
Makassar. Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se
Indonesia Timur.Tulisannya tentu masih artikel ringan sesuai usia pelajar SD. Puisi
Anak, Cerita Anak, bahkan mengirim gambar di rubrik Anak. Tentu bangga ketika
pertama kali tulisan dimuat di koran. Yang lebih bangga lagi dapat honor, via
wesel pos. Setelah tulisan sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai
tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali Pak Nur mewakili sekolah mengikuti
lomba menulis antar sekolah dan ternyata menang.
Hobi
menulis ini terus menjangkiti Pak Nur setelah di SLTP-SLTA. Pak Nur kebetulan
sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama). Untuk ujian akhir, semua siswa harus praktek
di sekolah dasar. Pak Nur kebagian praktek mengajar di SD Muhammadiyah Maros
Sulsel. Pak Nur dapat kelas 6 yang muridnya badan besar, sementara badan Pak
Nur kecil. Pengalaman berkesan mengajar kelas 6 SD yang muridnya seperti GIANT
(teman Doraemon - Nabita itu), Pak Nur tulis dan kirim ke lomba mengarang
pengalaman ke majalah remaja HAI (Kompas grup). Alhamdulillah, walau hanya
juara harapan 1 (tahun 1980-an) namun bangganya luar biasa: Hadiah kamus
Indonesia-Inggris M Sadeli dan kaos HAi. Sedangkan juaranya Leila S Chodori,
GolaGong, AGS Arya Dwipayana, semua penulis cerpen dan novel terkenal di
zamannya.
Menjadi
wartawan resmi saat Pak Nur kuliah di IAIN Makassar. Selain jadi pengelola koran
kampus. Terus berlanjut ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Pos kota). Mulai
pula belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen
percintaan atau tema keluarga. Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter,
Instagram dan YouTube). Ikut berbagai lomba nulis, beberapa di antaranya
menang. Hadiah laptop, kamera, handphone dan yang sering flashdisk, atau voucher belanja.
Dari sekian banyak tulisan yang tercecer di mana-mana itulah setelah
dikumpulkan akhirnya jadi buku. Yang terbaru diterbitkan YPTD-nya Pak Thamrin
Dahlan adalah "Wartawan Bangkotan". Tadi di antar TIKI dari
percetakan ke rumah. Sebelumnya ada "Lika-Liku Kisah Wartawan"
terbitan PWI Pusat 2020. Akan menyusul buku bacaan ringan : MATI KETAWA ALA
NETIZEN.
Menurut
Pak Nur, dengan banyak membaca akan : memperkaya perbendaharaan kata, belajar
EYD, menambah wawasan, terutama bagaimana format menulis: belajar nyusun paragfraf,
huruf sambung dan lain-lain. Yang lebih terasa lagi, dengan banyak membaca
tulisan orang lain, kita belajar style (gaya) penulisan orang. Kita bisa tiru
untuk kemudian akan muncul gaya khas kita sendiri. Yang tidak boleh meniru 100 persen tulisan orang, ibaratnya
sampai titik komanya. Hal tersebut dikategorikan copy paste alias jiplak bin
plagiat.
Pak
Nur temukan "kunci" yang mungkin bisa jadi inspirasi agar tidak hanya duplikat dari
penulis sebelumnya Pak Nur. Pertama, Menulis
dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yg D-isukai, yg D-ikuasai.
Selain yang sudah dipaparkan sebelumnya harus rajin baca, nonton TV/film, dengar
radio untuk memperkaya wawasan sebagai tabungan ide kalau mau menulis, terutama
genre fiksi. Kedua, PDLS =
Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO), Ketiga,
TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari)
Tulisan Orang, Keempat, TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos),
Kelima, TILM =
Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar