Selasa, 10 November 2020

Membuat Pembelajaran Daring dan Luring Menyenangkan

 


Dalam webinar tadi siang membahas tentang ‘Membuat Pembelajaran Daring dan Luring Menyenangkan’. Menurut Bapak Joko Irawan, tidak berarti  juga pembelajaran yang tanpa menggunakan TI tidak menyenangkan. Di Indonesia saat ini masih ada pendidikan yang dilakukan dalam masyarakat industry 1.0, 2.0, 3.0. 4.0 dan 5.0. Yang terpenting mengacu pada tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, memiliki ilmu pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti yang luhur, mandiri, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kepada bangsa.

Peran TI dalam modernisasi pendidikan adalah: (1) Bagaimana kita belajar (how people learn), (2) Apa yang kita pelajari (What people learn), (3) Kapan dan di mana kita belajar ( where and when people  learn). Sedangkan tujuan pemanfaatan TI adalah: (1) Memperbaiki competitive positioning, (2) meningkatkan brand image, (3) meningkatkan kualitas pembelajaran  dan pengajaran, (4)Meningkatkan kepuasan siswa, (5) Meningkatkan pendapatan, (6) Memperluas basis siswa, (7)Meningkatkan kualitas pelayanan, (8)Mengurangi beaya operasi.

Pemanfaatan sumber belajar sebagai learning resources by design dan learning resources by utilization. Pertama, learning resources by design. Yang dimaksud dengan  learning resources by design  adalah sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat untuk pembelajaran. Misalnya: Buku, video, slide, animasi dan lain-lain. Kedua, learning resources by utilization ini merupakan sumber belajar yang dimanfaatkan  dan tidak sengaja dirancang untuk pembelajaran yang ada di sekitar kita. Misalnya: alam sekitar, pasar, toko, museum, tokoh sebagai narasumber.

Sedangkan menurut Bapak Zanipar Siadari, tenaga pendidik yang sukses adalah pendidik yang selalu beradaptasi dan menemukan  cara baru untuk melaksanakan pembelajaran tanpa batas oleh tempat dan medium. Sejak Bulan Maret 2020 sekolah mempersiapkan PJJ secara emergensi. Sejak Bulan Maret  melakukan belajar dari rumah, UN ditiadakan. Mulai tahun ajaran baru di Bulan Juli 2020 sekolah mempersiapkan sarana PJJ yang lebih permanen. Dengan  semangat yang tinggi menghadapi perubahan pendidikan ini, Beliau berkeyakinan bahwa orang yang hebat  bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru bermutu bisa melahirkan ribuan orang hebat.

Sedangkan Plt Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud Bapak Muhammad Hasan Chabibi, menyampaikan data hasil survei aktivitas/ cara-cara  belajar dari rumah.  Secara urut  dari yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut:

1.      Mengerjakan soal-soal dari guru

2.      Belajar dari TV

3.      Belajar dari buku teks pelajaran

4.      Belajar interaksi aktif bersama guru

5.      Belajar dari sumber belajar digital               (youtube, google, dll)

6.      Belajar dari aplikasi sumber belajar       daring (Rumah Belajar, Ruang Guru, dll)

7.      Membuat proyek sederhana

8.      Belajar dari buku non teks

9.      Belajar dari radio

Hambatan yang dialami seringkali guru dan siswa ketika melaksanakan pembelajaran jarak jauh  adalah:

1.      Tidak dapat bertanya langsung       kepada guru

2.      Kesulitan memahami pelajaran

3.      Kurang konsentrasi

4.      Bosan

5.      Jaringan internet kurang memadai

6.      Tidak dapat belajar langsung kepada            teman

7.      Tidak ada yang mendampingi belajar            di rumah

8.      Tidak memiliki perangkat digital

9.      Listrik tidak memadai

 Profesor Eko Indrajit mengupas tuntas  makna pendidikan, belajar dan pembelajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan  suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pengertian pendidikan tidak ada guru, dosen, buku dan sekolah.  Dalam pengertian tersebut yang tercantum kata peserta didik. Berarti tanpa  tatap muka peserta didik dapat memperoleh pendidikan.

Belajar adalah perubahan yang relatif  permanen dalam perilaku atau potensi prilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dalam pengertian belajar ini sama dengan pengertian pendidikan tidak ada kata guru, dosen, buku, sekolah dan ruang kelas. Berarti siswa masih bisa belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pengertian ini terdapat kata pendidik yaitu guru, orang tua, tutor, masyarakat, instruktur, ulama, tokoh, dosen. Sumber belajar bisa berupa media, radio, buku, internet, alam, pengalaman, dan keluarga. Lingkungan belajar bisa alam, taman, rumah, lapangan, zoom, mushola, laboratorium, dunia maya, ruang kelas. Jadi proses interaksi adanya respon, komunikasi, tanya jawab, mengirim email. Beliau mengilustrasikan bahwa sebuah interaksi tidak harus tatap muka. Namun demikian bila memberi tugas kepada siswa, mohon menyebutkan nama anak, sekaligus diberi penguatan agar merasa diperhatikan. Merdeka belajar. Yang penting tidak mengorbankan prinsip-prinsip pembelajaran seperti adanya interaksi, peserta didik, pendidik, dan sumber belajar. Maka itulah merdeka belajar. Negara menjamin kemerdekaan belajar bagi guru dan siswa.

Closing statement: peran guru tidak akan tergantikan dengan teknologi, karena teknologi tidak mampu memberikan motivasi, memberikan inspirasi. Namun guru yang tidak pakai teknologi akan tergantikan. Belajar sepanjang hayat. Jika seorang berhenti belajar maka akan berhenti menjadi guru.

Kutipan Indah: Setiap orang bisa jadi guru, setiap rumah menjadi sekolah (Ki Hajar Dewantara). Orang yang hebat  bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru bermutu bisa melahirkan ribuan orang hebat.

2 komentar: