Hari
ini merupakan hari Guru, beberapa anak telah mengirim ucapan selamat, membuatkan
video ala Ki-pop tentang hari guru, membuat puisi, mengirim kue. Rasanya ingin memeluk
mereka, namun harus tetap mematuhi prokes. Apalagi pembelajaran dilakukan
secara daring, kerinduan yang tertunda. Meskipun begitu tetap melakukan pembelajaran, hari ini kelas 6
melaksanakan penilaian harian tema 4 tentang Globalisasi via google form.
Setelah link Penilaian Harian berhasil dikirim lewat WAG, hanya duduk manis
membuat soal Penilaian Akhir Semester (PAS). Untuk PAS tahun ini mendapat tugas
membuat enam soal melalui google form. Meskipun santai tetap siaga, bilamana
ada kejadian yang harus ditangani karena siswa kelas 1,2 dan 5 mendapat
imunisasi BIAS.
Imunisasi
BIAS merupakan proses untuk membuat siswa menjadi imun/kebal terhadap penyakit.
Para petugas dari Puskesmas Baruharjo memberikan vaksin yang mampu merangsang sistem
kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tertentu. Secara sederhana Imunisasi
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang diadakan 2 kali dalam setahun dan
dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Sejatinya program imunisasi BIAS sangat
bermanfaat untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak usia SD/MI terhadap
penyakit campak, difteri, dan tetanus. Wali kelas 1,2 dan 5 telah melakukan
sosialisasi terhadap kegiatan BIAS ini. Namun Wali murid banyak yang belum memahami manfaatnya sehingga banyak siswa yang tidak masuk. Tiap kelas
hanya sekitar 8 anak.
Sebagai guru dan orang tua yang memiliki anak usia SD, saya selalu mendukung agar anak bungsu mendapat imunisasi BIAS. Meskipun di sekolah belum mendapat kunjungan dari puskesmas setempat. Mengingat begitu gencarnya petugas kesehatan melakukan imunisasi Measles Rubella (MR) untuk menghindari siswa sekolah dari resiko cacat hingga kematian. Begitu pula dengan pemberian vaksin Difteri Tetanus (DT) juga secara berulang diberikan pada siswa SD/MI kelas 1 dan kelak diberikan lagi ketika ia berusia 12 tahun. Menilik pentingnya imunisasi ini, seyogyanya wali murid antusias mengantarkan putra-putrinya ke sekolah. Karena penyakit Difteri ini sejenis penyakit infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir hidung. Bahkan penyakit ini membentuk lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan, yang dapat membuat anak turun nafsu makan dan kesulitan bernapas. Bila berlanjut akan semakin parah dan menyebabkan kerusakan pada saraf, ginjal dan jantung. Karena bahayanya penularan penyakit difteri maka diberikan vaksin tetanus dan difteri.
Sedangkan untuk penyakit tetanus ini disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini biasanya berada di tempat yang dekat dengan anak-anak, ketika mereka bermain. Misalnya tanah, lumpur, kotoran hewan (anak yang gemar hewan, menggendong hewan) dan kotoran manusia (ketika anak baru BAB tetapi belum mencuci tangan dengan bersih). Dulu ketika belum menggunakan kurikulum 2013, materi ini dibahas secara detail di kelas 6. Bahwa bakteri Clostridium tetani dapat juga masuk ke dalam tubuh melalui luka atau area terbuka pada kulit, misalnya luka akibat tusukan benda tajam yang kotor. Kuman tetanus akan mengeluarakan racun yang dapat merusak saraf tubuh. Sehingga menyebabkan kekakuan dan kelumpuhan otot bahkan kematian.
Begitu asyik membuat soal, Ibu pengurus memanggil saya. Ada siswa yang baru saja di imunisasi, ia muntah-muntah di gerbang sekolah. Ternyata siswa tersebut Syafa siswa kelas 2, siswa ganteng, kalem dan mungil. Akhirnya saya bawa masuk ruangan UKS, mendapat penanganan dari perawat Puskesmas Baruharjo. Setelah agak sehat, ia saya antar pulang ke rumahnya. Karena ibunya belum bisa menjemputnya. Mas Syafa mengalami pusing dan muntah-muntah karena belum sarapan dan takut jarum suntik. Kondisi yang masih lemas menyebabkan Mas Syafa dalam perjalanan mengantuk. Saya melambatkan kendaraan, sambil sesekali mengingat untuk berpegangan erat. Akhirnya Mas Syafa sampai ke rumahnya dan disambut hangat neneknya. Ibu dan ayahnya sedang bekerja.
Kesimpulannya
sekolah berharap wali murid mendukung imunisasi BIAS, mengingat banyaknya virus
sekarang ini yang sering menyerang anak-anak usia sekolah. Imunisasi gencar dilakukan sekolah, karena sekolah menjadi tempat paling strategis dalam mencegah penyebaran virus ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar