Sangat
mencekam kondisi lingkunganku hari ini. Ketika ada beberapa warga yang putranya
belajar di sebuah pondok pesantren modern disana beberapa
santrinya dinyatakan positif covid-19. Yang semula hanya 6 santri menjadi lebih dari 70 santri. Kesedihan wali santri semakin membuncah.
Kondisi semakin larut dalam kesedihan, ketika ada seorang ibu rumah
tangga yang meninggal setelah menjalani opname beberapa hari di Rumah Sakit
Umum Dr. Sudomo Trenggalek. Desaku yang semula aman dan damai kini seperti sedang terluka. Begitu pula dengan kabupaten Trenggalek yang semula dirasa semakin nyaman karena
menuju ke zona hijau. Terusik, kembali ke titik awal, terasa di zona merah tua. Muncul
kecemasan pada warga masyarakat.
Pada tanggal 10 November 2020 kepala desa menerima surat hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan ibu yang berusia 55 tahun tersebut positif terpapar covid-19. Hasil pemeriksaan RT-PCR SARS CoV-2 jenis specimen Swab Naso-Orofaring, memang ia benar-benar positif covid-19. Warga masih belum bergeming dengan kabar tersebut. Karena semula pernah ada yang dinyatakan positif covid-19 dan bisa pulih kembali kesehatannya. Maka tak heran warga menanggapi dengan santai. Hanya lebih berhati-hati dalam mendekati kerumunan. Masyarakat kembali mematuhi social distanching, menggunakan masker, dan physichal distanching. Warga mengurangi aktivitas yang tidak penting.
Namun pagi tadi mendapat informasi ibu tersebut meninggal dunia. Ia tidak memiliki riwayat perjalanan ke manapun. Hanya menderita sakit, dirawat di RSU dan meninggal dunia. Sedangkan proses pemakaman tetap dilakukan oleh fihak rumah sakit dengan menggunakan APD lengkap. Hanya saja tidak terlalu ketat. Karena petugas gugus covid-19 masih bisa mendekat ke rumah duka. Proses pembuatan lubang pemakaman juga masih bisa dilakukan oleh beberapa warga, dibantu Babinsa dan BKTM desa Ngadirejo. Mereka bekerja sama membuat liang lahat, dengan panduan dan instruksi dari dinas terkait.
Terlihat
kepala desa melakukan komunikasi dengan petugas RSU dr. Sudomo untuk melakukan
diskusi terkait pemakaman. Kemudian para petugas medis saling membantu dalam
mengenakan baju APD. Segeralah dilakukan proses pemakaman pertama pasien covid-19
di desaku. Warga terlihat sangat sedih, tidak menyangka secepat itu ia
meninggalkan putra-putrinya. Warga yang takziah tidak terlalu banyak, hanya
keluarga dekat saja. Kesimpulannya, covid-19 masih harus diwaspadai. Marilah kita
tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Innalillahi waa Innailaihiroji'un.. Semoga kita semua terlindung dari wabah yg sedang melanda dunia. Aamiin...
BalasHapusBaru tahu kalau Bu Mus rumahnya Trenggalek...
AAMIIN. Mbak Inama rumahnya mana? Trenggalek juga
Hapus