Jumat, 04 Juni 2021

Menyederhanakan Model Pembelajaran


 

Tanggal 25 Mei 2021 proses diseminasi makin menghangat. Para guru tidak hanya menanyakan sintak dari masing-masing model pembelajaran. Namun juga membahas tentang kemampuan siswa MI dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Mampukah mereka melakukan penyelidikan terbimbing (discovery)? Bisakah mereka melakukan penelitian mandiri melalui inquiry? Maka jawabannya  sederhana mereka mampu melaksanakannya jika sintak model pembelajaran tersebut kita sederhanakan. Sebagai gambaran siswa kelas V menanam sayuran di halaman MIM Kamulan. Mereka menemukan satu polybag tanaman terong mulai terhambat pertumbuhannya. Maka masalah yang kontekstual ini bisa dijadikan pembelajaran menggunakan model discovery dan inquiry sederhana. Tanpa terasa mereka telah melakukan penelitian.

Jika guru ingin menerapkan discovery maka siswa diajak menemukan tanaman terong lain yang mengalami permasalahan pertumbuhan. Setelah ditemukan tanaman terong tersebut dikumpulkan. Melalui pembelajaran discovery learning siswa diminta mengamati, mencatat dan menyimpulkan penyebab terhambatnya pertumbuhan terong di halaman MIM Kamulan. Namun jika ingin melakukan pembelajaran melalui inquiry learning dan siswa harus mampu mencapai kompetensi memahami penyebab terong terhambat pertumbuhannya. Siswa ditugaskan untuk mencari penyebab dari berbagai sumber. Mereka diperbolehkan membaca buku di perpustakaan, googling diinternet, dan sumber-sumber lainnya. Kemudian siswa menghubungkan hasil pengamatannya dengan informasi yang mereka diperoleh dari berbagai sumber.

Sedangkan pada pembelajaran  problem based learning/PBL, kegiatan guru menjelaskan tujuan pembelajaran, peralatan yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada kegiatan pemecahan masalah yang dipilih.  Guru membimbing siswa berkelompok dan berkolaborasi untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah yang tertuang dalam LKPD. Selanjutnya guru memotivasi siswa mengunpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan penyelidikan baik dengan membaca buku, menelaah data dari berbagai referensi seperti buku, majalah, internet, hasil wawanacara dan lain-lain. Gurupun harus membimbing siswa mengolah hasil temuannya baik berupa data, maupun alasan logis. Guru juga tetap harus mendampingi siswa dalam menyusun laporan tertulis dam lisan. Bisa juga berupa makalah, mind mapping atau infografis. Yang harus tetap diterapkan kepada siswa adalah memotivasinya agar secara bergilir, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain memberikan tanggapan baik berupa pertanyaan, tanggapan, maupun usulan. Kegiatan dilanjutkan dengan menyusun kesimpulan sesuai  dengan masukan yang diperoleh dari kelompok lain.

Karena kemarin yang hadir adalah guru kelas rendah (kelas 1, 2, 3) dan guru kelas tinggi (kelas 4, 5, 6). Sehingga muncul pertanyaan: mampukah siswa kelas 1, 2, 3 berdiskusi, berkolaborasi dan presentasi? Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa diskusi di kelas rendah dapat diterapkan dengan cara sederhana. Siswa diberikan LKPD, mereka dibimbing menjawab LKPD dalam kelompoknya. Kegiatan tersebut sudah termasuk diskusi (bekerja kelompok) dan kolaborasi (bekerja sama menyelesaikan tugas). Presentasi di kelas rendah tidak harus menggunakan power point, menggunakan LCD. Cukup membaca LKPD, kelompok lain menanggapi dengan cara bertanya, menyampaikan saran maupun usulan. Jika mereka tidak dilatih presentasi, memaparkan materi. Kelak jika sudah dewasa merekapun akan selalu takut, menghindar jika diberi tugas berhadapan dengan audien.

Sedangkan pada project based learning/PJBL, yang dilakukan guru dengan menyampaikan permasalahan  yang harus diselesaikan atau menyampaikan tugas pada siswa untuk membuat sesuatu  serta menanyakan cara menyelesaikannya. Guru membimbing siswa menyusun desain perencanaan produk yang logis dan praktis.  Ketika siswa hendak menyusun produk, guru memperbolehkan siswa agar mencari referensi dari buku, media elektronik, internet dan para ahli. Guru sebaiknya membuat kesepakatan dengan siswa. Kesepakatan tersebut antara lain: waktu siswa harus memulai proyeknya, kapan bisa melakukan bimbingn dengan guru, serta waktu proyek tersebut harus dikumpulkan. Secara berkala guru akan memeriksa sampai pada tahap mana perkembangan  proyek yang dikerjakan siswa. Guru juga harus memeriksa keaktifan setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan proyek. Jadi guru harus membuat lembar monitoring pelaksanaan proyek.

Dari beberapa guru kelas rendah muncul pertanyaan. Mampukah siswa kelas 1, 2 dan 3 melakukan pembelajaran berbasis proyek? Saya jawab, siswa kelas 2 MIM Kamulan pernah melaksanakan pembelajaran berbasis proyek mempelajari pertumbuhan tanaman dengan menanam kecambah pada bekas gelas air mineral. Kelas 6 menanam bamer, baput, lengkuas, kentang, cocor bebek, wortel untuk membuktikan reproduksi secara vegetatif alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar