Minggu, 20 Juni 2021

Dampak Hujan Bulan Juni

 


Hari ini gowes pagi pukul 07.00 ketika udara masih segar. Gowes  ke arah Barat, menuju desa Gembleb, Ngulan dan Bendorejo. Melintasi persawahan yang kebanjiran. Semula mereka ingin menanam palawija seperti kacang tanah, jagung, cabai keriting, cabai rawit dan melon. Ternyata hujan deras berhari-hari. Sawah-sawah digenangi air, tanaman palawija yang mulai tumbuh nampak mulai terhambat pertumbuhannya. Beberapa petani kelihatan bersedih, namun ada juga yang gigih dengan membuat lubang-lubang tempat air. Lubang-lubang tersebut di sekitar tanaman cabainya, yang semula rata. Karena tidak menyangka turun hujan di bulan Juni. Sayapun juga merasakan dampak hujan ini. Semula warga tani di desaku ada yang ingin menanam palawija, sehingga kakak ipar segera menanam jagung. Kemudian  sebagian lagi ingin mengaliri sawah dengan air untuk persiapan menanam padi. Maka suami segera merendam benih padi. Namun saat itu cuaca masih panas sekali, maka benih padi dijemur. Empat hari kemudian hujan turun terus menerus dengan derasnya, sehingga benih yang semula dijemur direndam lagi. Dua hari kemudian disemaikan di papan benih padi. Begitulah keluh kesah para petani menghadapi kondisi iklim yang tidak menentu.

Setiap hari para petani yang sudah menyemaikan padi merawat papan benihnya. Benih  yang mulai tumbuh, teracak oleh air hujan deras. Selain itu papan benih juga digenangi air, sehingga perlu ditawu setiap hari. Menawu adalah kegiatan mengurangi air dari papan benih dengan menggunakan baskom. Tujuannya agar benih padi tidak membusuk karena terendam air. Sebagai seorang petani kadang ingin mengeluh dengan kejadian seperti ini. Bahkan musim padi kemarin,  sampai 3 kali mengulang menabur padi. Pertama menabur benih terbawa arus air, yang kedua mati terendam air yang ketiga rusak diacak-acak tikus. Akhirnya membeli benih yang sudah siap tanam, itupun dari papan benih yang berbeda. Tentunya jenis padinya juga berbeda, untungnya hasil panennya lumayan baik.

Di sinilah saya dan suami kadang bertukar pikiran tentang suka duka menjadi petani. Akhirnya mengadukan keluh kesah hanya pada Allah. Meskipun tidak baik mengeluh terhadap ujian yang telah diberikan pada Allah. Menghitung kerugian yang dikeluarkan untuk membeli benih palawija, membayar tenaga gejik benih. Menghitung-hitung beaya yang dikeluarkan untuk membeli benih padi dan pupuk untuk benih. Padahal sejatinya Allah adalah Sang Maha Penyayang dan Pengasih. Mungkin dibalik ini ada hikmah yang tersembunyi. Justru kita harus kuat dan kerja keras untuk melalui ujian yang diberikan kepada kita.

Jadi teringat dalil alquran yang mengajarkan umat manusia tidak gampang mengeluh yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “ Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

Demikianlah akhir dari suka duka menjadi petani yang sebaiknya tidak berkeluh kesah. Selamat malam dan selamat menikmati libur semester II.

 

2 komentar: