Hari
ini gowes pagi pukul 07.00 ketika udara masih segar. Gowes ke arah Barat, menuju desa Gembleb, Ngulan
dan Bendorejo. Melintasi persawahan yang kebanjiran. Semula mereka ingin
menanam palawija seperti kacang tanah, jagung, cabai keriting, cabai rawit dan
melon. Ternyata hujan deras berhari-hari. Sawah-sawah digenangi air, tanaman
palawija yang mulai tumbuh nampak mulai terhambat pertumbuhannya. Beberapa
petani kelihatan bersedih, namun ada juga yang gigih dengan membuat
lubang-lubang tempat air. Lubang-lubang tersebut di sekitar tanaman cabainya,
yang semula rata. Karena tidak menyangka turun hujan di bulan Juni. Sayapun
juga merasakan dampak hujan ini. Semula warga tani di desaku ada yang ingin menanam
palawija, sehingga kakak ipar segera menanam jagung. Kemudian sebagian lagi ingin mengaliri sawah dengan air
untuk persiapan menanam padi. Maka suami segera merendam benih padi. Namun saat
itu cuaca masih panas sekali, maka benih padi dijemur. Empat hari kemudian
hujan turun terus menerus dengan derasnya, sehingga benih yang semula dijemur
direndam lagi. Dua hari kemudian disemaikan di papan benih padi. Begitulah
keluh kesah para petani menghadapi kondisi iklim yang tidak menentu.
Setiap
hari para petani yang sudah menyemaikan padi merawat papan benihnya. Benih yang mulai tumbuh, teracak oleh air hujan
deras. Selain itu papan benih juga digenangi air, sehingga perlu ditawu setiap hari. Menawu adalah kegiatan mengurangi air dari papan benih dengan
menggunakan baskom. Tujuannya agar benih padi tidak membusuk karena terendam
air. Sebagai seorang petani kadang ingin mengeluh dengan kejadian seperti ini.
Bahkan musim padi kemarin, sampai 3 kali mengulang menabur
padi. Pertama menabur benih terbawa arus air, yang kedua mati terendam air yang
ketiga rusak diacak-acak tikus. Akhirnya membeli benih yang sudah siap tanam,
itupun dari papan benih yang berbeda. Tentunya jenis padinya juga berbeda,
untungnya hasil panennya lumayan baik.
Di
sinilah saya dan suami kadang bertukar pikiran tentang suka duka menjadi
petani. Akhirnya mengadukan keluh kesah hanya pada Allah. Meskipun tidak baik
mengeluh terhadap ujian yang telah diberikan pada Allah. Menghitung kerugian
yang dikeluarkan untuk membeli benih palawija, membayar tenaga gejik benih. Menghitung-hitung beaya
yang dikeluarkan untuk membeli benih padi dan pupuk untuk benih. Padahal
sejatinya Allah adalah Sang Maha Penyayang dan Pengasih. Mungkin dibalik ini
ada hikmah yang tersembunyi. Justru kita harus kuat dan kerja keras untuk melalui
ujian yang diberikan kepada kita.
Jadi
teringat dalil alquran yang mengajarkan umat manusia tidak gampang
mengeluh yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi:
“Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): “ Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah
kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Demikianlah
akhir dari suka duka menjadi petani yang sebaiknya tidak berkeluh kesah. Selamat
malam dan selamat menikmati libur semester II.
Bu Mus selalu keren. 💕
BalasHapusTerimakasih Mbak Ekka ... masih proses belajar
BalasHapus