Ramadhan
pada masa pandemi terasa kurang nyaman. Padahal sudah dua kali Ramadhan. Masih
merindukan suasana Ramadhan sebelum pandemi. Dulu masjid dan mushola dipenuhi
para warga yang melaksanakan jamaah. Sudah dua Ramadhan ini sebagian warga memilih
berjamaah di rumah. Terutama bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan dan sudah jompo. Di dusun Bendo, Desa Ngadirejo terdapat 2 mushola dan 2 masjid. Mushola paling timur digunakan berjamaah tarawih warga Bendo etan. Untuk Masjid tengah ini biasanya digunakan untuk jamaah tarawih warga Bendo bagian tengah sekaligus untuk sholat Jumat warga Bendo. Sedang mushola Al-Fajar letaknya di dusun Bendo agak ke Barat. Di mushola tersebut sampai didirikan tenda untuk jamaah shalat tarawih. Sebenarnya mushola cukup untuk menampung jamaah tarawih. Namun pendirian
dilakukan dengan tujuan melaksanakan sosial distancing.
Sedangkan
di Masjid Pondok Hidayatul Mubtadiin jamaah shalat tarawih masih penuh karena
adanya santri-santri yang pasan.
Meskipun santri yang pasan hanya dari
wilayah desa Ngadirejo saja. Sebelum pandemi dari beberapa daerah luar
Trenggalek. Pondok tersebut dulu diasuh oleh Kyai Muzni Zaini. Seorang Kyai
yang sangat baik dan santun. Santun dalam prilaku dan tutur kata. Tutur katanya
lemah lembut. Beliau meninggal tahun 2005, ketika saya diklat di Surabaya.
Sehingga tidak bisa takziah meskipun tetangga dekat. Kala itu sedih sekali, mendengar Beliau meninggal tepat ada materi diklat malam. Mengingat Beliau selalu sarat teladan bijak. Waktu itu Beliau datang ke rumah. Dengan tutur kata lembut mengatakan entok
mertua saya sedang mengacak-acak padinya yang sedang dijemur. Entok itu tidak dilempari
batu atau dihela, namun justru memberi tahu ke rumah. Mengenang Beliau
teringat dengan keshalihan Sunan Bonang. Jangankan menyakiti manusia, dengan hewan dan tumbuhan saja enggan.
Hanya
satu hal yang membuat saya keberatan dengan tuturan Beliau. Kala itu saya masih
Guru Tetap Yayasan (GTY), setiap memanggil saya dengan sebutan Bu Guru. Saat
itu saya sangat keberatan dengan panggilan itu, karena saya hanya guru honorer. Namun ada teman yang meyakinkan saya agar mengamiini dawuh Kyai Muzni, siapa tahu kelak saya jadi PNS. Lama kelamaan
jadi terbiasa dengan sebutan itu. Yang paling lucu ketika anak sulung saya ikut
shalat jamaah, ia sering naik punggung saya. Beliau tahu, dengan santunnya
mengatakan bahwa anak yang belum sunat ia masih membawa air kencing (najis). Maka
akan menyebabkan shalat ibunya tidak sah. Seketika itu anak sulung saya berlari
keluar tempat sholat, dan takut dengan Mbah Kyai Muzni. Ia tidak menganggu ibunya lagi. Karena
seluruh jamaah kompak menegurnya,”Fikri dengarkan itu dawuh Mbah Kyai.” Ketika
berpapasan dengan Beliau, Fikri selalu bersembunyi dipunggung orang lain. Karena
tetangga menggodanya,”Fikri, ada Mbah Yai.”
Kini
ketika Beliau sudah berpulang, Pondok Pesantren itu dipimpin oleh putranya, Muhammad
Asrom. Anak-anak memanggilnya Gus Ayom. Begitu pula ketika kegiatan tarawih
yang menjadi imam adalah Gus Ayom. Sesekali adiknya Gus Munawir Zamzami.
Tarawih di pondok pesantren lebih menenangkan dari masjid lainnya di sekitar
rumah. Karena shalatnya lebih tuma'ninah. Masjid lain sudah selesai pondok
masih kurang 5 rakaat. Ketika belum Ramadhan, anak-anak yang sudah ngaji Alquran akan sorogan setelah ba’da maghrib sampai pukul 20.30 WIB. Pada Ramadhan
hari kedua, anak-anak sorogan pukul
14.00 sampai pukul 16.00. Kemarin, pada Ramadhan kedua, para ustadz belum aktif ke pondok. Anak-anak sorogan dengan Gus Ayom dan Gus Nawir.
Sejatinya
shalat tarawih merupakan salah satu keutamaan bulan Ramadhan. Allah menjanjikan
pahala bagi hambanya yang melaksanakannya. Salah satunya mendapatkan malam
lailatul qadar yakni malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Keutamaan lainnya
adalah mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Semoga bagi yang melaksanakan secara
berjamaah di mushola maupun masjid tetap diberi kesehatan. Dijauhkan dari
paparan covid-19. Karena sejatinya sholat tarawih di masjid lebih khusuk, lebih
bersemangat dan tidak mengantuk. Untuk keutamaan shalat tarawih ini sebagaimana sabda Rasullullah yang artinya:"Barang siapa ibadah (tarawih) seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lampau."(HR Bukhari Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar